Maria menatap kosong ke depan dengan airmata yang terus membanjiri pipinya dengan deras. Ia tak kuat dengan ini semua, ia ingin Kenonya kembali seperti dulu. Ia rindu dengan Keno sangat rindu.
Tiba-tiba sebuah pelukan membuat perhatiannya buyar, ia menatap seorang pria yang memeluk sambil menangis.
Apa baru sekarang pria itu menyadari semuanya ketika ia sudah sakit? Ia benci pada pria ini, pria yang merupakan ayahnya, Ken.Maria menyentak tangan ayahnya sambil menatapnya dengan sorotan kebencian sedangkan Ken? Pria itu semakin merasa bersalah pada putrinya.
Ken ingin menggenggam kedua tangan Maria tapi Maria mencegahnya sembari mengatakan. "Don't touch me!""Maafin Daddy Maria." Maria tersenyum sinis sambil mengalihkan pandangannya pada segelas air putih dinakas lalau mengambilnya dan memecahkannya hingga membuat Ken kaget. Maria mengambil pecahan kaca gelas itu lalu mengarahkannya tepat dipergelangan tangannya, tepat pada nadinya.
Ken tak percaya bahwa Maria senekat itu, ia bahkan tak ingin melihatnya. Kesalahannya terlalu besar untuk dapat dimaafkan oleh putrinya itu sementara Maria? Gadis itu berusaha mengatur nafasnya yang memburu.
Ken menunduk sembari meneteskan airmata lalu mendongak menatap Maria yang bahkan sama sekali tak ingin menatapnya, ayah macam apa dia ini.
"Pergi." Usir Maria penuh penekanan, sebetulnya ia sama sekali tak tega melakukan itu tapi perhatian ayahnya pada Nila kembali ia ingat seberkas kebencian pada ayahnya itu ia rasakan walau hanya sedikit.
Ken berbalik sembari memandang Maria yang menatap kosong ke depan, matanya jelas terdapat luka yang besar yang disebabkan olehnya.
Ken melangkah pelan namun ia kembali berhenti saat ia mengingat sesuatu."Walau kamu nggak suka sama Dad, nggak sudi ngeliat muka Dad. Bahkan sampai membenci Dad, Daddy harap kamu masih mau menganggap Daddy ini ayah kamu." Maria menangis sembari menunduk bersamaan dengan Ken yang meninggalkannya diruangan itu sendirian.
Maria butuh seseorang, siapa saja asal ia dapat bersandar agar perasaan sakit yang menggerogotinya sedikit membaik.
"Maria." Panggil seseorang, itu Angelo. Angelo, laki-laki yang ia cintai walau cintanya tak terbalas. Maria hanya menengok kilas lalu kembali menangis sesengukan.
"Sebenernya kesalahan apa yang gue perbuat Jel?" Tanyanya yang membuat Angelo menghembuskan nafas lalu memeluk gadis berambut cokelat itu, ia sedih melihat keadaan gadis itu yang drop karena masalah yang dihadapi.
Kalau Angelo jadi Maria mungkin ia tak akan setegar ini menghadapi masalah yang berhadapan dengannya apalagi silih berganti.
Jujur Maria tak ingin ia menaruh perasaan pada Angelo yang jelas-jelas bahwa yang ia lakukan itu salah karena ada seseorang yang mencintainya setulus hati. Angelo melihat airmata yang kembali jatuh perlahan yang membuatnya segera menghapusnya sehingga gadis berambut cokelat itu tersadar dari renungannya.
"Lo punya gue Ri, lo nggak sendirian." Gumam Angelo sambil membawa Maria kedalam dekapannya saat Maria melepaskan pelukannya tadi, hatinya hancur melihat ini semua.
Tanpa mereka sadari, ada sebuah bayangan yang melihat mereka dengan sendu, bayangan itu terlihat sedih melihat gadis yang dicintainya menangis karena rindu kepadanya dan mengkhawatirkan masalah keluarganya yang terus dihadapinya sampai saat ini.
"Aku tau apa yang sedang kamu alamin itu bener-bener sulit Maria, mahal kita Maria mahal na mahal." Gumam bayangan itu sambil menghilang bersamaan dengan asap.
***
Entah sudah berapa lama Maria masih setia dihadapan seseorang yang terbaring lemah diranjang rumah sakit dengan airmata, ia sama sekali tak peduli walau Angela berkata bahwa yang dilakukannya sia-sia karena Keno tidak akan mungkin bangun kecuali kalau keajaiban datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You(Complete)
FanfictionApa salah mencintai sahabat sendiri? Sahabat yang selalu memberikan kasih sayang saat semua tak berpihak? Salahkah Maria mencintai Angelo yang selalu berada disisinya? Salahkah ia yang menunggu 3 kata yang mendeskripsikan cinta dari mulut Angelo? Ia...