ILY#51

121 15 0
                                    

Angelo bingung karena Maria dan Bianca terlihat akur, ia memang senang melihat itu tapi perasaannya tak enak.

Ia mengenal watak Bianca yang licik namun ia tak boleh berpikiran seperti itu pada kekasihnya sendiri.

"Bianca." Panggilnya sambil menghampiri dua gadis itu. Ia tersenyum kearah Bianca yang dibalas gadis itu.

Angelo lupa bahwa Maria juga ada di sana namun ia seperti tak menyadarinya sama sekali.
Bahkan ketika ia menyuruh Bianca mencium pipinya di samping Maria ia sama sekali lupa akan hal itu.

Sampai kemudian Maria berdiri sambil memasang wajah datar, Angelo baru menyadari dan menyunggingkan senyuman tapi sama sekali tak diperdulikan gadis berambut cokelat itu.

Bianca yang melihatnya tersenyum penuh arti, rencananya berhasil.
"Yang. Kamu kenapa?" Tanyanya mesra pada Angelo yang membuat Angelo tersadar.

Bianca berdecak sambil mencium pipi laki-laki bermata elang itu dengan senyuman manis andalannya.

Angelo terkejut sedangkan Maria? Gadis itu sudah berusaha mati-matian menahan sakit yang dirasakannya sejak tadi.

"Gue pergi." Ucap Maria sambil memandang Angelo dan Bianca datar, Angelo yang mendengarnya segera menarik pergelangan tangan Maria yang sukses membuat gadis itu jatuh dipelukannya.

Maria sadar bahwa ia tak seharusnya terjatuh dipelukan Angelo, dengan segera ia beranjak lalu melangkah menjauh dari laki-laki itu.

"Maria. Ano problema mo?" Tanya Angelo yang mampu membuat Maria berhenti melangkah. (Apa masalahmu?).

Maria tersenyum miris, ia tak berbalik sama sekali. "Itu urusan gue." Jawabnya dengan menghela nafas.

Maria kembali melangkahkan kaki namun Angelo tak tinggal diam, ia segera menarik kembali Maria.

Angelo memegang kedua lengan Maria dengan erat tanpa mengalihkan tatapannya pada gadis itu.

Bianca yang melihatnya tak terima, ia adalah kekasih Angelo. Lalu kenapa Angelo malah bermesraan dengan seorang gadis yang jelas-jelas adalah sahabatnya? Hanya Angelo yang tahu hal itu.

Bianca menghempaskan tangan Angelo yang memegang lengan Maria dengan sinis. "Jangan berani goda cowok gue jalang."

Angelo dan Maria yang mendengarnya tak percaya, sementara Bianca? Ia terlihat biasa saja setelah mengucapkan hal itu.

"Bianca. Jaga mulut lo." Bentak Angelo sembari menunjuk Bianca yang membuat Bianca maupun Maria sontak kaget, apalagi kosa kata Angelo yang memakai Lo-Gue bukan Aku-Kamu.

Bianca menatap Angelo tak percaya begitupun Maria tapi ekspresi Bianca tak membuat Angelo meredakan emosinya. Ia tak suka mendengar Bianca memaki bahkan menyebut Maria jalang.

Bianca maju selangkah mendekati Angelo sambil menampar pipi kanan laki-laki itu dengan perasaan marah.
"Kamu bilang apa Jel? Angelo. Kamu harusnya sadar siapa yang kamu bela, yang kamu bela itu cuma sahabat kamu." Ucapan gadis itu berhasil membuat emosi Angelo tersulut.

Maria yang melihatnya tak tinggal diam, ia segera muncul di antara Angelo dan Bianca lalu mendorong dada bidang laki-laki bermata elang itu hingga membuatnya melotot.

"Lo nggak boleh kasar sama cewek, gue tau lo nggak suka kalau pacar lo nyebut gue jalang tapi kekerasan nggak akan ngebuat ini selesai. Gue mohon berhenti untuk bantuin gue, gue nggak mau hubungan lo sama Bianca jadi renggang karena gue." Tutur Maria sambil meneteskan airmata, ia kembali mengorbankan perasaannya.

Bianca tersenyum miring sambil menyilangkan tangannya di dada. "Kamu denger Jel, Maria itu udah bilang kalau kamu nggak usah bantu dia lagi." Gadis itu segera memeluk lengan Angelo sementara Maria berbalik, andai Angelo tahu bahwa gadis itu sedang menangis saat ini menahan dada yang sesak karena mengatakan itu semua.

Maria melangkah menjauh dari Angelo yang menatapnya tak percaya dan sendu, ia sangat menyayangi Maria dan gadis berambut cokelat itu memiliki ruang khusus di hatinya.

Angelo menatap punggung Maria yang perlahan menghilang dari penglihatannya.

Gue nggak akan berhenti buat bantuin lo karena lo cewek yang punya ruang khusus dihati gue, gue nggak akan berguna kalau gak ada lo, disatu sisi gue emang sayang sama lo. Tapi disisi lain gue juga cinta sama lo, namun apa gue masih ragu kalau ini cinta karena pasti kita bakal jauhan karena perasaan ini.

Batin Angelo yang lain dari pikirannya namun mampu membuat pikirannya yang tadi tak konsisten menjadi konsisten.

Angelo melepas paksa pelukan Bianca dilengannya kanannya lalu segera berlari menyusul Maria yang kemungkinan besar masih berada disekitar sini.

***

Maria, gadis itu kini tengah berada ditrotoar jalan raya sambil menangis, ia tak kuat menanggung masalah ini sendiri.

Masalahnya datang silih berganti, sebenarnya apa kesalahan Maria hingga Tuhan memberikannya masalah yang tak kunjung selesai.

Sedih? Sangat.

Pasrah? Itu pasti namun sisi lain Maria tak ingin sampai ia pasrah.

Tanpa sadar, laki-laki bermata elang melihatnya dari kejauhan sambil menatap sendu Maria dengan matanya.

Angelo, laki-laki itu tak kuasa menahan sesak melihat gadis yang disayanginya seperti ini, ia tak kuat. Sungguh.

Angelo pun segera menghampiri Maria lalu duduk di samping Maria dengan tangan kanannya yang merangkul bahu gadis tersebut.

Maria yang mendapat perlakuan seperti itu terkejut karena yang melakukannya ialah Angelo, laki-laki yang ingin sekali ia hindari sejak dulu.

"Gue mohon jangan memohon sama gue buat nggak bantu lo lagi, gue nggak bisa. Gue serius Maria." Lirih Angelo sambil meneteskan airmata, Maria mendongak menatap Angelo yang meneteskan airmata.

Angelo yang ia kenal tak pernah menangis walau apapun keadaanya namun kini? Laki-laki itu menangis karena dirinya, ia ingat kalau Angelo sering sekali menangis karena dirinya, tapi kenapa ia sama sekali tak sadar akan hal itu?

"Gue juga manusia yang punya perasaan Maria, gue nggak bisa ninggalin lo dalam keadaan kayak gini. Lo tau? Gue bahkan sedih dan nangis demi lo." Lanjut laki-laki bermata elang itu, ia mengatakan hal yang sebenarnya agar Maria dapat mengerti perasaannya.

Maria memeluk laki-laki itu sambil mengeluarkan semua tangisannya, ia ingin mereka seperti dulu.

Angelo mencium kening Maria sembari mengelus rambut indah gadis itu yang lagi-lagi membuat Maria sulit melupakan perasaannya.

"Apa gue berarti buat lo? Gue cuma sahabat lo Angelo, sahabat lo yang bodoh." Angelo menggeleng saat Maria memaki dirinya sendiri.

Maria menatap mata Angelo, wajahnya memerah karena habis menangis. Angelo yang melihat itu segera membalas tatapan gadis berambut cokelat itu sembari memegang kedua pipi gadis tersebut.

"Maria, My best friend is my life.  Jadi gue mohon jangan pernah ngomong kayak gitu lagi walau apapun keadaannya." Tutur Angelo sambil menatap lekat mata Maria.

Maria menatap Angelo, ia tak kuat membendung semuanya tapi jika ia mengungkapkan perasaannya, apa Angelo akan menerima semuanya? Ia rasa tidak.

"Janji?"

Angelo tersenyum berharap Maria mengucapkan satu kalimat yang membuatnya bahagia dan bersyukur.

Bukannya menjawab, Maria malah memegang kedua tangan Angelo yang berada dikedua pipinya.

"Gue coba."



Tinggalkan jejak 😚

Salam manis

angsuraifa

I Love You(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang