Malam ini seorang gadis tengah menguncir rambutnya dengan pandangan kebawah, gadis itu adalah Edita pantoha atau Die.Die melihat Maria yang memakai sebuah jaket hitam dan jeans yang berwarna sama serta rambutnya yang digerai.
Die tampak bingung namun karena ia tak terlalu perduli akhirnya ia acuh.
"Hari ini gue mau balapan liar. lo mau ikut?" Tanyanya sambil memandang Maria yang terlihat masam.
Anggukan terlihat dari gadis berambut cokelat itu, Die yang melihatnya mangut-mangut saja, tidak salah juga bila Maria ikut tapi aneh saja karena biasanya ia selalu menolak ajakannya.
"Lo mau gue bonceng?" Maria menggeleng sambil mengambil sebuah helm full face miliknya.
Memang. Maria memerintahkan seseorang untuk mengambil motor sport nya dan bertemu di taman.
"Ok. udah siap?" Tanya Die lagi yang mengundang dengusan Maria karena Die terlalu bertele-tele.
"Udahlah Die, udah cepet." Ketus Maria sambil menarik Die keluar dari markasnya disertai kekehan Die melihat kekesalannya.
"Sabar elah Ri."
***
Maria menghentikan motornya saat Die juga berhenti, mereka telah sampai di tempat biasa Die balapan.
Die ber tos ala laki-laki walau ia gadis tapi itu cukup membuat Maria kagum karena melihat keberanian Die.
"Bawa siapa lo Die?" Tanya seorang gadis yang memiliki rambut berwarna hitam legam.
"Ini. sahabat gue, Maria." Gadis berambut hitam legam itu mangut-mangut sambil mengulurkan tangannya kehadapan Maria yang membuat Maria membalas uluran itu karena mengerti maksudnya.
"Gue Patricia."
"Maria."
Keduanya tersenyum sambil melepaskan uluran tangan masing-masing.
"Gue yakin lo ikut Die karena hati lo lagi sakit." Tebak gadis itu yang bernama Patricia.
Tebakan Patricia tepat sasaran karena memang benar bahwa hati Maria sakit melihat pemandangan tadi pagi.
Maria mengangguk lesuh tapi itu tak berlangsung lama sebab Die menarik tangannya untuk menghampiri sebuah kerumunan.
Mata Maria melihat seorang laki-laki yang tengah memboncengi seorang gadis, laki-laki itu turun dari motor sport nya.
informasi yang Maria tahu dari Die, laki-laki yang memboncengi seorang gadis adalah laki-laki yang menjadi dambaan gadis-gadis di sini jadi jangan heran mengapa ketika ia datang banyak yang mengurubunginya."Terus. apa gantengnya dia?" Tanyanya yang mengundang dengusan dan geraman kesal dari Die.
"Dia namanya Pedro. di belakangnya itu namanya Pricilla adiknya, mereka berdua selalu di rebutin semua anak di sini." Jelas Die panjang lebar disertai sebuah binaran matanya.
Maria memutar bola matanya malas. "Oh." Maria segera berjalan kearah motornya karena penasarannya sudah cukup.
Die yang mendapat respon singkat itu jelas saja tidak suka karena menurutnya sikap Maria terlalu acuh.
Die segera menyusul Maria yang sudah bertengger manis di motornya disertai wajahnya yang terlihat jelas sangat dingin.
Die mengelus dadanya, mengapa ia bisa bersahabat dengan seorang gadis yang berwajah dingin seperti Maria?
Entahlah...."Ri." Panggilnya yang membuat Maria menatap kearahnya yang membuat Die mendengus.
"Pedro itu ganteng, coba lo buka hati lo buat dia deh." Maria berdecak mendengarnya, bagaimana bisa ada seseorang yang menggantikan Keno dihatinya.
"Die. gue udah punya cowok dan belum tentu Pedro mau sama gue, oh iya. gue boleh ikut balapan?" Pertanyaan Maria membuat Die mengernyitkan dahinya yang membuat Maria mendengus.
"Boleh nggak?"
"Yaudah deh boleh, gue liat lo ngikutin jejak gue ya?" Sindir Die sambil terkekeh yang tak di pedulikan Maria.
Gadis berambut cokelat itu segera memakai helm full face nya dan melajukan motornya ke arena balapan.
"Tunggu Fred. sahabat gue mau ikut balapan." Teriak Die yang membuat keadaan sunyi dan beralih pada seseorang yang bertengger manis dimotornya.
Siapa lagi kalau bukan Maria, Maria bersikap acuh karena ia memakai helm jadi tak mungkin ada yang melihat wajahnya.
Laki-laki bernama Fred itu terkekeh lalu mempersilakan Maria untuk maju yang dituruti gadis itu sementara seseorang yang sudah berada di garis start itu menyunggingkan senyum sinis.
Orang itu adalah Pricilla, adik dari Pedro si laki-laki dambaan gadis di sini.
Kedua motor berbeda warna itu memainkan gasnya, Maria kelihatan sangat fokus karena ini saatnya orang-orang tahu bakat terpendamnya.
Pricilla melihat kearah Maria sedangkan Maria hanya meliriknya.
Tak lama bendera di jatuhkan dan mereka berdua segera melajukan motornya masing-masing menuju garis finish.
Beberapa menit berlalu dan sebagian orang tak percaya apa yang mereka lihat karena adik dari seorang Pedro kalah balapan dengan seseorang yang mereka ketahui adalah sahabat Die.
"Wess, ternyata lo jago ya ngalahin si Pricill. belajar di mana lo?" Maria mendengus mendengar pertanyaan Die yang terkesan mengejek.
"Itu bakat gue yang gue sembunyiin dari semua orang dan cuma lo yang tau itu." Jawab Maria malas karena melihat wajah Die yang sangat menjijikan.
Tiba-tiba seseorang datang, laki-laki berparas tampan dan sangat amat mempesona.
Maria yang melihat laki-laki itu menghampirinya hanya acuh sebab tahu apa yang akan laki-laki itu bicarakan.
"Gimana caranya lo bisa ngalahin adik gue?" Tanya laki-laki itu yang membuat Maria berdecak, ia sama sekali belum melepas helm full face nya sedari tadi.
"Kalau orang ngomong tuh jawab dan lepas helm lo." Maria menurut dan segera membuka helm nya dan membiarkan rambutnya tergerai indah yang membuat laki-laki itu terpesona.
Laki-laki itu adalah Pedro, kakak Pricilla yang tampan namun menurut Maria, Angelo dan Keno lebih tampan dari pada dirinya.
"So you accuse me of cheating, hm?" Maria menatap Pedro dengan santai namun tatapannya sangat amat tajam.
"Nggak, gue cuma mau tanya. lo baru di sini? gue baru liat lo." Ucap Pedro yang merasa tidak enak karena telah berpikiran bahwa gadis yang sedang di hadapannya ini hanya gadis biasa tapi ternyata gadis yang sangat cerdik dan cantik.
"Kalau lo tau kenapa harus tanya, kenalin gue Maria. maaf soal balapannya, gue nggak curang kok." Jujur Maria sambil mengulurkan tangannya yang di balas Pedro yang membuat gadis-gadis yang melihatnya menatap Maria dengan iri kecuali Die yang menatap sahabatnya itu dengan tampang songong.
"Gue Pedro, bukan salah lo kok. lo--anak broken home?" Tanya Pedro lagi namun kali ini ada rasa bersalah karena terlalu kepo pada gadis dihadapannya ini.
Maria terkekeh hambar. "Gue ke sini mau lupain masalah gue jadi gue mohon jangan nanya tentang hal itu saat ini."
Pedro menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kikuk sementara sebagian anak terkekeh puas melihat ekspresi Pedro yang salah tingkah.
"Yaudah. gue balik duluan, nih. gue nggak butuh mobil ini, kasih tuh mobil ke adik lo Pricill." Ucap Maria sambil melemparkan kunci mobil yang ditangkap Pedro lalu gadis itu segera melajukan motor sport nya diikuti Die yang di belakangnya.
Pedro menatap kepergian Maria dengan senyum samar, melihat wajah gadis itu membuat hatinya menghangat.
Tinggalkan jejak:*
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You(Complete)
FanfictionApa salah mencintai sahabat sendiri? Sahabat yang selalu memberikan kasih sayang saat semua tak berpihak? Salahkah Maria mencintai Angelo yang selalu berada disisinya? Salahkah ia yang menunggu 3 kata yang mendeskripsikan cinta dari mulut Angelo? Ia...