Langkah pulangku petang ini
dibasahi tangisan langit
yang merintih pemergian
suria setelah sekian lama
membakar bumi tenat ini.
Langkah kanan ini
menyedarkan aku
jika alam bisa berbahasa
sesama mereka
mengapa tidak kita manusia?
Langkah kiri menyusul
membuatku hilang
dalam udara fikiran sendiri
mana silapnya manusia?
Nafas segar dihirup
mencuci peparu kotor
yang terlambak dengan
persoalan duniawi.
Bagaimanakah untuk menjadi manusia?

YOU ARE READING
Sejarah Dari Mata Pengalah
PoetryKumpulan puisi dan prosa tulisan M. Firdaus Kamaluddin.