Warung pinggir jalan
keretek pemanis bibir
menjadi bukti
perlawanan warga kota
mengalahkan tekanan hidup.
Warga emas hadapan gedung
memetik gitar
tarian jari di piano elektrik
menjadi bukti
medan sisa umur
memenuhi kelangsungan hidup.
Anak kecil berlari di persimpangan
dengan sekuntum bunga mekar
dan seutas senyuman layu
menjadi bukti
paksaan kota
menelan jiwa muda negara.
Sandiwara bapak menteri
di lobi hotel terkemuka
bercerita hal tanah
dan pembangunan sana-sini
menjadi bukti
di kala sang ayah
bersengkang mata
demi sesuap nasi.
Sorotan anak pak menteri
di media sosial
di atas bot
di atas pesawat
di atas kamar emas
menjadi bukti
goyang kaki
bisa kaya raya
terus menghirup udara Maha Esa
tanpa merasa pekung di dada.
Puisi ini
adalah bukti hampa
seorang rakyat marhaen
kasihkan nasib negara.

YOU ARE READING
Sejarah Dari Mata Pengalah
PoetryKumpulan puisi dan prosa tulisan M. Firdaus Kamaluddin.