Asaku terbakar lagi
melewati lautan ragu
ragaku mewangi sendiri
meniup kudrat sepi.
Ubunku terang lagi
menyambut sapa temu
senyuman hadiah akhir
puisi pamitku.

ANDA SEDANG MEMBACA
Sejarah Dari Mata Pengalah
PoesíaKumpulan puisi dan prosa tulisan M. Firdaus Kamaluddin.