Garis-garis semakin menipis seiring
buah fikiran yang semakin pudar
menuju sebuah kisah senja abadi
seperti janji yang tertulis sejak azali.
Sepertinya aku pernah merasakan akar-akar
menjaluri garis-garis yang pernah menjadi sungai
dan mencengkam segenap alam yang pernah sekali
melingkari setangkai doaku.
Di situ ia pernah menjadi sedalam yang tidak pernah kau duga
namun kau tahu hanya disitulah saksinya rahmat Yang Maha Esa
yang kau pernah beribu kali menyesali kehilangan cinta itu.
Dan lalu kau baja dan kau baja dan kau baja
bersilih ganti demi sungai itu terus mengalir
namun ia tidak akan tetap sama seperti mana
yang kau pernah selami sebelum ini.
Garis-garis semakin luruh menari gemuruh
pada akar-akar yang masih lagi mencengkam segenap alam
menuju sebuah kisah senja abadi
seperti janji yang tertulis; di hari akhir ini.
YOU ARE READING
Sejarah Dari Mata Pengalah
PoetryKumpulan puisi dan prosa tulisan M. Firdaus Kamaluddin.