Sesampainya di rumah, Evan langsung membuka aplikasi line dan segera menghubungi Lita.
From: Evan
Aku udah putus sama Gaby 🙄From: Lita
Are you seriously, huh? 😏From: Evan
Of course, i'm seriously. Tadi dia putusin aku di kelas 😌From: Lita
Why? Because me, eh?From: Evan
Maybe. Tadi muka dia kayak cemburu gitu. Aku pikir, dia paham kalo kamu dalam situasi terpuruk dan sedang membutuhkan penghiburan. Tapi, ternyata dia malah menyudahi hubungan kami. It's hurt my feeling 😔From: Lita
What the hell? Oh, aku minta maaf banget, Van. Demi apapun, aku gak bermaksud merusak hubungan kalian. I'm sorry 🙏🙏🙏From: Evan
Ahaha, never mind. Udah kejadian juga kan? Mau diapain lagiFrom: Lita
Aduh, maaf banget Evan. Mau dibantu balikan nggak?From: Evan
No, thanks. Emang jalan hidupku gini, berliku-liku 😂From: Lita
Sebagai pengganti, kamu mau apa dari aku?From: Evan
Jadilah teman terbaik ku🖕From: Lita
Ok. Aku akan berusaha mengabulkannya👌👊Setelah chatting dengan Lita, Evan memutuskan untuk tidur sebentar, guna merefresh otak.
*****
Sementara di rumah, Lita sedang melamun. Ia merasa sangat bersalah, karena menyebabkan hancurnya hubungan Gaby dan Evan.
Jujur saja, semakin lama menghabiskan waktu dengan Evan, Lita makin merasa nyaman. Bukan nyaman dalam artian 'berteman', tapi rasa nyaman yang dirasakan Lita, ketika bersama Nando. Lita takut jatuh kedalam pesona Evan. Bukan aura wajah yang disukainya, tapi kesabaran Evan saat mendengarkan keluh kesahnya.
Tidak semua cinta, jatuh pada mereka yang tampan/cantik saja. Namun, cinta juga bisa jatuh pada mereka yang mempunyai sifat-sifat unik, sehingga menjadi daya tarik orang tersebut.
Sekuat mungkin, Lita berusaha menentang rasa nyaman itu. Ia terus-terusan meyakinkan diri, bahwa ia hanya salut pada sifat Evan, bukan suka pada perawakannya. Tapi, semakin ditentang, hatinya merasa gundah gulana. Ia sangat bingung, kenapa akhir-akhir ini hatinya selalu merasakan hal-hal aneh? Entah berdegup kencang, ataupun merasa sakit saat melihat Evan bersama dengan Tasya maupun Rena.
Salah satu hal yang ditakuti Lita adalah jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Ia yakin, Evan tak sepantasnya menjadi lelaki yang ditaksirnya. Ia pikir, menjadi sahabat saja sudah lebih dari cukup. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, manusia bisa apa? Hanya bisa menjalani alur yang telah diciptakan-Nya.
*****
Keesokan harinya, Lita bertemu Darren dalam perjalanan menuju sekolah. Gugup, itulah yang dirasakan Lita. Ingin pura-pura tidak melihat, tapi mereka sudah terlanjur eyes contact. Akhirnya, tak ada pilihan lain. Lita menyunggingkan senyum tipis, terlihat sangat dipaksa. Sedangkan Darren, ia tersenyum lebar sampai matanya menyipit.
Setelah saling melempar senyum, Lita langsung membuang muka. Tapi, Darren malah menatap Lita dengan intens. Jujur saja, Darren rindu dengan Lita. Lelaki itu rindu mengobrol dengan Lita, rindu dengan tawa lepas Lita, rindu dengan sifat sarkasme nya, rindu semua hal yang bersangkutan dengan Lita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
Teen FictionBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...