BAB 44 - PERTEMUAN TAK TERDUGA

12 0 0
                                    

Di depan teman-temannya, Nando bersikap dingin dan tak tersentuh. Namun itu hanyalah alibi untuk menutupi luka menganga di hatinya. Ia jarang bersama-sama dengan Darren lagi, karena kesengajaan. Nando tidak mau jika Darren harus ikut terjerumus dalam pergaulan tidak sehat yang sedang ia geluti saat ini.

Pernah sekitar 3 hari yang lalu, ia dipanggil oleh guru bimbingan konseling untuk mempertanggung jawabkan nilainya yang turun drastis. Guru bimbingan konseling menanyakan sebab akibat menurunnya prestasi Nando.

Jelas saja, Nando tidak mau mengaku di depan gurunya. Ia malu, jika karena putus cinta saja, kualitas dirinya menjadi taruhan. Namun, memang seperti itulah kenyataannya.

Nando diam saja, tidak mengaku, tidak pula berbohong. Akhirnya, guru BK memberi kesempatan Nando untuk berubah. Namun sayang sekali, Nando menyia-nyiakan kesempatan itu. Hingga mau tak mau, orang tuanya di panggil oleh pihak sekolah.

Mama Nando tak dapat menyembunyikan kekecewaan terhadap anak semata wayang yang selalu dibanggakannya tersebut. Namun, Mama Nando tak mau bertindak gegabah, apalagi menghadapi Nando yang masih remaja. Ia tau emosi anaknya masih tergolong labil. Ia tak ingin si Nando semakin hancur karena tekanan dari orang tuanya.

Suatu malam, Papa Nando ingin berbicara serius di ruang kerjanya di rumah mereka. Nando sudah janji akan datang paling lambat pukul 7 sore. Namun, lelaki itu mengingkari janjinya. Ia datang pukul 10 malam dengan kondisi berantakan. Salah satu pipinya membiru, seperti habis mendapat tonjokan. Dua kancing teratas seragam putih biru nya terlepas, rambutnya kusut dan berantakan, tasnya entah kemana, ia juga menggenggam kunci motornya sambil berjalan malas ke kamarnya.

Hal ini menyulut emosi papanya. Padahal, pria itu sudah berjanji pada istrinya agar mengobrol dengan kepala dingin. Namun, melihat kondisi Nando yang makin lama makin berantakan, pria itu khawatir. Tapi, caranya salah untuk menunjukkan rasa khawatirnya.

"NGGAK PUNYA SOPAN SANTUN KAMU, HAH?!" Sentak papanya dengan memandangi Nando dari atas sampai bawah.

"Sorry, Pa. Aku capek." Balas Nando sambil terus melanjutkan jalannya.

"MAU JADI APA KAMU, PULANG SEKOLAH NGGAK LANGSUNG PULANG! MALAH TAWURAN!" Usapan lembut sang istri di lengan pria itu tetap tak mampu meredakan amarahnya.

"Apa yang papa ucapkan itu nggak benar." Nando mengernyitkan dahi mendengar ucapan ayahnya yang berpikiran dangkal.

"TERUS APA? DITABOK LAKI-LAKI LAIN GARA-GARA KAMU MENCUMBU PACARNYA?!" Papa Nando mulai kehilangan kendali atas mulutnya sendiri.

"KEEP YOUR WORDS! USE YOUR OWN BRAIN BEFORE YOU SAY ANYTHING." Nando benar-benar ingin menangis. Ia dituduh melalukan hal bejat oleh papanya sendiri.

"TERUS APA?! APA JULUKAN YANG PANTAS UNTUK ANAK SMP YANG PULANG KE RUMAH PUKUL 10 MALAM DENGAN SERAGAM YANG BERANTAKAN DAN PIPI MEMBIRU?" Urat-urat di kepala Papa Nando mulai bermunculan.

"Terserah, aku capek, Pa. Aku mau istirahat. Sorry, aku nggak bisa nepatin janji untuk bicara serius sama kalian." Nando benar-benar lelah, semua tulangnya serasa mau retak. Ia harus merebahkan diri di kasur.

"PAPA MENYEKOLAHKAN KAMU BIAR PINTAR, BIAR PUNYA MASA DEPAN YANG CERAH. TAPI APA?! KERJAAN KAMU PACARAN TERUS! PUTUS CINTA BUKANNYA BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK, MALAH JADI ANAK BERANDALAN. TEMAN-TEMANNYA NGGAK ADA YANG BENAR! RAMBUT DISEMIR, PULANG MALAM, SEKOLAH CUMA DIBUAT NONGKRONG AJA! MAU JADI APA KAMU, HAH?!" Mama Nando tetap mengelus lengan suaminya, takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Jujur saja, malam ini adalah kali pertama pertengkaran pecah karena Nando, anak mereka.

"Pa, mungkin papa belum tau rasanya patah hati itu seperti apa. Papa juga nggak ngerti seberapa berharganya Lita di hidupku. Papa nggak bisa memukul rata hati setiap orang agar sepemikiran dengan papa, yang menganggap patah hati adalah hal yang nggak pantas buat disesali. Pa, Lita itu istimewa. Dia gadis baik, dia bisa membangkitkan semangatku untuk belajar, makanya nilaiku meningkat cukup pesat. Tapi, disaat aku benar-benar membutuhkan support untuk menghadapi UNBK, dia malah menyudahi hubungan kami. Aku ngerasa nggak punya semangat lagi buat belajar. Aku bukan tipe orang yang bisa tetap semangat walaupun tanpa penyemangat." Jelas Nando panjang lebar. Ia hanya ingin orang-orang mengerti perasaannya.

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang