AUTHOR POV
Nando terpaku menatap Darren yang malah nyengir tak berdosa. Nando kira, Darren hanya bercanda, namun setelah Darren mengubah raut wajahnya, barulah Nando percaya kalau Darren sedang serius.
"Lo mabuk? kalo si Lita malah baper sama gue gimana? Ntar gue dituduh nikung lagi. Gak ah, gue gak mau." alibi Nando dengan raut muka seolah mengatakan 'pokoknya enggak'
Gila aja nih Darren, ntar gue duluan pasti yang baper. Lo pikir mainin peran segampang itu? -batin Nando menjerit
"Ayolah Ndo, lo kan baik sama gue. Yaya?" Darren memasang muka semelas mungkin. Ia ingin permintaan nya yang satu ini dikabulkan oleh sahabatnya
Nando menghela nafas berat, ia berpikir keras. Mau menuruti permintaan Darren atau malah menolaknya dengan seribu satu alasan
"Kata lo gue harus dapetin dia? Masa lo gak mau bantuin gue sih? Lo mau, gue jomblo terus kayak lo?" Rayu Darren sekaligus mengejek nasib Nando
Tanpa Darren sadari, perkataannya itu menohok relung hati Nando. Bukannya tersinggung, Nando malah mengiyakan dalam hati
"Gue gak mau lo jomblo terus Ren, seperti kata lo tadi. Yaudah gue turutin permintaan lo," kata Nando pasrah
"Yes gue seneng banget! Makasih Ndo, makasih banyak. Gue gak tau harus minta tolong siapa lagi. Btw, gue ke kelas dulu ya, mau buat PR Bahasa Indonesia. Bye! " Ucap Darren menggebu lalu nyelonong begitu saja.
Kini tinggal lah Nando sendiri di belakang aula. Ia bersandar di salah satu pilar, mengusap wajahnya kasar dan mulai merenung.
NANDO POV
Apakah jalan yang gue pilih ini sudah benar? Apakah gue harus deketin Lita, dengan Darren sebagai alasannya?
Gue mau bantuin Darren. Tapi bukan gini caranya! Ada banyak pekerjaan yang bisa gue lakuin untuk menguntungkan Darren. Misal nya bantuin nembak atau memberi saran cara PDKT. Tapi hal ini, udah kelewat batas, bro! Bayangin deh.
Sebenarnya gue punya alasan, kenapa ga mau ceritain perasaan gue buat Lita ke Darren. Gue hanya gak ingin diejek oleh dia. Gue males dengerin dia ngejek 'lo pecundang' 'lo banci' dan yang lainnya karena gue belum berani mengungkapkan perasaan gue
Sekarang tau kan, akhirnya malah ribet gini? Makanya guys, lebih baik jujur tapi menyakitkan daripada berbohong namun mendapat masalah besar.
Kalau sudah gini, gue bisa apa? Gue juga sudah terlanjur bilang ke Darren kalau gue menuruti permintaannya. Mau nggak mau, gue harus menjalani itu semua. Karena salah satu prinsip hidup gue adalah 'pantang ingkar janji'
Selain itu, gue juga ingin bantuin Darren dengan tulus, meskipun caranya rada aneh. Gue berusaha melakukan hal ini tanpa maksud terselubung dalam otak dan hati gue
Gue berdoa kepada Tuhan, semoga hal ini tidak akan membuat gue menyesal nantinya. Gue juga memohon kepada Tuhan, agar gue tidak terbawa perasaan, saat gue menjalankan peran gue nantinya
AUTHOR POV
Setelah merenung, Nando kembali ke kelas. Dalam perjalanan, ia sempat berpapasan dengan Lita dan Tasya, teman gadis itu.
Nando hanya melirik sekilas, namun Lita malah menatap dengan terang-terangan. Tasya yang menyadari hal itu, langsung menarik Lita menjauh
"Kamu kebiasaan deh Lit! Sukanya melotot sana-sini. Kalo mau cari masalah, sendirian aja. Aku nggak mau ikutan." rengek Tasya
Lita yang merasa risih dengan tingkah Tasya, hanya bisa menghela nafas kasar
"Gak usah alay, aku cuma ngelihat dia, bukan mengintimidasi ataupun cari masalah," kata Lita tajam
Tasya yang mendengar jawaban Lita, memajukan bibirnya. Namun, Lita tidak menggubris sama sekali. Ia tetap berjalan seolah sedang sendirian
Mimpi apa aku semalem Lit, bisa temenan sama orang macem kamu. Beri kesabaran ya Tuhan. -batin Tasya
KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
Teen FictionBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...