BAB 16 - NONGKRONG

17 2 0
                                    

AUTHOR POV

Jam 14.45, Darren sampai di rumah Lita. Ia mengetuk pintu pagar sambil mengucap permisi. Tiba-tiba, seorang wanita yang kira-kira berumur 45 tahun keluar

"Cari siapa?" Tanya wanita itu, yang diduga mama Lita

"Saya Darren. Saya cari Lita, tante. Tadi sudah janjian mau main di cafe sama temen," ucap Darren sambil mencium punggung tangan mama Lita

"Masuk dulu Darren, tante panggilkan Lita ya." pamit mama Lita, langsung pergi begitu saja

Emang buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kelakuan lo sama mama lo 11 : 12. Tapi tetep apa, masih jutekan lo -batin Darren untuk Lita

Setelah menunggu 2 menit, Lita keluar menggunakan pakaian yang simple untuk ukuran perempuan. Celana jeans panjang, kaos bertulisan three second warna hitam, dilapisi jaket jeans. Rambut yang melewati bahunya diikat berantakan, menyisakan sedikit anak rambut di sekitar telinganya.

Darren sempat terpukau dengan penampilan Lita. Gadis itu terlihat lebih cantik saat menggunakan baju bebas. Lalu ia berjalan melewati Darren menuju rak sepatu, untuk mengambil alas kakinya

"Lo serius, pake sandal jepit ke mall?" Tanya Darren heran sambil tetap mengamati pergerakan Lita

"Katanya ke cafe, kok sekarang ke mall?" Lita kebingungan sambil menatap Darren dengan dahi berkerut

"Maksud gue, cafenya ada di dalam mall, Lita. Masa iya lo ke sana pake sandal jepit?" Jelas Darren

"Weh, sandal jepit ini nggak sepuluh ribuan kali. Mahal nih, merknya terkenal. Modelnya aja yang jepit, harganya mah kayak flat shoes," Lita memberi argumen sambil menatap Darren dengan tatapan tidak terima

"Lo punya flat shoes kan? Pake itu aja, lebih trendy." bujuk Darren

"Pokoknya aku pake sandal ini. Bodo amat, nggak terima penolakan. Ayo berangkat," Ucap Lita mulai kesal, kemudian ia berjalan ke arah motor Darren

"Ah, dasar batu. Yaudah cepetan. Gue izin mama lo dulu." Darren memutar bola matanya

Setelah berpamitan dengan mama Lita, mereka berangkat menuju sebuah mall yang ada di pusat kota Surabaya. Selama perjalanan, tidak ada yang membuka pembicaraan. Lita dengan lamunannya dan Darren dengan konsentrasi menyetir motornya

Setelah sampai di parkiran mall, Darren melirik jam tangannya. Jam digital tersebut menunjukkan pukul 15.15. Darren mengingkari janjinya dengan Nando. Ia tanpa sadar, menarik tangan Lita dan menyeretnya sambil berlari kecil

"Gak usah tarik-tarik. Aku bisa jalan sendiri!" Lita mulai risih dengan sikap Darren

"Maaf maaf, tadi reflek. Ayo cepetan Lit, gue janjian sama Nando jam 3 pas. Sekarang sudah lewat 15 menit. Dia gak suka ada orang nggak disiplin," Darren menjelaskan

"Yaudah cepetan. Kamu di depan, aku ngikutin." Lita mempersilakan Darren berjalan duluan

"Gini aja, jangan protes!" Nando menggamit lengan Lita

Setelah sekitar 4 menit berlari-lari kecil, mereka sampai di salah satu cafe terkenal di mall itu. 'Cafe Kekinian' namanya. Di dalam cafe ini, desainnya sangat cocok untuk remaja seusia mereka ber 3. Dengan dinding-dinding dilapisi wallpaper, meja-meja dari kayu yang diukir sedemikian rupa, lantai dan lampu yang unik, serta fasilitas yang memadai. Seperti AC, Wi-fi, dan sofa yang empuk.

Darren mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru cafe. Di bangku pojok, tepatnya dekat jendela, Darren melihat Nando yang sedang duduk di sofa malas dan sedang memainkan smartphone nya

"Lo telat 20 menit, Ren." Ucap Nando tanpa menoleh ke arah Darren, ia dapat menebak

"Maaf Ndo, tadi gue harus jemput si brutal dulu," Darren menjelaskan

"Lo ngomong apa sih?" Ia segera mengalihkan pandangan dari smartphone nya, menuju gadis yang saat ini sedang bersendekap di sebelah Darren

"Lah, lo ngapain ngajak nih bocah?" Ucapan Nando meluncur begitu saja

"HEH, BOCAH KATAMU? AKU SUDAH PUBER YA. SUDAH MENSTRUASI!!" Ucap Lita keras sambil mencak-mencak

Semua orang di cafe memperhatikan Lita, Nando, dan Darren. Termasuk bagian kasir. Lita yang di tatap banyak orang seolah tidak peduli, ia menatap tajam Nando. Ia kesal sekali dengan ucapan cowok tersebut yang mengatainya bocah

Nando dan Darren yang malu akan tingkah Lita, langsung pura-pura sibuk. Nando menundukkan kepala sambil meremas jarinya dan Darren membenarkan kancing jaketnya

Sekitar 3 detik kemudian, orang-orang tadi kembali ke aktivitas semula

"Lita, lo malu-maluin goblok!" Umpat Darren sambil meremas-remas tangannya sendiri

"Anjir, muka gue ditaruh mana?" Nando mengusap kasar wajahnya

"Lo ngotak dikit lah Lit kalo ngomong. Frontal banget, ya Lord!" Darren mencak-mencak

Nando hanya menggelengkan kepalanya, gayanya lumayan kalem kalau dibandingkan Darren. Melihat ekspresi Nando yang sengsara, barulah Lita merasa bersalah

"Yahh, maafin aku. Tadi remnya masih putus, sekarang udah nyambung kok. Serius," ucap Lita meminta maaf sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk 'peace'

Hal ini membuat Nando tambah geleng-geleng, sedangkan Darren malah mengumpat tanpa suara

"Permintaan maaf diterima." jawab Nando, segera mengakhiri suasana panas

"Maafin adek, Kak Nando, Kak Darren. Tadi mulutnya nggak bisa di rem, sekarang udah bisa kok," Ucap Lita semelas mungkin

"Mending lo diem deh, Lit. Nanti bahasannya makin kemana-mana." Nando mengerutkan kening

"Dosa apa gue, punya adek kelas macem lo!" Darren meratapi nasib

"Tapi kalian suka, kan?" Tanya Lita sambil menaik turunkan alisnya

"Hah?" Jawab Darren dan Nando barengan

"Kalian suka sama aku kan? Buktinya kalian mau berteman sama aku," jawab Lita terkekeh

Anjrit, gue kira lo beneran tau, kalo gue suka lo -batin Nando dan Darren

"Hehe, iya." balas Nando linglung

Kemudian, Nando memanggil waiter dan memesan makanan. Mereka terlibat dalam obrolan ringan. Banyak topik yang dibahas, ada yang mengenai pendidikan, Bangsa Indonesia, permainan sepak bola, bahkan sampai latar belakang keluarga masing-masing

Setiap orang yang melihat keakraban remaja tersebut, pasti mengira bahwa mereka adalah teman lama. Padahal tidak. Bahkan, Darren dan Lita belum genap kenalan sehari.

Entah mengapa, Lita langsung connect saat mengobrol dengan mereka. Ia merasa nyaman berteman dengan kakak kelas itu. Walaupun sebelumnya, ia sempat tak suka dengan kehadiran Darren dalam hubungan pertemanannya dengan Nando

Setelah 15 menit menunggu, pesanan mereka pun datang. Obrolan mereka terhenti, masing-masing sibuk dengan piring dan gelas dihadapannya

Selesai menyantap makanan, mereka membahas destinasi selanjutnya. Lita ingin main timezone, namun Darren dan Nando ingin menonton bioskop.

Setelah capek berdebat, akhirnya, Lita menuruti permintaan si cowok-cowok. Sebenernya ia juga ingin menghabiskan waktu bersama, menikmati keseruan film ditemani bodyguard barunya

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang