BAB 46 - SHE IS MINE?!

8 0 0
                                    

Pukul delapan pagi, Nando kembali ke rumah Darren dan bergegas meninggalkan rumah itu sebelum Darren pulang sekolah. Saat ia hendak pergi ke kamar Darren untuk membereskan barang-barangnya, tiba-tiba muncullah Ibu Darren dari arah dapur.

"Loh, Nando? Kamu nggak sekolah, nak?" Tanya wanita itu. Seketika Darren teringat mamanya yang sedang di rumah dan mungkin mengkhawatirkannya.

"Nggak dulu tan, masih mau nenangin diri dulu," jawab Nando sekenanya.

"Emang kenapa?" Wanita itu menggiring Nando ke ruang tamu agar mereka bisa sharing dengan leluasa.

"Lagi bertengkar sama papa," balas Nando jujur.

"Terus?"

"Ya aku pergi dari rumah, aku cari ketenangan di luar rumah." Nando membalas dengan malas.

"Ya Tuhan, Nando! Apa-apaan kamu sampai berani minggat dari rumah?" Mama Darren tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

"Gimana lagi, tan? Aku udah terlanjur sakit hati." Nando masih sempat membela diri.

"Sesakit hatinya anak sama orang tua, dia tetap nggak berhak minggat. Apalagi kamu masih SMP, biaya hidupmu masih orang tua yang tanggung. Masa kamu keluar rumah, terus kalo udah butuh kamu balik lagi? Nggak malu emangnya?" Nasihat mama Darren seketika meluluh-lantahkan pertahanan Nando.

"Terus aku harus gimana, tan?" Nando mencoba membuka hatinya agar mau mendengarkan opini orang lain.

"Ambil barang-barangmu, kamu pulang dan minta maaf sama orang tuamu. Kalo perlu sujud di kakinya. Jangan mengecewakan mama papa kamu, Ndo. Pasti mereka menyesal karena sudah menyakiti kamu. Kamu juga jangan putus asa. Kalau sekarang kamu terpuruk, kamu harus bangkit secepat mungkin. Selagi masih ada waktu buat persiapan UNBK, lho. Jangan stuck terus, nanti kamu nggak maju-maju. Dan tentang cewek yang dulu pernah kamu taksir, untuk saat ini dikesampingkan dulu. Fokus UN yang nomor satu." Mama Darren sungguh peduli dengan teman anaknya itu. Wanita itu juga sempat diceritakan Darren tentang Lita yang mengubah pribadi Nando 180°.

"Oh, kalau tentang Lita, aku udah buang jauh-jauh perasaanku. Aku udah move on, tante. Aku gak pengen dia makin merusak masa depanku. Sekarang tinggal mikir gimana caranya buat mengembalikan nama baikku yang sempat tercemar." Tekad Nando sambil menatap mata Mama Darren dan tersenyum simpul.

"Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga. Yaudah, sini tante bantu." Mama Darren tersenyum semringah pada Nando.

"Bantu apa, tante?"

"Bantu ngembaliin warna rambutmu, biar nggak kayak besi karatan gitu," Entah itu bermaksud mengejek atau apa, yang jelas Nando tertawa mendengar ucapan konyol Mama Darren itu.

"Yuk sini, kebetulan tante punya semir hitam,"

"Wuih, serius tan? Asik, ga perlu keluar uang lagi, hehehe."

"Iya, semir hitam buat sepatu kulit papanya Darren,"

"Hah?! Nggak jadi deh tan, aku pulang aja. Sekalian ntar mampir di supermarket,"

"Hahaha, nggaklah. Tante punya kok yang buat rambut, sekalian tante olesin di rambut kamu ya?"

"Iya, tante. Bikin aku jadi ganteng lagi ya, tan."

"Akhirnya nyadar juga kalo penampilanmu yang ini malah bikin kamu jelek," Mama Darren mengejek dengan terang-terangan. Ucapan blak-blakan seperti inilah, yang membuat Nando merasa nyaman dengan seseorang. Dulu, ia nyaman dengan Lita, juga karena gadis itu frontal dalam berucap.

*****

"Gini kan, kamu keliatan makin seger, Ndo." Puji Mama Darren sambil mengamati hasil karyanya di rambut Nando.

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang