BAB 35 - SEPERTI LELEHAN MENTEGA

25 1 0
                                    

Suasana menjadi canggung karena gombalan spontan yang diucapkan Zevan. Akhirnya, Lita dan Darren menyantap makanan mereka. Saat Lita dan Darren menikmati makanan, Zevan pamit untuk pulang.

Zevan sudah tak terlihat batang hidungnya, Lita dan Darren langsung bersekongkol untuk membicarakan lelaki itu.

"Yang bener aja njir, baru kenal beberapa minggu langsung gombal. Gilaa!!" Darren histeris sendiri.

"Yaudah biarin aja. Mungkin dia keceplosan," tanggap Lita super santai, seolah sudah biasa menanggapi hal seperti ini.

---flashback---

"Kamu itu pantesnya di sayang, bukan dimainin."

Saat Darren mendengar gombalan receh Zevan, ia tersedak ludahnya sendiri. Tanpa melihat wajah Zevan yang mungkin salting, ia melengos. Ia tak menyangka ternyata temannya itu pintar juga menggombali cewek.

"Ahaha, trims loh kak." Darren dua kali lipat lebih kesal mendengar tanggapan Lita.

---flashback end---

"Lo juga ngapain welcome sama gombalan dia?!" Tanya Darren masih tak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Lah kamu ngapain kesel sendiri. Kan hakku mau nanggepin welcome kek, mau sarkas kek. Terserah aku lah," Balasan Lita seperti pisau yang menghujam tepat di jantung Darren.

Shit! Ngapain lo overprotective gini sih? Inget, lo sama dia itu cuma berteman. Apa perlu diperjelas? Darren dan Lita itu statusnya cuma teman!! -batin Darren memperingatkan sekaligus mengejek.

"Nganu Lit-- ehee-- ituloh, ya aku risi aja sama orang-orang tipe Zevan," balasan Darren ternyata makin memperumit masalah.

"Heh? Risi? Mirror brother! Dulu pas aku belum kenal kamu, aku juga risi banget sama polahmu yang gak karuan itu." Cerca Lita dengan raut santai, sambil tetap menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

Saat Darren mendengar pengakuan Lita, ia menjatuhkan sendok dan garpu yang tadi di genggamnya kuat-kuat sehingga menyebabkan dentingan yang cukup keras. Darren tidak marah, ia hanya kaget dan spontan melakukan hal itu.

"MAKSUD LO?!" Tanya Darren dengan mata terbelalak dan dahi berkerut.

"Pertama kali aku lihat kamu itu pas upacara. Belum kenal udah umbar senyum, itu aku beneran illfeel. Tapi pas itu kan aku belum kenal kamu, kalo sekarang udah kenal ya biasa aja."

Darren mencerna kalimat Lita lumayan lama, ia harus benar-benar memahami nya, karena biasanya gadis itu akan menyelipkan pesan tersirat di kalimatnya. Akhirnya Darren mempunyai ide untuk mengetes kejujuran Lita.

"Lit, seandainya lo bisa memilih. Lo bakalan pilih Zevan atau gue?" Tanya Darren dengan serius.

"Kriterianya apa dulu?" Balas Lita tanpa beban, padahal sebentar lagi ia akan dihadapkan pada pilihan yang sulit.

"Baiknya, mungkin?" Ucap Darren ragu-ragu.

"I think, Zevan lebih baik." Jawab Lita cepat.

"WHY?!" Tanya Darren ngegas.

"Karena dia nggak jahat sama aku," balas Lita ngawur tapi logis.

"Maksudnya, gue sejahat apa sampai nggak lo pilih?" Tanya Darren sok nelangsa.

"Kamu itu tukang paksa," Jelas Lita secara singkat.

"Emangnya Zevan enggak?" Darren tidak terima ia dibilang si pemaksa oleh Lita.

"Sangat enggak," balas Lita enteng. Ini membuat kepala Darren serasa mendidih.

"Kriterianya apa kalo lo milih gue?" Tanya Darren mengalihkan topik.

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang