AUTHOR POV
Darren dengan cepat berjalan ke kantin, tempat ia menyusul Nando tadi. Di sana, ia melihat Lita sedang melamun
"Ehm, hai Lita, gue Darren. Gue disuruh Nando susulin lo. Dia kebelet. Suka lama kalo pipis," ujar Darren sesuai rencana awal, karena ia belum memersiapkan alasan lain
"Kenapa Nando nyuruh kamu? Kan aku bisa nunggu dia sampai selesai," jawab Lita, keras kepala. Ia menatap Darren dari atas sampai bawah dengan tatapan aneh
"Tapi Nando nyuruh gitu. Sebagai teman yang baik, gue cuma nurutin kata dia," Darren memberi pembelaan. Ia tidak terima disudutkan
"Kamu duluan aja, aku nunggu Nando." kukuh Lita
"Lo batu banget di kasih tau! Dia lagi ada urusan. Lo ikut sama gue kenapa sih?" Ucap Darren mulai kesal
"Aku gak kenal kamu, makanya gak mau ikut," jawab Lita simple, tidak terpengaruh oleh gertakan Darren
"Makanya ayo kenalan. Gue Darren, lo Lita. Gue 9A, lo 8A. Gue laki-laki, lo perempuan. Gue ganteng, lo cantik. Gue suka lo, lo suka di---" Darren terdiam, ia keceplosan
"Kamu bilang apa yang terakhir?" Tanya Lita memastikan
Anjir, mulut gue remnya putus. Mampus, gue kelepasan -batin Darren
"Eum, enggak. Gue lupa tadi ngomong apa," Darren salah tingkah
"Dasar gak waras." umpat Lita pelan, ia langsung meninggalkan Darren begitu saja
Baru pertama kali, gue di sia-sia in cewek. Apakah ini yang dinamakan karma?
Akhirnya Darren berjalan menuju kelas dengan perasaan yang tidak menentu. Ia kecewa dengan respon Lita. Ia cukup kesulitan mendapat perhatian Lita
Lo harus bersyukur, Ndo. Gak usah susah payah, lo udah bisa temenan sama Lita. Dia langsung memberikan respon positif. Lah gue gimana? Nasib nasib.
Sesampainya di kelas, Darren langsung disambut dengan cengiran Nando. Nando yang belum tahu apa-apa, mengernyitkan dahi melihat raut masam Darren
"Lo di jutekin Lita, Ren?" Tanya Nando
"Bukan di jutekin lagi anjir, ini mah namanya ditolak!" ucap Darren uring-uringan. Ia melempar bolpoin yang ada di meja temannya ke sembarang arah
"LO NEMBAK DIA? PARAH PARAH!" Tanya Nando nge gas
"Botak lo nembak! Gue susulin aja langsung ngamuk-ngamuk. Kampret tuh bocah," Darren frustasi
"Ohh, kirain langsung nembak. Gila apa ya?" Ucap Nando entah pada siapa
"Otak lo kali, yang perlu di reparasi," jawab Darren kesal pada pemikiran Nando
"Emang bisa?" Nando berlagak bodoh
"BISA NDO, BISA! LO KELUARIN DULU OTAK LO, NANTI GUE INJEK!"
"Gak mau ah, nanti gue gak bisa mikir. Hehe," Nando tertawa
Setelah mereka membahas tentang reparasi otak, Nando mengembalikan topik semula
"Terus Lita gak lo ikutin, pergi kemana?" Tanya Nando serius
"Gimana gue ngikutin, dia langsung nyelonong gitu aja,"
"Halah, alasan aja. Kalo lo niat, pasti ada jalan," Nando mulai bijak
"Bukan gitu, gue takut dia benci sama gue. Bahkan gue belum kenalan secara resmi," Darren mulai bercerita
"Lo lelet banget, anjir! Kenalan aja belum? Lo gak mau nyoba sih! Lita bukan orang pilih-pilih kok. Gue aja langsung ditanggapi positif."
"Masalahnya gue keceplosan bilang 'gue suka dia',"
"Ya Tuhan, temen gue udah lelet, goblok pula. Lo mau apa sih, Ren? Lo mau gue balik ke Lita?" Nando kesal sendiri
"Jangan gitu lo. Dasar tukang PHP."
"Malah baper. Urusin sana kisah cinta lo yang amburadul!" Nando bangkit, meninggalkan Darren yang terduduk lesu
Kok semua orang suka ninggalin gue sendiri sih? Gue gak bisa diginiin Lit, Ndo. Gumam Darren pada dirinya sendiri
*****
Lita tergopoh berjalan menuju kelas, ia malas berurusan dengan temen Nando yang gak waras itu, namanya Darren
"Weits, kenapa gopoh, Lit?" Tanya Evan
"Hah? Enggak kok. Lagi pengen ke kelas aja," alibi Lita
"Nando mana?"
"Ngapain kamu nanyain Nando?" Lita heran
"Kalian kan sejoli yang tak terpisahkan."
"Apasih, alay banget bahasamu," Lita tertawa kecil
"Lit, kamu pacaran sama Nando?" Evan ingin tau kejelasan hubungan mereka
"Ada hubungannya sama kamu?" Balas Lita jutek
"Buset, serem mukanya. Ga jadi tanya deh, hehe." Evan takut sendiri melihat ekspresi Lita yang sadis
"Kamu jangan penasaran sama urusan orang lain. Gak semua orang ingin membeberkan hal-hal pribadi, apalagi mereka hanya sekedar teman," Ucapan Lita menohok hati Evan
Lo judes banget Lit. Jangan gitu ah, nanti gak laku
LITA POV
Huft, males banget hari ini. Udah kesel sama Darren, ditambah Evan pula. Kenapa sih, akhir-akhir ini aku suka uring-uringan? Apalagi pas dikasih pertanyaan tentang hubungan ku sama Nando. Entah kenapa, suka sensi sendiri.
Mungkin hatiku ngerasa terjebak friendzone sama Nando. Coba bayangin deh, tiap hari ngobrol di kantin. Udah pernah jalan, meskipun cuma ke depot depan sekolah. Udah pernah ke pasar malem di depan perumahan ku, ya meskipun cuma beli kaos aja sih, itupun karena kita nggak sengaja ketemu. Dan kita nggak punya status yang jelas. Rada nyesek sih sebenernya
Tapi aku nggak ngerasa digantung kok, dia aja nggak pernah mengungkapkan perasaannya. Cuma namanya cewek, ya pengen dikasih kepastian. Aku nggak berharap di tembak, cuma butuh kejelasan 'sebenernya kita ini apa?'
Bukannya aku berharap lebih sama dia, tapi kan nggak banget kalo aku cuma dianggap pelampiasan? Datang lalu pergi? Emangnya dikira aku apa? Mainan?
Meskipun aku 99% yakin, kalo Nando cowok baik-baik, tapi hati orang nggak ada yang tau kan? Bisa aja dia berubah jadi jahat. Ya semoga aja sih enggak. Karena aku udah bener-bener percaya dan nyaman sama dia, agak nggak rela kalau pertemanan kita sampai di sini aja
Menurutku, Nando beruntung. Dia mampu mengajakku berteman tanpa susah payah. Sebenarnya aku kasihan sama Darren, dia kesannya kayak ngejar-ngejar aku. Tapi aku gak suka sama dia, kalo dia didekatku, pasti bawaannya marah-marah. Dan aku juga nggak tau penyebabnya. Ah sudahlah, biarkan saja. Kalau dia nggak nyaman sama aku, pasti juga bakalan pergi sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
Teen FictionBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...