Saat Lita sedang melamun, handphone nya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Dari pada keterusan melamun, ia memutuskan untuk membuka notifikasi tersebut.
Evan:
Terimakasih atas kepedulianmu 🙏Lita mengerutkan dahi membaca pesan Evan. Tentu saja ia keheranan, dari mana lelaki itu tau jika dirinya masih peduli pada Evan? Ah ya, Lita lupa bilang pada Bayu jika hal itu adalah rahasia mereka berdua. Sudah terlanjur, ya sudahlah tidak apa-apa.
Lita memikirkan jawaban yang tepat untuk membalas pesan Evan, tidak terkesan jutek dan tidak terkesan memberi harapan. Maka Lita pilih jalan aman saja, ia hanya mengirimkan stiker jempol. Setelah Evan membaca balasan Lita, ia tidak lagi meneruskan percakapan.
Kemudian pelajaran dilanjutkan. Begitu seterusnya sampai pelajaran jam ketiga selesai, di lanjut dengan istirahat.
*****
Saat istirahat, Lita termenung di tempatnya. Selama beberapa saat, ia tidak merubah posisi duduknya. Entah apa yang merasuki pikirannya, tidak ada yang mengetahui. Saat asik melamun, tiba-tiba handphone nya berdering lama, menandakan ada telepon masuk. Tanpa pikir panjang, ia segera mengangkatnya. Namun, tetap pada pendirian awal, ia tidak pernah berbicara duluan saat di telepon.
"Halo," ucap seseorang di seberang sana.
"Siapa?" Tanya Lita singkat.
"Saya, dek." ucap seseorang tersebut yang ternyata adalah Zevan. Lita hafal, orang yang menyebut dirinya dengan kata 'saya' pasti Zevan.
"Oh kak Zevan. Ada apa?"
"Ketemuan sama saya, bisa nggak?" Tanya Zevan hati-hati.
"Hm. Di kantin ijo, sekarang ya." putus Lita langsung.
"Iya dek,"
Lita berjalan dengan santai ke arah kantin. For your information, ia sendirian. Tapi tak apalah, daripada minta disusul Zevan dan menyebarkan fitnah.
Sesampainya di kantin yang bercat hijau, Lita membeli makanan ringan sambil menunggu Zevan. Setelah dua menit berlalu, Zevan datang dengan tergopoh.
"Maaf, membuatmu menunggu," ucap Zevan formal, seperti di drama-drama.
"Ndak papa. Belum lama kok,"
"Tadi aku udah perjalanan ke sini, eh nggak taunya dicegat sama Bu Rinda, disuruh ambilin mic nya di ruang guru. Emang ya, teacher always right," Zevan mencurahkan isi hatinya pada Lita.
Lita hanya tertawa kecil menanggapi omongan Zevan yang tidak terlalu penting, menurutnya.
"Kamu ada perlu apa ngajak ketemuan?" Tanya Lita to the point, ia memang tidak suka basa-basi.
"Nggak ada perlu. Cuma pengen ketemu aja," Zevan sangat jujur, berharap Lita dapat menangkap pesan tersirat dalam kalimatnya tadi.
"Ohh." Lita hanya ber-oh ria.
Kamu memang kulkas berjalan. Dingin banget sih, ya ampun! -keluh Zevan.
Hening. Karena jawaban Lita yang singkat, Zevan jadi bingung sendiri mencari topik pembicaraan. Akhirnya, ia beralibi jika ada janji ulangan susulan di kelas. Zevan merasa menjadi lelaki tak bertanggung jawab di seantero SMPN 1 Taman.
"Astaga! Dek, saya lupa kalo sekarang ada ulangan susulan. Maaf ya, saya harus kembali ke kelas dulu. Ayo saya anter kamu ke kelas," Ucap Zevan.
"Yaudah, duluan aja. Kamu kan lagi keburu."
"Udah nggak papa. Ayo cepetan," Zevan reflek menarik tangan Lita keluar dari kerumunan orang orang kelaparan di kantin ijo.
Setelah berjibaku dengan puluhan orang, akhirnya mereka bisa keluar dari zona kantin dengan sehat wal'afiat. Karena grogi, ia melepaskan tangan Lita dari gandengannya secara slow motion. Kemudian Zevan menggaruk pelipisnya sambil cengengas-cengenges.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
Teen FictionBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...