BAB 26 - PUTUS DAN PENYESALAN

19 2 0
                                    

Seminggu kemudian...

Luka lebam di kening Lita mulai pudar sedikit demi sedikit. Namun, terkadang cewek tersebut masih merasa nyeri.

Dan ya, dalam tahap penyembuhan luka, Lita sendirian. Tak ditemani Nando apalagi Darren. Terakhir kali ia berbincang dengan Nando adalah saat di UKS. Selebihnya, saat berpapasan mereka hanya melempar senyum. Padahal, hari-hari sebelumnya, mereka pasti menyempatkan diri untuk mengobrol sebentar.

Lita merasa, akhir-akhir ini Nando menghindar darinya. Ia tidak tahu pasti alasannya. Saat berpapasan di koridor, Nando berusaha sebisa mungkin untuk pura-pura tidak melihat Lita.

Kebiasaan chatting pun, hilang sudah. Biasanya, mereka akan menyempatkan diri untuk chat setiap hari, meskipun hanya sepatah kata. Tapi sekarang, sudah tidak ada lagi kebiasaan itu.

Entah mengapa, Lita merasa galau. Ia sedih karena tidak ada lagi yang perhatian kepadanya. Di sekolah pun, ia sudah jarang membuat ulah.

"Lit, kok akhir-akhir ini kamu kayak gak bertenaga sih? Ada masalah ya?" Tanya teman jahanam nya, si Evan.

"Hm, mungkin masalah kecil,"

"Gak mungkin masalah kecil bisa membuat kamu berubah seperti ini," Evan keheranan.

"Ya berarti masalah besar." putus Lita.

"Cerita dong? Siapa tau aku bisa kasih saran atau membantu semampuku," tawar Evan tulus.

Lita hanya menggelengkan kepalanya, tanda menolak tawaran itu.

"Kalo sekarang belum mau, gak papa. Kalo butuh bilang ya?" Evan berubah menjadi cowok berhati lembut.

Lita hanya menganggukkan kepala sambil mengucapkan terima kasih.

*****

Selama beberapa hari, Lita memendam semuanya sendirian. Sampai suatu saat, Lita merasa butuh bantuan. Ia segera menceritakannya pada Evan, dan dengan ikhlas lelaki itu mendengarkan semua keluh kesah Lita.

"Van, aku to the point ya. Gini, kamu tau kan kalo aku sama Nando itu deket? Nah aku ngerasa galau, pas akhir-akhir ini dia kayak jauhin aku. Aku selalu bertanya-tanya dalam hati. Menurutmu, aku ini kenapa?" Tanya Lita.

"Menurutku sih, kamu suka sama Nando," Simpul Evan setelah berpikir cukup lama.

"Bukti apa yang memperkuat?"

"Mungkin karena kamu udah terbiasa sama kehadiran Nando, nah pas dia ngilang kamu kelimpungan nyari kabar dia." Jelas Evan realistis.

"Kalo udah gitu, masa selalu disimpulkan rasa suka?" Tanya Lita

"Ya enggak sih, bisa aja itu karena khawatir. Tapi, rasa khawatir timbul karena peduli, nah peduli itu karena perhatian, sedangkan perhatian ditimbulkan dari rasa suka. Jadi kesimpulannya, kamu suka sama dia. The end." Jelas Evan panjang lebar.

"Tapi aku males kalo suka-sukaan sekarang. Aku masih terlalu kecil dan labil, Van." ucap Lita merajuk.

"Lit, suka sama lawan jenis itu reaksi alami setiap remaja. Apalagi kita dalam masa pubertas, itu wajar lah." Bela Evan yang merasa terpojok, karena ia berpacaran dengan Gaby.

"Yaudah lah, biarin berjalan sesuai rencana Tuhan aja, aku mah apa atuh," serah Lita.

"Saranku ya Lit, mending kamu gak usah menghubungi dia. Jangan pernah bertindak seolah kamu membutuhkan kehadirannya. Biasa aja setiap hari. Ok?" Evan memberi nasihat.

"Iya Van, makasih banyak ya. Aku mau berubah menjadi Lita yang dulu. Sebelum mengenal Nando maupun Darren," Tekad Lita.

"Ini baru Lita yang ku kenal." puji Evan tulus.

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang