NANDO POV
Setelah makan, gue kembali ke kelas untuk bersantai, menikmati beberapa menit berharga sebelum bel masuk berbunyi
Langkah gue terhenti, saat ada sebuah tangan yang menyentuh punggung gue. Saat menoleh, gue melihat raut wajah Darren yang serius
"Ndo, we need to talk." katanya memerintah
"Hm, dikelas aja ya. Udah mau bel masuk." tanggap gue dan berjalan duluan ke bangku pojok kelas
AUTHOR POV
Mereka duduk bersila, saling membisu. Entah mengapa, ada sedikit rasa canggung saat berbicara empat mata, tidak seperti tadi yang suasananya masih baik-baik saja. Sebenarnya, hanya Darren saja yang merasa begitu. Akhirnya, Darren dengan setengah hati membuka percakapan
"Ndo, salah nggak, kalo gue cemburu gara-gara Lita memberikan respon positif ke hubungan pertemanan kalian?" Tanya Darren to the point, karena waktu mereka yang tak banyak
"Kenapa lo malah cemburu? Seharusnya lo bersyukur, dengan gue berteman sama Lita, lo bisa tanya-tanya tentang Lita ke gue," bantah Nando yang merasa dipojokkan
"Gue rasa, makin kesini ada yang gak bener. Lita yang kelihatannya jutek, malah caper di depan lo." Darren mengajukan bukti
"Lo bisa gak, mengamati orang lebih lama? Lo kira, dengan waktu kurang dari 30 menit lo bisa menyimpulkan sesuatu seenak jidat lo?" Ucap Nando yang mulai terpancing emosi
"Bukannya gitu, Ndo. Gue hanya tanya, bukan menyimpulkan seenak gue. Gue tau, lo masih berusaha deketin Lita kan? Gue gak maksud nud--" belum selesai Darren berbicara, Nando menyela
"Gak usah berbelit-belit. Lo ngomong sekarang, lo ingin gue ngapain? Berhenti deketin Lita? Okey, gue turutin." putus Nando
"Dengerin orang ngomong dulu, goblok! Gue belum selesai udah lo putus," Umpat Darren yang mulai jengkel dengan sifat Nando
"Lo tau kan, gue kasih kepercayaan sepenuhnya ke lo buat deketin Lita? Jaga itu baik-baik, Ndo. Jangan sampai lo bohongi gue. Kalo lo suka sama Lita, lebih baik lo jujur, meskipun itu akan menyakitkan buat gue. Lo paham, gue ngomong apa?" Tanya Darren
Entah mengapa ucapan Darren menohok hati Nando.
Apakah gue mesti jujur sekarang, tentang perasaan gue yang sesungguhnya ke Lita? Hmm, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat -celoteh Nando dalam hatinya
"Ya, gue paham omongan lo menjurus kemana. Gue sangat paham. Yaudah, ayo balik ke tempat semula." ajak Nando yang enggan membahas topik ini
Lima belas detik kemudian, bel masuk mulai berkumandang di seluruh penjuru sekolah. Nando dan Darren memilih untuk diam, tidak mengungkit lagi topik mengenai Lita
Setelah itu, Bu Sis datang untuk memberikan materi Bahasa Inggris kepada murid-murid 9A
LITA POV
Apakah yang Michelle katakan itu benar? Apakah aku mulai menyukai Nando? Apakah ini tidak terlalu cepat? Bahkan belum genap satu hari aku mengenalnya
Benar, isi hati sesorang tidak ada yang tau selain Yang Maha Kuasa. Bahkan pemilik hati pun juga belum tentu mengerti
Aku bingung, inikah yang namanya jatuh cinta? Saat otak menyuruh bibir untuk terus tersenyum mengingat wajahnya?
Ah, ku rasa aku benar-benar sudah tak waras. Bagaimana mungkin, si Brutal terus-terusan menyunggingkan senyum sepanjang hari? Apakah efek Nando sebesar itu padaku? Tolong jelaskan, aku tak mengerti.
*****
Saat pelajaran berlangsung, aku sering mendapat teguran, karena ketahuan tak fokus. Aku lebih banyak melamun daripada memperhatikan penjelasan guru
Terlalu lama berpikir, tiba-tiba nama seseorang terlintas di benak ku. Seorang laki-laki yang kurasa sanggup membantu ku.
Evan
Ya, Evan. Aku harus bertanya kepada dia, karena dia laki-laki yang mungkin memiliki kesamaan dengan Nando. Memiliki kesamaan perasaan, mungkin?
Bukan ide buruk, menceritakan sedikit kisah hidupku padanya. Dilihat dari tampang, Evan tipe cowok baik-baik kok. Setidaknya dia mampu memberikan pencerahan yang dilihat dari sudut pandang laki-laki
*****
Setelah pelajaran usai, aku bergegas menghampiri bangku Evan. Kurasa, ia sedang chatting dengan Gaby, pacarnya, karena sedari tadi dia senyum-senyum sambil menatap layar hp nya
For your information, Gaby adalah adik kelas 7 yang hits dan cantik. Ia adalah salah satu gadis beruntung. Meskipun ia famous, ia tidak memiliki banyak haters. Hal ini di tunjukkan dengan banyaknya dukungan yang mengalir sejak dia dan Evan berpacaran
Evan tidaklah memalukan saat bersanding dengan Gaby. Mereka sama-sama orang yang berpengaruh bagi SMPN 1 Taman. Evan dengan wajah ramahnya yang tampan serta keahliannya bermain catur dan Gaby dengan tampilan nya seperti model majalah serta segudang prestasi lainnya
Back to the topic, aku mencolek lengan Evan, dan tanpa basa-basi aku merampas hp nya
"Dengerin aku ngomong, Van. Aku mau curhat, tentang kakak kelas. Kamu harus dengerin dari awal sampai akhir, terus ngasih aku saran yang bermanfaat. Plis, jangan chatting sama Gaby dulu ya? Aku minta tolong," Ucap ku panjang lebar, memohon pada Evan
"Iya, aku bilang ke Gaby bentar. Kembalikan hp ku," pasrah Evan
"Good boy." puji ku dengan tulus
"Ck, kamu selalu gangguin aku ya, Lit. Ada ae yang diomongin. Kamu mengambil waktu-waktu berharga ku sama Gaby," Omel Evan seraya mengerucutkan bibir
"Kalo gak ikhlas mending gak jadi. Gak usah monyong-monyongin bibir segala. Menurutmu itu imut? Di depan Gaby kamu boleh kayak gitu, tapi kalo di depan ku, mending jangan deh. Najis!" cerocos Lita panjang kali lebar kali tinggi
"Iya iya, aku ikhlas kok Lit. Mau ngomong dimana? Di kantin?" Tanya Evan baik-baik
"Kok goblok? Kalo di kantin, kamu pengen Gaby ngamuk hah? Pengen semua orang salah paham?" Ucap ku tajam
"Oh iya lupa, yaudah deh di kelas aja ya," balasnya sambil menepuk jidat
Lita mendengus melihat tingkah Evan yang aneh, kemudian ia fokus pada bahasan mengenai Nando
KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
Teen FictionBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...