BAB 4 - NANDO

60 4 0
                                    

NANDO POV

Gue Nando, sahabat baik Darren. Kalian pasti kenal Darren kan? Itu loh, yang sukanya nolak cewek, haha.

Back to the topic, banyak orang bilang gue manis, tapi sebenernya gue ngerasa biasa aja. Banyak juga orang yang bilang gue introvert, bahkan ada yang ngira gue anti sosial. Tapi itu semua omong kosong kok.

Gue emang pendiam dan suka menyendiri, tapi itu hanya taktik untuk menghindari orang-orang munafik yang ingin berteman sama gue.

Gue ingin dapat teman yang tulus, yang menerima gue apa adanya. Seperti Darren misalnya? Dia bodo amat sama pendapat orang lain tentang gue. Selama dia nyaman berteman sama gue, selama itulah dia akan bersama gue terus.

Bahasa gue lebay ya? Maafkan, hehe. Gue cuma ingin berbagi taktik dan pengalaman nyata

AUTHOR POV

Saat bel istirahat berbunyi, Darren langsung menarik baju Nando, menyeretnya menuju belakang aula untuk bercerita tentang Lita

"Lo mau ngomong apa?" Ucap Nando to the point

"Selow lah, Ndo. Lo gak mau basa-basi dulu sama gue? Udah jarang cerita-cerita kan kita?" Jawab Darren sambil mengedipkan sebelah mata

"Najis banget. Lo jauh-jauh deh, kan konyol kalo gue ketularan," timpal Nando merasa jijik dengan kelakuan sohibnya.

"Sstt, oke cukup. Kapan mulainya kalo gini terus?" Ucap Darren yang mulai ingat tujuan awalnya menyeret Nando kesini

"Cepetan cerita, gue dengerin." putus Nando menyudahi perdebatan mereka.

"Lo tau Lita gak?"

NANDO POV

Entah mengapa, perasaan gue jadi gak enak setelah denger Darren menyebutkan nama Lita. Seperti ada yang mengganjal dalam hati. Tapi gue tetep positive thinking.

"Tau, anak kelas 8 kan?" Jawab gue setelah terdiam cukup lama

"Nah iya, menurut lo dia gimana?"

"Kesannya dia kayak cewek kejam, nyeremin anjir mukanya!" Jawab gue sambil bergidik ngeri membayangkan muka Lita

"Haha, ternyata bukan gue aja yang berasumsi kayak gitu,"

"Kenapa lo tanya gitu? Ada yang penting?" Tanya gue tidak paham dengan maksudnya

"Kalo gue suka Lita, menurut lo gimana?"

DEGG...

Bener kan feeling gue?
Entah mengapa bukannya merasa seneng, justru gue merasa sedih akan kenyataan itu.

Kalian bingung kenapa gue sedih? Okey, akan gue ceritakan

--- Flashback ---

Setahun yang lalu, tepat saat MOS kelas 7, gue melihat seorang gadis sedang berjalan menuju aula sambil mengunyah permen karet.

Dari cara berjalannya, gue tebak dia bukan gadis seperti pada umumnya. Gue rasa dia gadis yang judes. Di saat kebanyakan adik kelas memasang wajah polos, hanya dia yang berani menunjukkan wajah songong nya.

Pada pandangan pertama, gue ngerasa kagum dengan dia. Dia unik, berbeda, dan tentunya ajaib.

Dari situlah, gue mulai menyadari bahwa gue suka sama dia.

--- Flashback end ---

Sampai sekarang, gue bingung. Kenapa gue ga berani nyatain perasaan gue ke Lita? Apa karena gue pendiam, menyebabkan gue kurang percaya diri? Atau apakah aura Lita yang menyeramkan, sehingga harus berpikir berulang-ulang untuk mendekatinya?

Di saat gue sedang memikirkan jawaban untuk pertanyaan gue sendiri, Darren menepuk punggung gue

"Weh, bengong aja lo. Ada yang salah ya sama pertanyaan gue?" Ujar Darren menyadarkan gue

Gue menggelengkan kepalanya sambil tersenyum miris "Gak kok, kalo lo suka sama Lita, perjuangin aja. Pertama lo deketin dia dulu. PDKT nya pelan-pelan, jangan terburu-buru. Pokoknya lo harus dapetin dia ya, Ren,"

Jangan kayak gue yang banci, deketin cewek aja nggak berani -imbuh Nando dalam hatinya

"Haha, bisa ae lo. Eh tapi Ndo, Lita itu kayak sinis banget sama gue. Lo bisa tolongin gue nggak?"

Cobaan apa lagi ini ya Tuhan..

"Bisa kok bisa, mau minta tolong apa?" Tanya gue seolah antusias dengan permintaan Darren

"Tolong deketin Lita, atas nama gue,"

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang