Matahari sudah berada di ufuk barat. Lita segera bangun dari tidurnya. Ia menuruni tangga rumahnya dan beranjak ke lantai dasar. Sambil berlarian kecil menuruni tangga, ia juga mengalungkan sebuah lompat tali di lehernya. Sesampainya di teras, ia segera berolahraga menggunakan lompat tali tersebut.
Begitupun Darren, setelah bangun dari tidur pulasnya, ia mengambil buku latihan UN yang bertengger di meja belajar. Darren membolak-balik lembaran di buku itu. Suatu saat, adrenalinnya terpacu untuk mengerjakan soal-soal matematika. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya, kemudian mulai berkutat dengan buku kumpulan soal tersebut.
Selama kurang lebih 30 menit Darren mengerjakan bermacam-macam model soal, akhirnya ia kelelahan juga. Ia berniat untuk membeli beberapa makanan ringan untuk merefresh otaknya.
Darren mencuci muka, memakai kaos dalaman kemeja batik tadi, kemudian mengambil kunci motor dan pergi ke ruko depan perumahan, rencananya ia akan membeli gorengan.
Saat sedang mengendarai motor sambil menikmati semilir angin sore, mata tajamnya terfokus pada seseorang yang sedang jogging mengitari taman kecil di komplek tersebut.
Seorang gadis sedang berlari sambil bermain lompat tali, menggunakan celana legging satu jengkal di atas lutut dan kaos oblong kedodoran yang menutupi paha nya. Di bahunya tersampir handuk kecil untuk menyeka keringat. Darren tersenyum kecil melihat pemandangan di depannya.
Kemudian ia berinisiatif untuk membeli gorengan dengan porsi yang lebih banyak, agar bisa dimakan berdua bersama Lita. Ia memacu laju motornya agar cepat sampai ke ruko.
*****
"Pak, gorengan nya sepuluh ribu ya, campur." Pesan Darren.
"Iya mas. Tunggu sebentar gak papa ya mas, ini masih digoreng. Bentar kok mas, lima menit ya," ucap pedagang kaki lima tersebut.
Yaelah pak, gatau saya lagi buru-buru apa? Ntar kalo Lita keburu pulang gimana? Siapa yang bakalan habisin gorengan sebanyak itu? Yaudahlah, percaya sama pepatah 'jodoh nggak kemana' aja deh. -batin Darren sambil menampakkan muka bimbang.
"Yaudahlah pak, tapi cepetan ya. Saya mau ke supermarket di depan dulu," pamit Darren.
Setelah membeli minuman isotonik untuknya dan untuk Lita, Darren segera kembali ke pedagang kaki lima tersebut.
"Ini mas, sepuluh ribu ya." akhirnya selesai juga penantian Darren.
"Iya pak, makasih banyak ya."
Setelah membayar, Darren bergegas pergi ke taman untuk menemui pujaan hatinya di sana. Namun, keberuntungan tidak berpihak padanya. Mungkin Lita sudah pulang, karena di taman hanya ada anak-anak kecil yang sedang berkejaran. Darren membuang nafas kesal, akhirnya ia pasrah dan menjalankan motornya ke rumah.
Ternyata saat di perjalanan pulang, Darren melihat Lita sedang berjalan ke arah toko kelontong. Tanpa berpikir panjang, Darren meneriakkan nama gadis itu, membuat sang empunya nama menoleh. Lita mengernyit menatap Darren yang sedang tersenyum lebar ke arahnya.
"Hai," sapa Darren sambil memamerkan giginya yang putih.
"Dari mana, Ren?"
"Jawab sapaan gue dulu, Lit." suruh Darren sambil mengalihkan pandangan dari muka Lita.
"Hai juga," Lita memberi sapaan sambil cengengesan.
"Gue habis beli gorengan. Lo mau? Sini makan sama gue," tawar Darren.
"Gak usah deh, aku mau beli minum aja," tolak Lita sambil mengelus tenggorokannya.
Darren merogoh tas kresek yang tergantung diantara ke dua kakinya. Ia mengambil sebuah botol minuman dan menyerahkan botol tersebut pada gadis di hadapannya yang sedang kehausan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
Genç KurguBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...