BAB 22 - PERMINTAAN MAAF

17 2 0
                                    

Evan terkejut mendengar pengakuan Lita

"Kenapa bisa bertengkar?" Tanya Evan

"Salah paham. Tapi Darren gak mau dengerin penjelasanku maupun Nando," Jelas Lita singkat

"Salah paham gara-gara apa?"

"Darren ngira, kalo aku mengungkapkan perasaan ke Nando. Padahal, gak gitu kebenarannya. Garis besarnya, aku membandingkan Nando dan Darren, terus aku milih Nando karena dia lebih asik. Gitu." Lita menjelaskan

"Kenapa gak maksa dia supaya mau dengerin penjelasan kalian?"

"Udah dipaksa, Van. Tapi dia tetep nggak mau, dan malah bilang makasih makasih," ucap Lita

"Makasih?" Dahi Evan berkerut menunjukkan kebingungan

"Iya, dia bilang makasih. Gini 'terimakasih sudah membuat gue terpesona sama lo. Terimakasih sudah mengajari gue arti perjuangan yang sesungguhnya, mengingatkan gue bahwa semua yang gue ingin gak selalu terkabul'" Lita menirukan intonasi Darren saat mengucapkan kalimat diatas

"MUNGKIN DIA SUKA KAMU, LIT!" Ucap Evan antusias

"Emang," balas Lita cuek

Evan menyimpulkan kalau Darren cemburu. Ia yakin 100%. Lalu, Evan teringat tujuan awalnya mendengar cerita Lita. Ia harus bersikap bijak

"Hmm, gapapa kali bertengkar. Masih remaja, sama-sama egois kan? Palingan bentar lagi juga baikan. Trust me." Ucap Evan  meyakinkan

"Amin," kata Lita penuh harap

Kalo boleh jujur, aku gak yakin sama ucapanku sendiri Lit. Aku gak bisa janji, kalo kalian bakal baikan dalam waktu dekat. Kayaknya Darren orang yang keras kepala -batin Evan

"Udah lah, don't worry. Everything will be okay," Ujar Evan sambil menepuk bahu Lita, menguatkan

Kemudian, Evan meninggalkan Lita tanpa pamit. Ia tak mau membuyarkan lamunan cewek tersebut. Evan segera kembali ke bangkunya sendiri dan menikmati waktu jamkos

*****

Di rooftop sekolah

Darren tidak mengikuti pelajaran IPS sama sekali hari ini. Dari tadi, ia duduk termenung, menerka-nerka apa yang terjadi setelahnya. Namun ia sadar, kegiatannya sia-sia belaka. Semuanya sudah terjadi, tidak ada yang bisa diulang barang satu adegan saja

"Darren..." panggilan lirih namun dalam tersebut, membuat bulu kuduk Darren meremang. Ia paranoid sendiri, takut mitos yang beredar di sekolah nya menjadi kenyataan.

"Ren..." panggilan itu semakin dekat, Darren hanya bisa memejamkan matanya kuat-kuat. Ia tak berani menoleh ke asal suara

"Darren, ini gue Nando. Ngapain lo merem-merem?" Tanya Nando keheranan. Sampai-sampai, ia mengerutkan kening dengan mulut terbuka

Anjing!! -umpat Darren menyadari kebodohannya.

Darren berdehem, menetralkan raut wajahnya yang memerah menahan malu. Ia berpura-pura tak dengar, dan langsung mengedarkan pandangan ke hamparan langit

"Gue tau lo denger, Ren. Gak usah pura-pura gitu ah. Gue udah korban ninggalin pelajaran Bu Yuyun nih, demi nemuin lo." Rayu Nando menggunakan intonasi melas

"Gak ada yang nyuruh lo samperin gue kan?"

"Gue berinisiatif aja sih. Ingin memperbaiki hubungan kita yang merenggang,"

"Gue masih belum ingin baikan sama lo." Ucap Darren tak mau kalah

"Gue harus apa, biar lo maaf in gue?" Tanya Nando mulai putus asa

"Pikir. Sendiri." jawab Darren penuh penekanan

Aslinya gue ingin maaf in lo, Ndo. Tapi gue takut lo khianatin beneran -batin Darren

Nando mengusap kasar wajahnya. Ia bingung bagaimana menghadapi sikap Darren yang keras kepala. Nando yakin, Darren pasti menginginkan hubungan pertemanan yang baik-baik, seperti sedia kala.

"Lo jangan gengsi. Ungkapkan keinginan lo secara gamblang, jangan berbelit-belit. Sebenernya, lo ingin kita damai kan?" Tebak Nando

"Rasa sok tau lo bisa dikurangi dikit gak?" Ucap Darren menyebalkan

Nando hanya bisa menghela nafas, ia harus sabar menghadapi sifat Darren yang baru diketahuinya. Ia sedikit tak yakin kalau Darren luluh dengan rayuannya

"Yaudah. Up to you ya Ren. Pokoknya gue udah berusaha memperbaiki. Kalo lo masih gak mau terima permintaan maaf gue, ya gapapa. Jangan nyesel kalo gue gak ngemis maaf lagi ke lo." ujar Nando dingin. Ia manusia, juga punya batas sabar

Nando berbalik arah, ia menuruni tangga rooftop dan berjalan menuju kelasnya di 9A. Selama perjalanan, ia memikirkan perkataannya.

Ucapan gue gak menyinggung Darren kan? Gue cuma mengungkapan kekesalan dan rasa putus asa gue. Gue juga ingin menyadarkan Darren, bahwa gengsi itu membuat segalanya tambah runyam

*****

Setelah Nando menghilang dari pandangan Darren, ia introspeksi diri.

Gue salah nggak sih kalo jual mahal? Gue ingin memberi pelajaran Nando, kalo permintaan maaf dia, gak segampang itu gue terima. Gue  juga punya rasa dendam ya -batin setan yang menguasai diri Darren

Setelah sekian lama, Darren bosan di rooftop. Ia berjalan menyusuri koridor-koridor, menuju kelas tercintanya

Darren sudah meyakinkan diri, ia harus menyambut hangat permintaan maaf Nando ataupun Lita. Malaikat sudah membisikkan kalimat yang menjadi motivasinya untuk memaafkan mereka

'Buat apa dendam? Ini menyiksa batinmu sendiri. Dirimu dituntut supaya membalas perbuatan mereka yang kurang berkenan. Sudahi rasa dendam mu, jadilah orang yang lapang dada'

Setelah sampai di kelas, Darren tidak menemukan batang hidung Nando. Ia sempat menanyakan keberadaan Nando pada teman sekelasnya, namun jawaban mereka tidak ada yang memuaskan.

'Aku gak tau'

'Kurang tau'

'Tadi ada kok, coba tanya yang lain'

'Liat aja di bangkunya'

'Lo aja gak tau, apalagi gue'

Kira-kira, begitulah jawaban teman-teman Darren. Bahkan ada yang hanya menggeleng tanpa mengucap sepatah kata pun. Darren kesal dengan respon mereka, kemudian ia keluar kelas. Tapi sebelumnya, ia menyempatkan diri menggebrak pintu kelas untuk menunjukkan kekesalannya. Namun teman-temannya bodo amat, mereka masih sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Akhirnya, Darren memutuskan mencari Nando. Berbagai tempat di sekolah sudah ia telusuri, tapi tetap tidak menemukan keberadaan Nando dimana pun. Kemudian, Darren mengirimkan pesan singkat

From: Darren
Ndo, lo dimana? Gue mau ngomong, penting!

From: Nando
Gue gak bisa.

From: Darren
Why??

From: Nando
Ada urusan, penting. Gak bisa di ganggu

Tumben banget nih anak sok sibuk, biasanya juga selalu ada buat gue?!

Namun, tidak ada yang tahu bahwa Nando sedang buang air. Maka dari itu, ia bilang bahwa ia sedang ada urusan. Urusan dengan kamar mandi.

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang