Saat perjalanan pulang, Darren membuka pembicaraan, "Lit, btw kenapa mama lo nggak bisa jemput?" Tanya Darren sedikit keras, karena suaranya teredam oleh helm full face.
"Mama ku ada tamu, harus ditemui sekarang katanya. Ga tau lah, ga usah dibahas." Balas Lita dengan nada jengkel.
"Sabar. Yaudah kita jalan-jalan dulu aja gimana? Ke Cafe Kekinian mungkin? Mau gak?" Tawar Darren dengan semangat.
"GAK! GILA APA YA KE MALL PAKE BAJU GINIAN. DILIATIN ORANG GAK ENAK, KAYAK GAYA PACARAN ANAK ALAY." Tolak Lita dengan gak slow. Ia berbicara demikian karena warna baju mereka hampir sama, kan dikira baju kembaran.
"Apa gunanya lo mikirin omongan orang? Lo minta makan sama dia? Enggak kan?" Balas Darren sengit.
"Pokoknya nggak mau." Lita kukuh dengan pendapatnya.
"Pulang dulu gimana? Ganti baju, terus main. Gue rela bolak-balik ke rumah lo nih," Darren menawarkan dengan sabar.
"Nggak mau."
"Ini juga demi lo, Lit. Gue pikir, lo makin badmood kalo di rumah, terus nggak ada yang ajak omong juga. Tapi kalo lo gamau diajak main, ya gapapa. Ini langsung pulang," Darren mengungkapkan isi hatinya secara terang-terangan.
Lita terdiam sejenak, mengolah kalimat Darren. Kalau dipikir-pikir, ia juga tidak ada kerjaan di rumah. Gadis itu bimbang, ingin main dengan Darren atau langsung pulang. Namun, Darren tau jika Lita sedang kebingungan, ia melihat ekspresi Lita dari kaca spion.
"Lo kepikiran apa sih? Pas pake baju couple, dikira pacaran?" Tanya Darren dengan lembut, ia juga menepi dan mematikan mesin kendaraan. Agar leluasa melihat wajah Lita, lelaki itu memutar badan 90° dan membuka kaca helmnya.
"Anu-- ituloh-- Aku gak bawa uang banyak," Jawab Lita dengan jujur.
Darren melongo mendengar jawaban Lita. Ia sangat terkejut dengan jawaban polos tersebut. Saat melihat ekspresi Lita, ia tertawa keras.
"Anjir, jadi permasalahannya cuma karena gak bawa uang banyak?"
"Hm," jawab sahut Lita singkat sambil menundukkan kepalanya.
"Disinilah gue merasa terbodohi," jawab Darren dramatis.
Hening. Setelah itu Darren menampar pipi Lita dengan lembut sambil berkata, "Dengerin Lit, gue yang ngajak lo main, berarti gue yang bayarin lo. Kenapa lo bingung masalah uang sih, gue ada kok." Ucap Darren sambil menyelami mata Lita yang pekat.
"Enggak deh! Dikira matre," Jawab Lita lirih, dan mengalihkan pandangan ke jalan raya.
"Sudahlah, lo tinggal duduk diam dan menikmati perjalanan." Ucap Darren, kemudian ia menutup kaca helmnya dan bersiap menstarter motor.
"Bentar Ren, aku kan gak bawa helm. Kalo kita ditilang polisi gimana?" Lita bingung sendiri.
"Dalam nama Tuhan, semoga nggak kenapa-napa. Udah ayo berangkat, keburu siang." Darren menenangkan.
"Mending ke McD aja loh Ren, lebih deket dan searah sama rumah kita," Usul Lita.
"Rumah kita, Lit? Emangnya kita pernah beli rumah bareng?" Darren berniat menggoda Lita.
"Astaga, bukan gitu. Maksudku, searah sama komplekmu dan komplekku," Jelas Lita.
"Oalah, gue kira lo pingin punya rumah sama gue." Ucap Darren sangat usil.
"SEMBARANGAN KALO NGOMONG!" ucap Lita, lalu menjitak kepala Darren yang dilapisi helm.
"Eh, jangan dipukul helmnya. Mahal nih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
Teen FictionBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...