BAB 28 - AKU BUKAN BONEKA

15 2 0
                                    

Berbulan-bulan sudah dilewati. Sekarang Evan sudah benar-benar melupakan Gaby. Ia berhasil move on, meskipun dengan bantuan Lita. Tapi Evan tetap bangga dengan dirinya sendiri.

Semakin lama, hubungan Lita dan Evan juga semakin dekat. Bahkan mereka pernah pergi berdua ke sebuah mall, untuk membeli hadiah ulang tahun Tasya, teman sekelasnya. Mereka bagai perangko dan amplop, selalu lengket. Bahkan, ada yang mengira mereka sudah pacaran.

Namun, Lita tak menanggapi hal tak benar itu. Ia cukup bahagia menjadi 'teman' Evan, jadi kenapa harus pacaran?

'Ah, status di pikir belakangan aja deh. Nggak papa cuma temen, yang penting aku seneng' -pikir Lita.

Lita tidak keberatan jika ia dicap sebagai perusak hubungan orang. Ia tak memperdulikan hujatan orang-orang yang mendukung hubungan Evan dan Gaby dulu. Banyak cemoohan sudah Lita tuai, tapi ia tak pernah sekalipun meladeninya.

'Kesannya gak laku banget, mendapatkan pacar dengan cara ngerusak hubungan orang'

'HATI-HATI, CEWEK PENIKUNG DIMANA-MANA'

'Kecil-kecil udah bakat jadi pelakor'

'Sirik banget jadi orang, kamu itu ga ada apa-apanya dibanding Gaby'

'Evan Evan, gimana ceritanya kamu meninggalkan Gaby demi cewek abnormal kayak dia?'

'Van, ganteng-ganteng kok seleranya rendah?'

'Mending Gaby lah dimana-mana. Udah cantik, pinter pula!'

'Evan kayaknya kudu benerin otak dulu deh'

'Kasih pelet apa ke Evan, hah? Kok dia bisa mau sama kamu?'

Kira-kira, begitulah ejekan orang-orang di sekitarnya.

*****

Makin hari, Evan dan Lita semakin dekat. Bahkan, Evan rela pindah tempat duduk di belakang Lita, hanya karena ia ingin mengobrol terus dengan Lita. Tak tanggung-tanggung, di saat jam pelajaran pun, terkadang Evan menggoda Lita. Entah menarik-narik rambutnya, mendorong-dorong kursi, menyembunyikan barang Lita dan sebagainya. Terkadang, guru menegur perbuatan Evan itu.

Tentu saja sebagai perempuan, Lita baper dengan tingkah Evan. Bagaimana tidak, perhatian Evan ke Lita sangat-sangat berlebihan. Mungkin, orang menganggap nya lebay, tapi bagi Lita, itu menunjukkan kasih sayang.

'Hampir semua wanita dibuat baper karena perhatian berlebih dari seorang lawan jenis'

Kalau boleh jujur, Lita sedikit menumbuhkan harapan, bahwa dalam waktu dekat ini, Evan akan mengungkapkan cintanya.

'Apa daya manusia, yang hanya bisa berdoa dan berharap?'

Dukungan juga mengalir dari teman sekelas, karena mereka yang melihat kedekatan Lita dan Evan. Terutama Michelle dan Sasa, mereka sangat mendukung hubungan sejoli itu.

"Ayo Van, Lita nya segera ditembak! Kamu kelamaan ah, keburu di ambil orang lho," ucap Sasa.

Evan hanya tersenyum menanggapi ocehan temannya, ia adalah sosok yang easy going. Sedangkan Lita, ia salah tingkah sendiri, menyebabkan gerak-geriknya seperti orang bodoh. Misalnya, membaca buku paket dengan posisi terbalik.

"Lit, tiap hari kamu harus siapin mental deh. Gimana kalo besok Evan nembak? Atau bahkan hari ini? Dia kan orangnya misterius!" Ucap Michelle dengan heboh sambil menepuk-nepuk meja.

Ucapan teman-temannya malah semakin membuat dirinya malu. Sebenarnya, pemalu bukanlah sifat aslinya. Namun karena cinta, semuanya bisa berubah bukan?

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang