BAB 19 - TEGUH PENDIRIAN

27 2 0
                                    

"MA, AYO BERANGKAT!" Teriak Lita sambil memakai sepatu di teras

"Keluarin dulu motornya," Jawab Mama Lita santai sambil terus menyisir rambut

Percuma dong aku teriak-teriak kalo jawaban mama santai banget -kesal Lita sambil memasang wajah memberengut

Setelah menunggu sebentar, mama Lita keluar dari rumah dan mengantar anak bungsunya pergi ke sekolah. Dalam perjalanan, Lita berharap tidak bertemu Darren. Ia masih canggung setelah kejadian kemarin

Kenapa mesti canggung coba? Kan aku nganggep kalo kejadian itu nggak pernah ada -tutur Lita pada dirinya sendiri

Tapi, Tuhan tak mengabulkan permintaan Lita. Baru di perempatan depan perumahan, mereka bertemu. Saat itu jalanan sedang padat, tiba-tiba Darren ada di sebelah Lita. Ia menepuk bahu Lita sambil menyapa sok akrab.

Mama Lita langsung menoleh, begitu tahu anaknya sedang berbicara dengan seseorang. Dan tanpa diduga, mama Lita yang terkenal dengan sifat pendiamnya malah menyapa Darren

"Hai, kamu anak yang kemarin cari Lita kan?"

"Hehe, iya tante. Selamat pagi," Ujar Darren cengengesan, untuk menutupi rasa gugupnya

"Selamat pagi juga. Kamu satu sekolah sama Lita?" Tanya mama Lita, saat menyadari kesamaan seragam anaknya dan laki-laki tersebut

"Puji Tuhan iya tante. Saya kelas 9A," Ucap Darren dengan sikap lebih sopan

"Sstt, jangan ngobrol di tempat yang tidak tepat. Nggak lihat apa itu jalannya mulai lancar?" Lita yang bosan mendengar obrolan garing mereka, segera mengalihkan pembicaraan

"Biasa dong." ucap mama Lita jutek

Ya Tuhan, keluarga ini orangnya jutek semua ya? -batin Darren bertanya-tanya

"Ya sudah tante, saya duluan ya. Takut telat, ada piket soalnya." ujar Darren setengah bohong setengah tidak.

Hari ini memang ada jadwal piket untuknya, tapi ia jarang sekali membersihkan kelas. Sekedar menyapu pun tidak pernah dilakukan. Kalau disuruh temannya, palingan ia hanya menghapus papan tulis yang pasti sudah bersih

Tapi, untuk terlihat perfect dimata mama Lita, ia harus sedikit berbohong.

Gapapa lah bohong dikit. Demi dapet nilai plus dari mama masa depan -Darren terkekeh, geli sendiri dengan perkataannya

Perjalanan menempuh waktu sekitar 15 menit, akhirnya Lita dan mamanya sampai di depan pagar sekolah

"Ma, aku berangkat dulu ya. Ntar pulangnya jam 3. Kalo lebih awal, nanti di WA." Lita mengucapkan kalimat itu diluar kepala, ini adalah rutinitas nya sehari-hari

"Iya, hati-hati." ujar mamanya singkat, sambil mengajak tos

Lita mengangguk, kemudian memasuki area sekolah. Ia berjalan seperti biasa, pandangan lurus ke depan sambil mengangkat dagu. Ia suka menunjukkan sikap angkuhnya

Belum sampai koridor kelas 8, seseorang menarik tasnya. Sehingga tubuhnya juga ikut tertarik ke belakang

"Aku tau kamu pasti Darren," ucap Lita tanpa menoleh

"Hehe, kok kamu tau?" Tanya Darren cengengesan lagi

"Itu nggak penting. Lepasin, aku mau ke kelas. Ada tugas." ucap Lita logis

"Ok, yuk jalan," Kata Darren sambil mendorong tas Lita

Sikapmu jangan gini lah, Ren. Aku jadi gak tega buat jauhin nih -Lita dilema

Namun, Lita menuruti kemauan Darren. Ia pasrah tasnya didorong-dorong menuju kelas.

Sesampainya di depan kelas 8A, Lita langsung masuk kelas begitu saja, meninggalkan Darren yang terdiam di depan pintu

Memang benar, lo nggak suka kehadiran gue di sini. Buktinya, lo malah diemin gue kan? Apakah diem-dieman itu definisi teman sesungguhnya? -Batin Darren sambil tersenyum miris

"Permisi mas, tolong jangan di depan pintu." Tegur seorang laki-laki yang ber name tag Evan

"Hah? Oh iya, sorry," Darren tersadar dari lamunannya, ia segera menyingkir

Setelah menyadari kehadirannya tidak diharapkan Lita, ia meninggalkan kelas 8A dengan perasaan yang amburadul. Ia sedih dan kecewa. Ingin marah tapi tak bisa. Ia terlalu menyukai gadis jutek tersebut

Baru saja keluar dari area kelas 8, Darren berpapasan dengan Nando. Saat Nando menyapa, ia hanya mengangguk singkat. Nando tahu Darren baru saja dari kelas Lita, buktinya cowok itu keluar dari area kelas 8

Melihat raut wajah Darren yang masam, Nando juga tahu bahwa Darren pasti dicuekin Lita. Kadang Nando bimbang. Ia senang bisa dekat dengan Lita, tapi ia juga sedih melihat Darren selalu dicuekin Lita.

Nando memutuskan untuk membicarakan hal ini dengan serius. Ia juga ingin memantau perkembangan hubungan Darren dan Lita

*****

"Sudah Ren, nggak usah murung gitu ah. Sini cerita sama gue," Nando berusaha membujuk Darren

"Lo ngomong penting gak? Kalo enggak, gue nggak mau."

"Penting, cepetan!" Ujar Nando memerintah

Akhirnya mereka berbincang-bincang cukup lama. Hal ini lumayan memperbaiki mood Darren.

Singkat cerita, mereka membahas hubungan Darren dan Lita yang kian merenggang dibanding hari sebelumnya

"Berarti Lita pengen lihat seberapa keras perjuangan lo dapetin dia," kata Nando memberi saran

"Tapi gue suka kesel sendiri, Ndo."

"Lo jangan banci. Belum seberapa itu mah. Lo gak tau perjuangan mereka yang levelnya lebih sulit dibanding lo," Ucap Nando menenangkan

Kira-kira begitulah obrolan mereka pagi ini.

***

Di kelas 8A...

"Lit, ada Darren di depan. Kamu gak nemuin dia?" Tanya Evan

"Sudah tau. Barusan aja aku dari luar." jawab Lita acuh

"Jangan terlalu jual mahal sama cowok, Lit. Gak semua orang mau berjuang dengan susah payah," Evan memperingatkan

"Kalo dia gak mau berjuang, berarti dia sukanya gak serius." ucap Lita logis, yang membuat Evan terdiam cukup lama

"Iya kamu bener. Sangat bener," ucap Evan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya

"Yaudah, sana balik. Aku pengen sendiri." usir Lita

Evan langsung menyingkir. Dia sudah kebal dengan sikap Lita yang ceplas-ceplos.

Lita terdiam, matanya menyorot rasa bersalah. Namun ia tetap mempertahankan keinginannya, yaitu menjauhi Darren

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang