Setelah mengobrol di UKS, Nando ke kantin untuk membeli roti dan teh hangat. Dalam perjalanan, ia melihat batang hidung Darren.
"Nando, gue minta maaf. Gimana keadaan Lita sekarang?" Tanya Darren menghampiri Nando yang sudah menampilkan muka malas.
"Lo pasti tau jawabannya. Udah, gue gak butuh basa-basi. Masih ada hal yang lebih penting buat dikerjakan," balas Nando sinis. Seolah mengungkapkan bahwa berbicara dengan Darren bukanlah kegiatan penting.
"Ndo, please. Kasih tau gue keadaan dia sekarang," pinta Darren memelas. Tidak ada nada paksaan, hanya ada nada memohon.
"Lo pikir setelah di dorong keras-keras, keadaannya masih baik-baik aja? Memar jidat dia, Ren! Sampe warna kebiru-biruan," Nando mulai terpancing emosi.
"Gue minta maaf, Ndo. Sumpah gue gak bermaksud, gue kelepasan."
"Lo banci ya? Minta maaf sendiri ke yang bersangkutan dong. Lo pikir gue kurir?" Ujar Nando sarkastis.
"Izinin gue ke UKS buat nemuin Lita ya? Gue mau minta maaf," Izin Darren.
"Terserah. Tapi nanti, pas gue habis dari kantin. Harus ada orang di sekeliling kalian, ntar kalo lo dorong Lita lagi, ga ada yang nolongin tuh cewek," Nando menyindir dengan kalimat yang menusuk.
Ya Tuhan, ini sahabat gue bukan sih? Pedes amat mulutnya!! -batin Darren. Namun ia berusaha sabar, ia masih sadar diri.
"Oke. Lo cepetan ya ke kantinnya, gue tunggu di depan ruang guru." Ucap Darren dan berlalu seenaknya.
Nando mengendikkan bahu, ia langsung melangkahkan kaki ke arah kantin.
*****
Setelah membeli keperluannya di kantin, Nando menyusul Darren di depan ruang guru. Lalu, mereka berjalan beriringan ke UKS, tidak ada satupun yang membuka pembicaraan.
Nando melangkahkan kaki terlebih dahulu di UKS, ia mengintip aktivitas Lita. Ternyata cewek tersebut hanya menatap kosong langit-langit ruangan sambil melamun.
"Lita, ada Darren. Dia mau ketemu lo. Boleh?" Izin Nando, ia berprofesi sebagai perantara.
"Ngapain? Kalo buat minta maaf mendingan gak usah. Kenyang dengernya," kata Lita cepat tanpa mengalihkan pandangan dari langit-langit.
"Semua orang pasti punya kesalahan. Kalau lo belum mau memaafkan, setidaknya hargai dia yang mau mengakui kesalahannya," Setelah menjadi perantara, Nando berubah profesi lagi menjadi penengah yang bijak.
Ternyata lo gak sejahat yang gue kira, Ndo. Gue pikir lo bakalan menghasut Lita supaya gak memaafkan gue -kagum Darren.
"Yaudah, masuk." perintah Lita singkat, ia cukup luluh mendengar nasihat Nando.
Darren memasuki ruangan dengan canggung. Ia merasa seperti orang terasing, padahal ia kenal dengan orang-orang di hadapannya ini. Namun ia sadar, kesalahannya sudah fatal. Tidak semua orang mau memaafkan, hanya orang tertentu yang bisa lapang dada.
Untuk memberi privacy bagi Lita dan Darren, Nando keluar ruang UKS namun membiarkan pintunya tetap terbuka.
Sementara di dalam ruangan tersebut, hanya keheningan yang melanda. Persiapan yang dilakukan Darren untuk meminta maaf, sirna sudah. Darren merasa gugup dibanding ketika mata pelajaran guru killer.
Lita yang tak betah dengan situasi ini, segera membuka pembicaraan.
"Mau apa dateng kesini?" Ucap Lita santai, seolah ia tak pernah disakiti oleh cowok di hadapannya.
"Mau minta maaf. Gue harap lo mau memaafkan gue. Gue sadar, perlakuan gue tadi udah kelewatan. Tapi gue mohon dengan sangat, lo jangan marah sama gue." Darren meminta maaf dengan tulus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal in Love
أدب المراهقينBagaimana jika tiba-tiba dua orang menyeretmu masuk dalam kehidupan mereka secara bersamaan? Lalu, peran konyol apa yang sedang dimainkan oleh keduanya? Adakah unsur kesengajaan di sini? Lita secara tak sengaja melakukan eyes contact dengan Darren...