BAB 21 - KOK BERTENGKAR?

15 2 0
                                    

"Nando, Darren kemana? Ada tasnya, kok bangkunya kosong dari tadi?" Tanya Bu Yuyun, selaku guru IPS

"Saya kurang tau bu, sejak istirahat tadi bangkunya kosong." Jawab Nando jujur, ia tak tahu kemana pergi nya Darren

Bu Yuyun hanya mengangguk sekilas, kemudian melanjutkan pelajaran.

Jangan kayak cewek lah, Ren. Kalo marah sukanya ngilang. Buang-buang waktu aja -batin Nando

Pelajaran berlangsung serius, tapi pikiran Nando tak semuanya terfokus pada pelajaran. Pikiran nya bercabang. Ada yang ke Darren, adapula yang ke Lita. Ia merasa bersalah karena membentak cewek tersebut

---flashback---

Lita menghampiri Nando yang sedang dalam masa sulit nya. Tidak ada yang lebih sulit, dibanding mempertahankan persahabatan yang sudah diujung tanduk. Ia berusaha menghibur Nando

"Sudah Ndo, ini bukan sepenuhnya salah mu kok. Darren juga salah, kenapa dia keras kepala dan nggak mau dengerin penjelasan kita," ucap Lita lirih

"Iya gue tau,"

"Ndo, apa susahnya sih nyari temen baru lagi? Kamu sebenernya bisa, bahkan dapet yang lebih plus dari Darren," Lita tak menyadari jika ucapannya menyinggung Nando.

"...." Nando diam, menganggap omongan Lita hanyalah angin lalu

"Sudah, kamu jangan berharap Darren kembali. Mending membiasakan diri tanpa dia," Lita makin menghasut Nando

"GIMANA LO BISA BERPIKIRAN GITU? HARUSNYA, LO SEMANGATIN GUE, BUKAN MALAH MEMANAS-MANASI SUASANA. GUE YAKIN, DARREN PASTI  MENGAKUI GUE SEBAGAI TEMANNYA LAGI!" Nando muak mendengar perkataan Lita.

Sebenarnya, bentakan itu untuk Nando sendiri. Meyakinkan dirinya  bahwa Darren pasti kembali. Karena sejujurnya, ia tak yakin Darren berkenan memaafkannya

Lita terdiam. Ia merasa tak enak dengan Darren.

"Maaf," hanya itu yang terucap dari mulut Lita. Setelah itu, Nando beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Lita sendirian dengan perasaan bersalah yang memuncak

---flashback end---

Bagaimana bisa, Nando membentak perempuan yang disukainya. Meskipun ia terbawa emosi, seharusnya ia dapat mengendalikannya. Kalau sudah begini, semuanya makin rumit. Semoga Lita bisa berpikir dewasa. Nando harap, cewek tersebut bisa memahami situasi yang menegangkan ini

Di rooftop sekolah...

Darren duduk di kursi kayu. Matanya menatap hamparan langit yang berwarna putih, dihiasi awan-awan. Tangannya menumpu pada bangku yang diduduki, kakinya bersilang.

Sekitar 25 menit ia dalam posisi seperti ini. Sudah sedari tadi pula, handphone nya bergetar menandakan pesan dan telepon masuk, yang pasti dari Nando. Tapi Darren tak berniat mengangkat panggilan ataupun sekedar membaca pesannya.

Ia sedang berperang dengan batinnya sendiri. Sebenarnya, ia sangat ingin mendengarkan penjelasan Nando. Tapi otaknya menolak. Dan juga, ia masih menyimpan rasa pada Lita, tapi ia terpaksa berbohong, demi ego nya

Jika sudah berbohong sekali, maka  akan tercipta kebohongan-kebohongan berikutnya

Sebenarnya, Darren tidak terlalu marah pada Nando. Ia hanya shock. Tapi saat di depan kelas 8A tadi, seolah ia adalah orang yang paling tersakiti. Dan sekarang, ia gengsi jika harus meminta maaf duluan. Darren menyadari keegoisannya.

Semuanya rumit, seperti benang kusut. Kemungkinan besar hubungan pertemanan mereka bertiga akan kacau. Dan yang lebih parah lagi, ia harus menekan perasaannya agar tidak menyukai Lita lagi. Ia tidak mau dianggap plin-plan oleh cewek tersebut

LITA POV

Ya Tuhan, aku sudah salah bicara. Bagaimana bisa, aku malah menghasut Nando untuk menjauhi Darren? Seketika aku merasa menjadi orang yang tidak berguna dalam hubungan pertemanan mereka

Aku ingin meminta maaf sepulang sekolah nanti. Tapi aku takut Nando tidak menyukai kehadiranku, dan malah membentak lagi. Jujur, aku agak sakit hati. Siapa yang tidak sakit hati jika dibentak oleh sang pujaan hati

Tapi aku kuat. Aku tidak boleh menjadi lemah, hanya karena masalah bentak-membentak. Aku mengakui jika caraku salah. Niat hati ingin menenangkan, malah diperumit oleh diriku sendiri

Aku ingin meredakan konflik diantara mereka. Bukannya ingin menjadi sok pahlawan, tapi aku sadar, permasalahan ini disebabkan oleh kehadiranku sendiri. Masalah disukai atau tidak, itu urusan belakang. Sekarang masalah pertamanya adalah, bagaimana caraku untuk memulai tindakan?

Oh aku tau, bagaimana jika aku konsultasi ke Evan? Apakah ia mau membantu ku? Kuharap dia mau menjadi tempatku bercerita dan menyelesaikan masalah. Lagipula sekarang kelasku sedang tidak ada pelajaran, mungkin gurunya sedang sakit

AUTHOR POV

Lita mencari-cari Evan. Cowok itu tidak ada di kelas selama istirahat sampai sekarang. Lita menerka-nerka, kemana dia pergi?

Mungkin dia apel ke kelas Gaby. Berarti, Gaby juga lagi jamkos dong? Gak tau ah, sms aja deh -batin Lita

To: Evan
Where are u now? Aku lagi butuh, bisa ke kelas sekarang?

From: Evan
Maaf, aku lagi pacaran. Mohon jangan diganggu 😋

From: Lita
Baru jalan berapa bulan, kok songongnya gak ketulungan 😏

To: Lita
Jomblo diem aja deh. Kalo ngiri bilang aja, dasar gengsi besar 😑

From: Lita
Cerewet, cepetan ke kelas! Aku butuh temen, bukan ejekan 😒

From: Evan
Yy, tgg d kls. Q blg Gby dl

Lita mengernyitkan dahi saat membaca pesan yang dikirim Evan beberapa detik lalu

Dasar pemalas! Ngetik dikit pake disingkat-singkat. Untung aja aku ngerti maksudnya -batin Lita

Selang 3 menit, Evan datang sambil nyengir. Lita jijik sendiri melihat wajah Evan. Ia tertawa kecil

"Ngapain woi cengar-cengir? Jijik tau!" Ucap Lita sambil terpingkal

"Heh, suka seenak jidat kalo ngomong. Kata Gaby ini imut tau!" Kata Evan percaya diri

"Van, aku boleh ngajak Gaby ke dokter spesialis mata kan?"

"Boleh kok, ngapain?" Tanya Evan sambil mengambil duduk di sebelah Lita

"BUAT PERIKSAIN MATA DIA, KAYAKNYA UDAH ERROR! MASA KAMU NYENGIR DIBILANG IMUT!" Lita berlagak muntah

"Anjir ya! Kalo ngomong disaring elah. Butuh filter?" Evan jengkel mendengar ucapan Lita

"Ssttt, aku mau cerita. Keburu masuk," Lita mengalihkan pembicaraan

Akhirnya Evan menuruti kemauan Lita. Ia mengambil posisi nyaman di samping cewek tersebut.

"Aku bertengkar," kata Lita

"Jangan setengah-setengah kalo ngomong. Susah dipahami!" Tegur Evan

"Susah dipahami? Iya, kayak dia." Lita terbawa suasana

"Dasar cewek, malah baper!" Ejek Evan

Lita terdiam. Apakah ia baru saja terbawa perasaan? Untuk apa ia mengucapkan 'Susah dipahami? Iya, kayak dia'? Sepertinya ada yang tidak beres

"Jangan melamun woi. Kamu niat cerita nggak? Kalo enggak, aku balik ke kursiku. Gak enak sama Michelle, sering pijem bangku," Ucapan Evan menyadarkan Lita dari lamunannya

"Eh maaf. Aku cerita sekarang ya," izin Lita

Evan hanya mengangguk sekilas

"Aku, Nando, Darren bertengkar." Ucap Lita lirih

"Kok bisa?" Kaget Evan dengan suara meninggi

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang