BAB 24 - PERLINDUNGAN NANDO

19 2 0
                                    

Disinilah Nando berada, di dalam ruang UKS. Ia menemani Lita yang sakit, akibat perbuatan sahabatnya sendiri.

---flashback---

Setelah mendengar teriakan seseorang yang mengumpat, sontak Lita dan Nando menoleh ke asal suara.

Betapa terkejutnya mereka, saat mengetahui orang yang berteriak tersebut adalah Darren. Ia sedang duduk di lantai sambil menatap  Nando dengan tajam, seolah menandakan bahwa peperangan dimulai.

"Loh Darren, kenapa duduk dibawah? Di sini kan ada kur--"

Lita yang berniat menawarkan kursi, malah mendapat balasan yang tak sesuai. Ia didorong Darren hingga terpelanting ke belakang. Tak hanya itu saja, kepala Lita juga membentur ujung kursi di depan ruang admin yang terbuat dari semen.

Nando yang melihat hal ini tak tinggal diam. Ia mendatangi Darren dengan amarah yang berkobar.

"LO BUTA YA? GAK BISA BEDAIN MANA CEWEK MANA COWOK? SETIDAKNYA, NGOTAK LAH KALO MAU BALAS DENDAM! PERMASALAHAN INI ADA DI GUE, BUKAN DI LITA!!! BIADAB LO, REN!" Teriak Nando sangat keras, sampai mukanya memerah dan lehernya menampakkan urat.

Nando tak menunggu jawaban Darren karena ia pasti akan kesal mendengarnya. Nando langsung menghampiri Lita, mengusap darah yang mengalir di keningnya, dan menuntun Lita ke UKS untuk mendapat pengobatan.

Lita hanya bisa pasrah, ia merasakan pusing yang teramat. Seolah semua benda di hadapannya berputar-putar. Untuk berjalan pun Lita sempoyongan. Namun Nando dengan sabar menuntunnya.

*****

Setelah Nando dan Lita hilang dari pandangan Darren, ia menatap kosong tetesan darah di depannya. Kemudian ia berjongkok di dekat darah tersebut, dan mengusap-usap cairan kental berwarna merah itu.

Darren merasa sangat bersalah. Bagaimana mungkin ia melukai pujaan hatinya? bagaimana mungkin ia membuat darah menetes dari tubuh cewek tersebut? Dan pertanyaan utama, bagaimana bisa ia lepas kendali? Memang ia jengkel dengan Nando, tapi kenapa Lita ikut terlibat sehingga cewek itu terluka?

Memang tadi Lita tak mengeluarkan air mata sedikitpun, tapi Darren malah sedih dengan kenyataan ini. Biasanya orang yang tersakiti selalu menangis, tapi kenapa Lita tidak? Meskipun semua orang tau bahwa ia gadis brutal, tapi kecelakaan ini cukup serius!

Tanpa sadar Darren menitikkan air mata, ia sangat menyesali perbuatannya. Darren ingin sekali ke UKS menjenguk Lita, tapi ia tak punya nyali. Ia takut Nando malah mengusir dan mengolok-oloknya.

---flashback end---

Di samping ranjang Lita, Nando melamun. Ia tak habis pikir, bagaimana sahabatnya sendiri tega menyakiti teman mereka berdua?

Lo gak jenguk Lita disini, Ren? Lo punya rasa bersalah gak sih? Ngebuat anak orang luka, dan pergi gitu aja tanpa rasa tanggung jawab? -batin Nando sambil berdecak sinis.

Nando berusaha tidak mengurusi Darren. Ia tak mau dibilang sok benar, dan membiarkan Darren berpikir sendiri untuk menyelesaikan masalahnya.

Nando menatap wajah Lita. Cewek tersebut memejamkan mata, mungkin untuk menetralisir rasa sakit di kepalanya. Ia mengalihkan pandangan ke kening Lita yang memar. Nando tersenyum miris.

Gue berjanji, gak akan membuat lo kesakitan lagi. Meskipun yang menciptakan rasa sakit itu adalah sahabat gue sendiri -janji Nando dalam hatinya.

Setelah sepuluh menit berlalu, Lita mengerjap dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Lalu, ia menoleh ke arah samping. Ia melihat Nando sedang membenamkan kepala dalam lipatan tangannya.

"Ngapain nungguin aku disini? Kamu balik ke kelas aja, bentar lagi masuk loh," ucap Lita sambil mengelus singkat rambut Nando.

"Eemm, eehh, nganu, gue nunggu lo disini aja. Lagi males ke kelas, apalagi ntar lihat muka Darren." jawab Nando salah tingkah.

Senyum di bibir Lita memudar. Ia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, saat dengan kasar Darren mendorongnya tanpa belas kasihan.

Nando merasa bersalah melihat perubahan raut wajah Lita. Ia kira, Lita tak masalah dengan kejadian itu. Namun ternyata tidak, Lita malah melamun. Mungkin me replay adegan tadi dalam otaknya.

"Maaf Lita, gue gak bermaksud mengungkit kejadian tadi," ujar Nando meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.

"Enggak, aku nggak papa. Anggap aja ini balasan buat aku, yang selalu bertindak brutal, hehehe." ucap Lita sambil terkekeh, ia menertawai ucapannya sendiri.

Akhirnya mereka sama-sama terdiam. Nando sibuk memikirkan pembalasan yang pantas untuk Darren, sedangkan Lita sibuk mengagumi Nando dari dekat.

Setelah bosan diam-diaman, Nando membuka pembicaraan.

"Lit, kenapa tadi lo nggak nangis?" Tanya Nando penasaran

"Nangis? Buat apa aku menangisi hal yang gak pantas buat ditangisi? Memang rasanya sakit, tapi aku gengsi menunjukkan air mata. Itu merupakan tanda kelemahan, menurutku." Jawab Lita logis

Gue makin terpesona sama lo. Lo selalu berpikir luas, gak kayak cewek-cewek lain yang di sakitin dikit langsung nangis kejer -batin Nando.

"Kenapa lo bisa berpikir sampai ke situ?" Tanya Nando yang ingin sekali mengetahui sudut pandang Lita.

"Sebenernya simple sih, aku cuma mau menunjukkan kepada kaum laki-laki, bahwa gak semua cewek itu lemah! Ada kok di antara kita yang tahan banting, aku contohnya."

Lita menjawab dengan santai, kelewat santai malah. Nando sampai berdecak kagum dibuatnya.

"Untuk apa lo menunjukkan kekuatan kaum wanita?"

"Untuk meningkatkan martabat perempuan di mata laki-laki. Jadi, kaum mu tidak akan merendahkan kami seenaknya." ujar Lita sambil memberi penekanan pada kalimat akhir.

"WOAAHH! LO JADI PENERUS IBU KARTINI AJA LIT!" Ucap Nando semangat.

"Ya memang. Bukankah semua wanita di Indonesia adalah penerus Ibu Kartini?" Nando menganggukkan kepala nya berulang-ulang.

Nando meresapi kalimat-kalimat yang dilontarkan Lita barusan, betapa ia mengagumi cewek di hadapannya yang memiliki pemikiran yang luas dan panjang ini.

"Sekarang aku minta pendapatmu, kenapa masih banyak kaum pria yang menginjak-injak dan tidak menghargai kaum wanita?"

"Ya seperti permasalahan awal, mungkin karena kaum laki-laki menganggap dirinya lebih kuat. Sehingga ia menampakkan kesombongannya dengan menginjak-injak kaum wanita," Jawab Nando sedikit tak yakin.

"Lalu, apa kamu setuju dengan pernyataan laki-laki menampakkan kesombongannya dengan menginjak-injak kaum wanita?"

"Ya enggaklah! Kan Tuhan ingin kaum wanita dan kaum laki-laki hidup berdampingan dan saling melengkapi, bukan malah saling mendominasi." Jawab Nando cepat.

"Ahh, good answer! I like it." Ucap Lita memuji Nando dengan tulus.

"Iya lahh, siapa dulu. Nando Nathanael gitu lohh!" ucap Nando menyombongkan diri sambil menepuk dadanya.

"Sstt, jangan seneng dulu. Aku mau mengkritik kamu, boleh?" Lita mengajukan diri

"Boleh lah, selama itu untuk kemajuan diri gue,"

"Sebenernya saat kamu bilang 'GAK BISA BEDAIN MANA CEWEK MANA COWOK' pas ngomong sama Darren tadi, harga diriku tersentil. Kenapa? karena aku ngerasa lemah," Kata Lita jujur.

"Tapi lo cewek Lit, sudah sepantasnya gue lindungin lo."

"Oke, terimakasih perlindungan nya. Aku sangat-sangat menghargai itu." ucap Lita mengakhiri pembicaraan di UKS yang sunyi itu.

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang