BAB 36 - TRAGEDI BUKU UN

10 0 0
                                    

Setelah sampai di parkiran mall, Lita mengamati bekas kejahatannya di dahi Darren.

---flashback---

"Yen tak sawang sorote mripat mu, jane ku ngerti ana ati sliramu. Nanging anane mung sewates konco, podo ra wani neng ngungkapke tresna. Yen kupandang gemerlap nyang mripatmu, terpampang gambar waru ning atimu, nganti kapan abot iki ora mok gugu, mung dadi konco mesra mergo kependem cinta." nyanyi Darren

Setelah mengamati sesuatu selama beberapa detik, tangan Lita melayang untuk memukul kepala Darren

P - L - A - K

"Monyet, babi, gajah, lumba-lumba! Sakit anjir!" Berbagai umpatan keluar dari mulut Darren.

"Kamu mau beli buku UN itu, Ren?" Tanya Lita out of topic, hal ini mengundang kekesalan Darren.

"JAWABNYA BENTARAN YA LIT, MASIH SAKIT NIH!" balas Darren sambil memejamkan mata, menetralisir rasa sakit yang menjalar di kepalanya.

"Mau tau alasanku kenapa nampol kepalamu?" Tanya Lita dengan slow, tanpa menggubris tingkah Darren yang seperti cacing kepanasan.

"Karena gue nyanyiin lagu Konco Mesra buat lo!" Darren menjawab Lita, namun tangannya tak berhenti mengelus dahinya.

"BUKAN BEGO!" Suara Lita naik satu oktaf.

"YA TERUS KENAPA, PINTER?!" Tanya Darren mengikuti tingginya suara Lita.

Lita maju beberapa langkah ke arah Darren, ia menyejajarkan mulutnya dengan telinga Darren. Kemudian gadis itu berbisik dengan suara lirih, membuat bulu kuduk Darren meremang.

"Coba lihat cover bukunya dong," Lita melirih.

Darren memberikannya pada gadis ajaib itu. Lita memperlihatkan cover buku tersebut di depan muka Darren. Darren mengamatinya dengan saksama. Tiba-tiba ia mengumpat lagi,

"Monyet, babi, gajah, lumba-lumba!"

"Ada yang salah nggak sih, Ren?"

"Puji Tuhan! Thanks udah mengingatkan gue, Lit!" Darren mengucapkan terimakasih.

"MAKANYA LAIN KALI JANGAN ASAL COMOT! COBA KALO BELINYA SENDIRIAN, UANG 150 RIBU HANGUS TUH!" Nasihat Lita.

"Gimana ceritanya sih, kok tangan gue bisa ambil buku latihan UN SMA?!" Darren berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri.

"Makanya kalo lihat pake mata kepala, jangan pake mata kaki!" Ejek Lita, kemudian terkikik.

"Lo bisa aja," tanggap Darren.

Kemudian lelaki itu mengajak Lita ke kasir, untuk membayar belanjaan mereka.

---flashback end---

"Dibuat pakai helm sakit nggak, Ren?" Tanya Lita khawatir.

"Lo mau jawaban jujur nggak?" Balas Darren.

"Mau lah," tanggap Lita dengan cepat.

"Jawaban jujurnya sakit banget, jawaban bohongnya nggak sakit sama sekali." Darren melucu di tengah penderitaannya sendiri.

"Maaf banget, Ren." Lita tak berhenti meminta maaf sejak beberapa menit yang lalu.

"Yaudahlah gapapa, udah kejadian juga," pasrah Darren.

"Hehe," Lita menertawakan kekonyolannya sendiri.

"Gausah ketawa lo," tegur Darren.

"Iya iya." serah Lita.

Brutal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang