Malam hari datang aku, om Dibyo dan mbak Desi sedang duduk di ruang tamu sambal minum teh dan kopi.
"Lan om mau ngomong sama kamu." Ucap om Dibyo dengan wajah yang mulai serius
"Iya om, apa?" jawabku sambil mengambil roti roma dalam toples kaca.
"Kamu masih marah sama papamu?" tanya om Dibyo mengusik.
"Enggak om cuma Lana masih gak percaya Aja, papa mau nglakuin Hal itu ke Lana." ucapku sedikit kecewa dengan papa.
"Iya sudah tapi jangan lama lama kamu diemin papamu. kasihan dia , khawatir sama kamu."saran om Dibyo
"Iya om Lana gak akan lama lama kok." Ucapku memberi kepastian.
"Oh ya Lan kamu tadi di lapangan voly kenalan sama siapa Aja selain Pak bagas ?" tanya mbak Desi mengganti topik pembicaraan.
"Cuma sama om Bagas mbak sama om Rendi itu."ucapku malas saat menyebut nama Rendi.
" Ih kamu ya , baru sehari di sini kenalannya most wantednya asrama. Om gak nyangka Lan. Ucap om Dibyo usil dan gak percaya.
"Hehehe enggak juga lah om , besok besok juga Lana kenalan sama yang lain." Balasku dengan cengiran.
most wanted apanya- batinku dalam hati, kalo bisa tepok jidat sekalaian
Ketika asyik ngobrol ada seseorang mengetuk pintu rumah dan mengganggu kesenangan kami.
***
Selain buka kantin mbak Desi juga jual baju online. Bisa dibilang mbak Desi super sibuk dengan usaha rumahnya. Sore harinya aku pergi untuk main voly karena ajakan om Bagas kemarin. Tapi sore hari bahkan saat om om tiba dan mulai pemanasan aku sama sekali tidak melihatnya. Bahkan saat permainan dimulai aku masih menunggu sosok itu, untuk mengajakku. sebenarnya om om yang lain sendari tadi sudah menawariku hanya saja aku masih sungkan. Lama ku menunggu, aku mendengar suara motor. Berhenti di sisi tempat duduk ku.
"Nungguin Bagas?" tanya seseorang yang suaranya sedikit familiar.
"Enggak kok." jawabku dengan menoleh untuk menatapnya.
"Terus ngapain di sini, mau cari jodoh ya?" tanyanya jahil. Ya siapa lagi kalau bukan om Rendi.
"Ih, eng- enggak kok om, cuma mau nonton voly." Elakku gugup
"Nonton apa nonton?" usilnya lagi sambil mengerling jahil.
"Enggak om." Ucapku berbohong untuk yang ketiga kalinya.
"Kamu enggak punya kosa kata selain enggak om ya ? "ucapnya tertawa
"Ada kok om."Ucapku sedikit tertawa malu.
"yasudah, mau main? "tawarnya sambil tersenyum di atas motornya.
"Gak deh om, malu."
"Malu kenapa?,kamu gak bisa main ya?" tebaknya
"Bisa kalik om, Cuma enggak enak sama om om yang sendari tadi nawarin saya main tapi aku tolak." ucapku lirih karna malu kedengeran yang lain
"Ngapain kamu tolak kalo emang mau main juga. Cuma mau di tawarin Bagas ya?" tebaknya yang sok tau.
"Bukan gitu om. Sungkan, aku gak pada kenal sama om omnya. Kenal ku kalau gak ke om ya sama om Bagas, itu doang."
"Udah lah yuk main. Gak usah sungkan sungkan." ucapnya sambil memarkirkan motornya lalu menarik tanganku.
Akupun main bersama om Rendi dalam satu tim. Sebenarnya aku sudah tidak marah lagi padanya. karena ucapan mbak Desi yang mengatakan sifat om Rendi itu emang jahil dan untuk ucapan ku kemarin aku akan meminta maaf setelah main nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
Ficción General#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti