ADIT POVSore ini aku tengah memanasi mobil CR-Vku yang sudah lama tidak pernah aku kendarai lagi, tapi untuk memanasinya aku tetap rutin. Kali ini aku akan pergi bersamanya untuk makan malam Bersama temannya Alana, yaitu Devi. Awalnya aku tidak mau untuk pergi. Namun Alana yang sendari tadi ngintilin aku, terus mendesakku agar mau pergi dan disinilah aku sekarang lagi manasin mobil.
Setelah sholat magrib akupun sudah siap mengenakan kemeja berwarna biru dongker yang pres body, karena aku tidak begitu menyukai pakaian yang terlalu besar Dan jaket kulit berwarna hitam. Hampir pukul setengah tujuh namun Alana masih di dalam kamar. Dia tidur apa apaan sih, lama banget.
"Lan, cepetan udah setengah tujuh lebih loh. Kena macet baru tau rasa ya.." Omelku dari balik daun pintu kamar yang tertutup.
"Iya, Bentar lagi siap." Ucapnya dengan santai. Aku hanya menghela nafas berat dan segera duduk di sofa di ruang tamu. Bosan, akupun membuka IG untuk melihat post, post dari orang orang yang aku ikuti.
Melepasmu adalah kenyataan terpahit yang aku hadapi saat ini.
Caption dari seseorang berwajah tirus dengan rambut pendek mengambil perhatianku. Dia adalah Putri. Untuk kedua kalinya aku mengehela nafas berat entah mengapa.
Kleek..
Suara daun pintu kamar yang tertutup rapat hampir satu jam itu akhirnya terbuka. Segera aku melirik wanita itu dengan teliti. Mulai dari bawah hingga ke atas, sampai aku terhenti pada bibirnya yang berwarna pink itu. manis, ucapku tanpa sadar.
"Jangan neglihatin kayak gitu." Ucapnya sambil menutupi wajahnya yang ayu itu.
"Cantik." Ucapku masih menatapnya terpesona. Segera aku berdiri dari dudukku.
"Gombal." Elaknya sambil menutupi wajahnya yang sebenarnya masih bisa terlihat samar.
"Biarin, toh gombalin istri sendiri." Ucapku sambil mengambil tangannya yang di depan muka untuk ku rakatkan pada tanganku. Dia hanya tersenyum melihatnya.
Sesamainya di depaan mobil segera aku bukakan pintu untuknya agar segera masuk. Dia menatapku tak percaya lalu segera masuk dengan gelengan kecil serta senyuman yang tidak pernah memudar.
Akupun sedikit berlari kecil untuk masuk ke dalam mobil. Kulirik sejak dia yang menatap lurus dengan senyuman kecil. Aku hanya memperhatikannya saja tanpa berniat menyalakan mesin mobil. Alana yang menyadarinya segera menatapku bingung, terlihat dengan alisnyanya yang menyatu.
"Tunggu apa?" tanyanya masih bingung. Akupun mendekatkan badanku ke arahnya, lalu dengan cepat Alana memundurkan wajahnya hingga menyentuh sandaran kursi. Aku pun menatapnya intens untuk sesaat. "Mau apa?" tanyanya gugup.
"Kamu belum pakai sabuk pengaman." Ucapku sambil mengulurkan tangan menggapai sabuk di sisi kirinya. Entah mengapa dia terlihat sangat gugup. Akupun segera menarik tubuhku untuk memasangkan sabuk pengamannya.
Setelah memasangkannya aku segera meletakkan tangan kiriku pada atas sandaran kursinya dia kemudian meoleh padaku kembali, aku hanya tersenyum menatapnya kemudian menatap bibirnya lama. Aku lihat dia sangat gugup menyadari tatapan mataku mengarah pada bibirnya. Segera tangan kananku terulur untuk mengusap bibirnya yang merah ranum. Dengan pelan aku mengecup bibirnya beberapa kali dengan pelan dan lembut, dia kemudian membalas kecupaku. Aku tidak melumat bibirnya karena aku tahu keadaan sekarang. Mana mungkin aku tega merusak make up hasil kerja kerasnya selama satu jam lalu. Segera aku akhiri ciuman yang sekedar kecupan saja sebelum berubah menjadi lumatan yang Panjang.
"Jangan ngelakuin itu lagi." Ucapnya malu malu, aku hanya terkekeh pelan mendengarnya. Segera aku melajukan mobilku sedikit cepat menuju gerbang penjagaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
General Fiction#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti