PART 36

16K 690 30
                                        

Sesampainya di rumah mamer. Aku dan kak Adit sudah di sambut mamer, kak Naina dan mas Alif yang gendong si kecil, di depan pintu rumah.

"Assalamualaikum Ma." Salam kak Adit sambil mencium tangan sang bunda yang sudah beberapa bulan tidak ditemuinya, akupun mengikuti kak Adit di belakangnya.

"Alana." Sapa mamer ceria, beliau juga tidak lupa memelukku dan menciumi wajahku penuh sayang. Sudah kayak anak perempuan kesayangannya.

"Gimana ? sehat kan?" tanya mamer dengan girang. Akupun merasa senang mendapatkan mertua yang sangat menyayangiku seperti mama di rumah. "Baik kok mam, mama gimana ? sehat sehat kan?" tanyaku balik. Yang dibalas anggukan semangat.

"Udah dulu napa ma.. biar Alana masuk. " Celetuk kak Naina dengan senyuman. Segera kami semua masuk ke dalam rumah mamer yang elegan, tidak tingkat tapi sangat luas. Ada empat kamar yang terdiri dari kamar utama dua kamar yang dahulunya milik kak Adit dan kak Naina serta satu kamar untuk tamu. Saat melihat rumah ini ada rasa sedih di dalam benakku, sebab kepergian papa Hendra pasti sangat membuat mamer kesepian di rumah sebesar ini.

"Kamu istirahat gih sama Adit di kamarnya." Suruh mamer setelah aku selesai membantunya membersihkan meja makan dan dapur. Akupun pergi menuju kamar Adit. Saat aku masuk nuansa kehangatan sangat terpancar, kasurnya berwarna biru dongker.

Ada dua foto yang diletakkan di atas nakas samping tempat tidur. Yaitu foto kak Adit mengenakan seragam akmil dan yang Kedua dengan mengenakan baju PDU 1.

Sebenarnya mamer dulu tinggal di batalyon tapi setelah memiliki kak Adit, mamer dan almarhum papa memilih rumah luar, agar mamer bisa lebih fokus ke anak. Apalagi katanya kak Adit, mamer termasuk aktif saat di batalyon.

Saat aku sedang duduk di pinggir ranjang, kak Adit keluar dari kamar mandi hanya dengan sehelai handuk putih yang melilit di pinggangnya. Tubuhnya yang roti sobek ditambah warna tubuhnya yang kecoklatan, rambutnya yang basah, menambah kesan seksi di mataku.

"Lan, bajuku mana?" Tanya kak Adit yang entah bagaimana sudah ada di hadapanku. Akupun segera menyadarkan diri.

"Lan?" Panggilnya sekali lagi

Aku yang baru sadar dengan panggilannya segera menjawabnya dengan terbata"Eh.. iya, apa kak?" 
Tanyaku yang baru sadar.

"Baju... Dimana bajuku?" Ulangnya lagi sambil berkacak pinggang sambil menampilkan raut wajah heran.

"Oh..bentar aku ambilin." Ucapku kikuk sambil berdiri dari tepi ranjang.

Segera aku menuju tempat koper untuk mengambilkan kaosnya "Nih." Ucapku sambil memberikan kaos polos berwarna putih. Segera dia memakainya kemudian pergi ke kamar mandi untuk mengenakan bawahannya.

"Gak ke luar kamar?" tanyaku setelah keluar kamar mandi dengan piama berwarna hijau pupus. Akupun mendekti kak Adit yang sedang bersandar pada sandaran Kasur sambil memegang beberapa buku kerjanya.

"Mama biasanya udah tidur. Jawabnya singkat kemudian fokus pada lembaran kertas yang dijadikan satu itu. segera aku ikut bergabung di atas Kasur. Akupun ikut menyandar pada sandaran Kasur, ku tatap sekeliling kamar kak Adit yang simple banget, tidak banya furniture kamar, tv juga gak ada. Jadi tenang banget nih kamar.

Akupun menatap kak Adit yang masih berkutat pada tugasnya . "Kerjaan?" tanyaku sambil meliriknya.

"Iya." Jawabnya singkat, satu hal lagi yang aku ketahui lagi tentang kak Adit. Dia kalau udah ngadep kerjaan, bakal fokus ke kerjaan itu. buktinya dia menjawabnya dengan singkat tanpa sedikitpun meliriku.

"Aku tidur." Ucapu datar, kemudian menenggelamkan tubuhku di bawah selimut untuk berbaring tidur.

Saat sudah terbaring membelakangi kak Adit. Sebuah tangan besar menyusuri pinganggaku Kemudian memelukku dengan erat dari belakang.

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang