PART 11

13.8K 593 3
                                    

Hy mumpung masih minggu sebelum senin yuk baca dulu ceritanya
Jangan lupa vote dulu ya guys 😘

Happy reading 🎉

**🌹**

Kenapa?
Kenapa dia tidak memberiku kesempatan berbicara
Kenapa Tak memberikan kesempatan untuk ku tuk sekedar mengungkapkan perasaan atau sekedar mengatakan selamat tinggal.
Kenapa?


Akupun masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu dan sedih. Mbak Desi menatapku bingung karena melihatku yang melipat muka. Akupun segera duduk di ruang tamu sambil menunduk.

"Kenapa Lan?" Tanyanya sambil mengikutiku duduk.

"Mbak tau, Om Bagas dia ikut satgas ke perbatasan?" Tanyaku masih linglung

" Iya mbak tau, kalau dia ikut." Ucapnya santai tanpa mengerti perasaanku yang campur aduk sekarang

"Yahh mbak gak bilang Lana dari kemarin, atau gak pas tadi makan malem."

"Oh iya ya, mbak gak sadar. Kamukan lagi deket sama dia." Ucapnya menepuk jidatnya pelan.

"Gini nih, jadinya Lana gak sempet bilang apa- apa ke omnya." Ucapku masih melipat mukaku sedih. Yang dibalas tatapan kasihan padaku.

"mbak tugasnya satu tahun ?" timpalku lagi bertanya.

"iy-iyaa, kalo cepet Sembilan bulan. Ya kamu doa aja Sembilan bulan udah selesai tugasnya." Ucapnya memberikan semangat dengan menyuruhku berdoa.

"Tpi mbak masih ada sinyal kan disana?" Tanyaku sedikit was was jika sampai jawabannya iya. Bisa gila aku karna rasa penyesalan.

"Iya lah sana itu daerah miskin sinyal. Apalagi tempatnya di perbatasan negara." Ucap mbak Desi sedikit menekannya seperti nada mengejek.

"Ih mbak." Kesalku ke padanya.

Malam tak bisa ku habiskan dengan bahagia. Kepergian om Bagas yang tiba- tiba. Eh bukan tiba tiba sih lebih tepatnya kerena aku yang telat nyadar. Membuatku sedikit menyesal. Malam haripun ku habiskan mengirim pesan kepada om Bagas.

Om? – tulisku, lama ku kirim. Aku menerima pesannya lima belas menitan.

iya Lan. Belum tidur kamu? - balasnya selang Lima menit dariku.

Me : belum, gak bisa tidur.
Tulisku dengan hati yang kesal. Setelah itu pesanku hanya di baca saja tanpa dibalas. Membuatku sedikit kesal padanya. Namun itu Tak berapa lama. Selang lima menit nada dering HP ku berbunyi

"Assalamualaikum?" Tanyaku di sini

"Waalaikumsalam." Jawab seseorang itu dengan suara sedikit berubah karena didalam telepon.

"Maaf om, tadi aku telat datangnya. Soalnya aku baru nyadar dengan pesan yang om kirim." Ucapku dengan nada yang sedih

"Iya saya ngertiin kok, kamu pasti sibuk dengan kuliahmu. Yang semangat ya kuliahnya nanti. Ucapnya memberi semangat kepadaku. Seulas senyum menghiasi wajahnya disana.

"Pasti dong om. Oh ya, udah sampai mana?" Tanyaku penasaran

"Ini baru lepas Lawang. Tadi sempet macet soalnya." Ucapnya dengan lembut.

"Ohh, hati – hati ya om. Nanti kabari ya kalo ada sinyal di sana." Ucapku sedikit sedih karena itu pasti akan lama sebab di sana miskin sinyal seperti yang dikatakan mbak Desi tadi.

"Insyaallah, kalo ada pasti aku hubungi. Lan sudah dulu ya , aku tidak bisa lama lama." Ucapnya akan  mengakhiri panggilan.

"Assalamualaikum." Akhirnya

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang