PART 43

14.7K 710 23
                                        

ALANA POV

Hari ini sangatlah cerah, hangat mentari terasa menyengat pada kulit. Pikiran serta hati yang tenang menambah semangat pagiku. Pagi ini aku dan kak Adit berangkat bersama ke baterai, karena hari ini aku ada pertemuan baterai. Aliasnya hari ada kegiatan voly. Ku lihat ibu ibu sudah berkumpul dengan pakaian trening senada bewarna abu abu dengan garis merah.

"Pagi Bu. " Sapaku saat berjalan menyusuri kerumunan ibu ibu yang asyik berbincang. Merekapun membalas sapaanku dengan menganggukkan kepala dan berucap pagi.

Setelah menyapa beberapa kerumunan ibu itu akupun segera bergabung dengan mbak Yonita yang sedang duduk sambil berbincang dengan bu Afif.

"Pagi bu." Sapaku sambil duduk bergabung. Yang di balas dengan ucapan serupa dan kompak dari kedua ibu ini.

"Baik kalau begitu bu, ijin mau gabung dengan ibu ibu yang lain." Pamitnya kemudian bersalaman dengan mbak Yonita dan aku.

"Dek, gimana? Aman ?" Tanya mbak Yonita sedikit lirih.

"Iya mbak, udah gak papa. Udah di bawa pulang orang tuanya kok." Ucapku dengan senyum ceria. Seperti beban di pundak bertahun tahun telah hilang.

"Asli orang mana sih dek?" Tanya mbak Yonita lagi penasaran, sambil mengubah posisi duduknya menyerng ke hadapanku.

"Itu asli orang Surabaya. Sama kayak Kak Adit." Jelasku yang di balas dengan anggukan paham.

Setelah percakapan rahasiaku selesai, seorang dengan badan mulai menggendut datang dengan membawa sebungkus roti lapis.

"Mbak Yonita.. dek Adit." Sapa Mbak Vivi dengan tubuh yang sedang berbadan dua itu.

"Pagi." Jawab ku dan mbak Yonita kompak.

"Sini duduk, kamu lagi hamil juga." Ajak Mbak Yonita sambil menepuk bangku yang kosong di sampingnya. Mbak Vivipun mengikuti.

"Jangan sering berdiri, nanti adiknya capek." Tutur mbak Yonita memberi perhatian, yang di balas cengiran oleh mbak Vivi.

"Oh ya Alana. Kemarin siapa yang teriak teriak?" Tanya mbak Vivi dengan senyuman yang mengejek.

Dia mulai lagi

"Oh itu, teman ku dulu."Jawabku singkat

Mbak Vivipun sedikit menyerongkan badan agar lebih leluasa melihat ekspresiku ,mungkin jawabanku tidak memuaskannya "Ah masa kok dia teriak teriak pelakor pelakor gitu? Emangnya kamu pelakor?"

Mendengarnya bertanya seperti itu membuatku ingin sekali membungkam mulutnya dengan roti yang sendari tadi dibawanya.

"Dia lagi depresi mbak, mangkanya teriak teriak gak jelas gitu." Jelasku berusaha sabar.

"Oh saya ngerti deh. Dia depresi gara gara kamu rebut dek Adit ya? Mangkanya dia teriak teriak pelakor gitu." Tukasnya dengan senyum kemenangan. Bahkan ibu ibu yang sedang duduk dekat dengan kami diam, ikut mendengar percakapan kami secara diam diam.

"Maaf ya mbak. Tolong jangan mengambil kesimpulan tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mendingan mbak merhatiin anak mbak yang di dalam kandungan itu dari pada nyriwisin hidup orang lain." Pungkasku dengan nada yang sedikit ku tekan. Bahkan mbak Vivipun hanya bisa menatapku kesal. Dia benar benar merusak pagiku.

Setelah ku berkata seperti itu mbak Yonitapun mengajak seluruh ibu ibu untuk mulai kegiatan. Akupun langsung beranjak dari dudukku dan bergabung dengan ibu ibu yang lain. Meskipun sekarang ibu ibu sedang menatapku tanya.

**

"Gimana tadi kegiatannya?" tanya kak Adit yang sedang memelukku dari belakang dengan manja.

"Yah.. begitulah."Jawabku malas.

"Kenapa? Ada masalah?" tanyanya sambil membalikkan tubuhku untuk menghadapnya.

"Kak masakanya itu loh." Ucapku sambil berusaha membalikkan badan lagi yang ditahannya.

"Kenapa? Cerita sama ku." Mintanya dengan tatapan khawatir.

"Biasalah mbak Vivi. Dia tanya masalah Mesya kemarin. Tapi ujung ujungnya njatuhin aku."

"Dia bilang aku pelakor lah, bilang kalo cewek kemarin teriak teriak pelakor gara gara aku ngerebut kamu dari Mesya lah. Ya pokok kayak gitu lah." Lanjutku dengan kesal.

Mendengarku bercerita seperti itu kak Aditpun memelukku erat "Udah jangan di di dengerin."

"Iya... Cuman capek aja kayak gak pernah tenang gitu loh. Ada aja yang ngusik" Ucapku dengan kesal.

Lama kami berpelukan, sedikit demi sedikit aku mencium bau gosong "Astaga, telurnya." Teriakku kemudian ku lepaskan pelukan kak Adit dan segera mematikan omurice yang sudah berwarna coklat yang sangat pekat.

"Tuhkan gosong." Ucapku dengan nada kesal. Kak Adit yang berada di sampingku langsung pergi meninggalkanku diam diam. "Kak Aditttt..!"

**
AUTHOR POV

Suara hujan terdengar nyaring dari dalam rumah, sore ini Alana sedang menunggu suaminya pulang. Secangkir kopi dan sepiring roti panggang sedang disiapkannya.

Sambil menunggu suaminya pullang Alana hanya duduk termengu sambil melamunkan nasibnya yang akan ditinggal tugas selama satu tahun lamanya. Lama dia melamun seseorang tiba tiba menepuk bahunya pelan. "Astaga." Kejutnya sambil memegang dadanya.

"Kak Adit! Bikin kaget tau." Marah Alana sambil mengerutkan kening. Adit yang melihatnya hanya bisa terkekeh senang telah menjaili istrinya itu.

"Sapa suruh kamu nglamun." Tukas Adit kemudian mencuri satu kecupan di bibir istrinya itu, membuat Alana tidak bisa berkutik dan hanya tersipu malu.

"Udah tuh diminum mumpung masih anget." Suruh Alana dengan senyuman manis menghiasi bibirnya.

"Makasih istriku." Ucap Adit sambil mengelus manja rambut Alana dengan cinta.

"Kamu tadi ngapain sih nglamun?" Tanya Adit setelah menyruput kopi buatan Alana, ditatapnya mata istrinya itu yang penuh kesedihan.

Mendengar Adit bertanya seperti itu membuatnya semakin sedih "Aku Cuma mikir waktu nanti kamu tinggal tugas." Jelas Alana dengan suara yang mulai sedikit bergetar.

Mengerti dengan perasaan istrinya itu Aditpun meminta istrinya untuk duduk di pangkuannya "Sini."  Minta Adit lembut sambil menepuk pahanya pelan. Mendengar Adit memintanya, Alana pun segera duduk di pangkuan suaminya itu. ditatapnya mata suaminya itu.

"Kamu tahu, sejak awal hubungan ini di mulai. Aku sudah mantap dan naruh sepenuh hatiku untukmu. Aku tahu kamu adalah wanita yang paling kuat dan tegar dalam menghadapi rintangan. " Tutur Adit lalu menggenggam kedua tangan milik Alana "Jadi untuk hal seperti ini, aku yakin kamu pasti bisa ngelaluin ini dengan baik. Karena apa? Karena kamu istri dari Adhitya Cakra Mahendra, cowok paling ganteng, tangguh dan seksi. " Lanjut Adit dengan senyuman lembut serta klimaks senyuman nakal pada akhir kata seksi.

Mendengar tingkah suaminya itu membuat dirinya terkekeh kecil. Merekapun berpelukan untuk saling menguatkan satu sama lain.

"Love you, my strong wife. " Bisik Adit di sela sela pelukannya. "Me too." Balas Alana dan tak terasa air mata turun begitu saja dari mata indah miliknya. Bahkan sekuat apapun ia untuk tersenyum pada akhirnya dia tetap meneteskan air matanya.

Don't forget for like, comment and share, yes 😘

Hy guys, akhir akhir ini aku kayak dapet bisikan buat namatin cerita ini.
Jadi, mohon doa ya agar my brain bisa encer buat nulis

- HAPPY HOLIDAYS 😘
DAN  H-8 MENUJU HAPPY NEW YEAR

- DAN MARI SAMA SAMA BERDOA UNTUK SAUDARA KITA DI BANTEN DAN LAMPUNG, SEMOGA MEREKA SENANTIASAN DIBERI KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN DARI TUHAN YANG MAHA ESA, AMINN..

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang