Hampir dua minggu lebih aku nganggur di rumah, karena aku yang belum di terima sebagai anggota persit di Cabang membuatku belum bisa aktif atau mengikuti kegiatan persit. Yang ku tahu dari mbak Yonita bahwa aku harus dikukuhkan terlebih dahulu di cabang baru bisa mengikuti kegiatan di ranting. Sehingga beginilah aku sekarang di rumah saja, terkurung. Sebenarnya bukan dikurung sih. Hanya saja aku masih malu untuk berkeliling asrama ini, meskipun aku sudah sedikit mengenal ibu ibu di asrama ini.
Selama dua minggu ini aku keluar cuma waktu ada tukang sayur keliling lewat kompleks, bersih bersih teras kalau enggak main ke rumah mbak Yonita. Ya hari demi hari aku semakin akrab dengan mbak Yonita, bahkan sudah seperti adik kakak. Sedangkan dengan ehemmm Mbak Vivi boro boro dekat ketemu aja jarang banget, bahkan hampir tidak pernah. Sebenarnya om Bagas itu menikah dengan siapa sih. Hantu apa pajangan hidup. Keluar rumah saja jarang. Kasihan kamu om – batinku kasihan pada om Bagas.
Dan sore ini, aku mbak Yonita, kak Adit serta om Rendi punya acara jalan jalan bareng. Sehingga sore ini aku sedang bersiap siap menunggu kepulangan kak Adit agar setelah itu bisa lets go to Malang. Sekarang aku tengah memilih baju untuk pergi kali ini. Kali in aku memiih jeans biru muda yang ku padukan dengan blouse biru muda dan putih.
Setelah kak Adit Dan Om Rendi pulang segera Kami pergi jalan jalan ke Malang, hingga pulang sudah menunjukkan pukul setengah Sembilan malam.
**
Esok hariSetelah makan malam aku sedang bersantai di ruang keluarga Bersama kak Adit yang sedang asyik nonton film sherlock Holmes season tiga. Ya sejak hari pertama aku dan kak Adit waktu itu. kak adit sering sekali mencicil film itu dan sekarang sudah memasuki season tiga. Aku hanya bisa menatapnya yang asyik nonton sambil memainkan hp.
"Oh ya lan hadiah hadiah pernikahannya udah kamu buka?" tanya kak Adit di sela sela fokusannya pada sherlock.
"Astaga" Ucapku sambil memukul jidatku pelan
"Kenapa?" Tanya kak Adit yang konsentrasinya buyar karena ikut kaget dengan suaraku.
"Hadiahnya belum aku buka sama sekali." Ucapku pada kak Adit yang di balas gelengan.
"Apa aku buka di sini aja ya sambil kakak nonton nih film?" Tanyaku meminta pendapatnya.
"Iya deh, dari pada jamuran." Ejeknya sambil fokus kembali ke filmnya.
Segera aku beranjak dari sofa menuju kamar belakang mengambil hadiah hadiah pernikahan. Kemudian aku bawa menuju ruang keluarga beserta gunting dan kater untuk alat bantu membuka kado.
Akupun duduk bersila di karpet ruang keluarga dan mulai membuka satu persatu kado yang aku dapat. Sudah hampir tiga mingu. Aku nganggurin kado kado ini. Saat aku lihat, bentuk dari kado kado ini bervariasi ada yang lumayan besar, sedang bahkan yang kecilpun ada.
Segera aku membuka satu persatu kado yang aku dapat. Kado pertama yang aku buka aku mendapat seperangkat alat makan, mulai dari sendok, sumpit, garpu, pisau makan yang sangat cantik. Kemudian aku dapat cangkir satu paket, terus ada wadah makanan yang satu paket. Selain peralatan makan dan memasak aku mendapat piama couple berwarna merah maron. Cocok lah buat kak Adit gak cewek cewek banget. Setelah aku bongkar semua kado aku segera membawanya ke kamar belakang untuk di tata rapi kembali.
"Oh ya Lan, kamu belum cerita ke aku. Temanmu itu ngado apa?" Tanya kak Adit saat aku telah kembali ke sofa di sampingnya. Akupun bingung mau jawab apa.
Masa aku jawab jujur- batinku bertanya
"Hmm, itu aku dapat baju tidur." Jawabku asal ngomong, tapi ada benarnya aku memang mendapat baju tidur. Jadi gak ada yang bohong kan. Kak Adit pun menganggungkan kepalanya paham.
"Lan, lusa kamu udah tau bakal ada pertemuan?" Tanya kak adit membuka obrolan baru.
udah kak, udah di kasih tahu mbak Yonita tadi pagi. Jawabku sambil menatap kak Adit sekilas, kemudian ikut fokus menonton sherlock meskipun aku sudah mengetahui akhir cerita ini.
"Udah tahu bakal ngapain aja?"
"Udah, tadi mbak Yonita bilang kalau lusa aku pakai baju PSK kemudian di acarnya nanti aku bakal perkenalan ke seluruh anggota persit." Balasku seperti yang di arahkan mbak Yonita tadi pagi
"Akrab banget kamu sama mbak Rendi ternyata."
"Akrab lah orang sebelum kakak masuk ke arama sini. Aku udah tahu Yonita. Tapi waktu itu masih belum terlalu dekat soalnya aku keburu keluar dari asrama." Ucapku sambil menatapnya.
"Iya iya.. deh yang kenal akrab." Aku hanya tertawa melihat gelagatnya.
Tok.. tok... Tok...
"Assalamualaikum." Suara seseorang memanggil dari luar rumah.
"Waalaikumsalam." Jawabku dan kak Adit bersamaan. Segera aku bangkit menuju pintu untuk membukanya.
"Loh mbak Yonita. Masuk mbak." Ucapku ramah sambil mempersilakan mbak Yonita masuk rumah.
"Ohh gak usah dek. Mbak Cuma mau ngasih ini." Sambil mengangkat tangan kanannya terihat jinjingan tas kersek.
"Waduh, makasih loh mbak." Ucapku sambil menerima uluran tanganya yang memberikanku tas kresek tersebut.
"Apa ini mbak?" Tanyaku
"Itu dek, mbak tadi barusan bikin kue kering, biasanya yang ngehabisin mas Rendi tapi mbak inget sekarang ada kamu juga. Jadi mbak bikin agak banyak den." Jelasnya dengan senyum ramahnya.
"Makasih loh mbak, kapan kapan aku ajarin dong mbak." Mintaku dengan senyum dan tawa.
"Santai bisa di atur." Kamipun tertawa. Kemudian mbak Yonita pamit untuk segera pulang.
**
"Siapa Lan?" Tanya kak Adit sambil menoleh padaku yang berjalan melewatinya menuju dapur.
mbak Yonita. Jawabku dari dapur. Segera aku lucuti wadah kuenya dari kresek kemudian membawanya ke kak Adit.
"Nih kue dari mbak Yonita. Enak loh." Tawarku sambil mengunyah satu kue yang sudah aku ambil. Kak Aditpun mengikuti saranku lalu mencoba kue kering buatanmbak Yonita.
"Enak Lan, pantes." Rancau kak Adit sambil memakan kuenya. Apa yang pantes
"Apanya yang pantes?" tanyaku tak mengerti
"Ya, pantes. Mbak Rendi udah Muslimah, baik, cantik, ramah, pinter bikin kue lagi." Puji kak Adit begitu terkagum. Tiba- tiba rasanya aku ingin sekali menenggelamkannya ke laut saat ini juga.
"Oh gitu." Sambil menatapnya kesal. Entah mengapa aku sedikit panas pada ucapan kak Adit tadi.
"Iya. " Tegasnya lagi tanpa menyadari perubahan wajahku. Jangan salah tanggap ya guys, bukan berarti aku mulai suka. Tapi di dunia ini mana ada sih istri yang rela suaminya muji cewek lain. Meskipun cewek itu kita sama sama kenal. Gak rela kali bang.
"Terusin muji cewek lain. Istrinya sendiri aja gak pernah dipuji." Sindirku sambil memakan kue mbak Yonita dengan kesal. Kak Adit hanya tertawa dengan tingkahku.
"Aduh.. aduhh istriku cemburu." Gelak tawanya terdengan nyaring. Aku hanya bisa menatapnya kesal.
"Istriku ini juga cantik, baik, ramah , pinter cuman... " candanya sambil menggantung di belakang kalimatnya.
"Cuman apa?" Sengitku padanya.
"Cuman pinter ngehangusin air." Ejeknya kemudian tertawa lagi. Akupun memukul lengannya gemas.
Dasar suami jahil- batinku gemes
HY GUYS 🙋🙋🙋
JANGAN LUPA YA VOTE, COMMENT DAN SHAREKALAU ADA YANG DITANYAKAN ATAU KURANG JELAS MAKSUDNYA COMMENT AJA... 🙆😆

KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
Ficción General#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti