Sudah hampir dua minggu berjalan kegiatan latihan pra tugas Adit untuk persiapan berangkat ke Papua demi menjaga perbatasan NKRI. Setelah satu bulan berlalu untuk latihan dalam kesatuan. Esok adalah hari keberangkatan Adit dan malam ini adalah malam perpisahan Adit dan Alana.
Sejak pagi hingga malam saat ini, Alana tak henti hentinya meneteskan air mata. Entah berapa banyak tisu yang sudah di habiskannya. Sedangkan Adit terus saja menenangkan istrinya itu, baik dengan perkataan yang menguatkan maupun sentuhan penuh kasih sayang.“suussstt… kamu pasti kuat kok. Jangan nangis dong.” Bujuk Adit sambil memeluk Alana yang sendari tadi menangis dalam dekpannya itu.
“Aku mau tugas loh Lan, bukan perang.” Bujuk Adit kembali, tapi entah kata katanya yang salah. Alana semakin mengeraskan suara tangisannya.
“Emang tugass perbatasan gak bakal ada penyusup, hah?” tanyanya dengan suara yang sudah tak karuan, lalu melanjutkan tangisannya. Aditpun hanya bisa tersenyum mendengarnya.
“Iya iya iya… udah ya nangisnya. Nanti kamu malah sakit loh.” Tutur adit lembut sambil mengecup pucuk kepala Alana.
Tidak mendengar adanya respon, Aditpun mengangkat wajah Alana untuk di pandangnya “Udah dong nangisnya, kamu gk kasihan matamu. Sembab nanti.” Ucap Adit dengan senyuman manis. Lalu dikecupnya kening istrinya itu dengan penuh sayang. Dilihatnya Alana sudah tak meraung raung, hanya tersengguk sengguk.
Aditpun tersenyum menahan tawa melihat wajah istrinya yang sudah tak karuhan. Kemudian di usapnya wajah istrinya itu. “Udah ya nangisnya.” Ucap Adit kemudian menggandengang istrinya menuju kamar mandi untuk cuci muka.
Dengan hati hati Adit membasuh wajah Alana “Tuhkan sebab matamu.” Celetuk Adit pelan, dilihatnya Alana masih saja diam sambil sesekali sesenggukan.
“Mau jalan jalan?” tawar Adit saat berjalan menuju ruang tamu. “Iya” balas Alana singkat wajahnya terlihat sangat murung.
Mendengar jawaban Alana, Aditpun segera mengambil kunci mobil. Dan segera menggandeng Alana menuju mobilnya..Saat perjalanan Adit terus saja berbicara, berusaha menghibur istrinya itu.
“Mau apa? Es krim?Bakso? Sari laut atau apa?” tanya Adit saat sedang fokus menyetir.
“terserah kakak.” Jawab Alana sambil menyeka ingus yang turun.
Mendengar jawaban istrinya yang terus saja terserah Aditpun hanya bisa menggaruk kepala bagian belakang dengan frustasi.setelah berkendara beberapa waktu Aditpun menghentikan mobilnya di depan Candi Singosari.
"ngapain kesini?" tanya Alana dengan wajah bingung.
"Katanya terserah, yaudah aku bawa kesini Aja." celetuk Adit sambil turun dari mobil diikuti Alana."sini." Panggil Adit sambil menjulurkan tangan, Alanapun dengan antusias menerima tawaran itu.
meskipun wajahnya masih terlihat sebab, sebisaba mungkin tersenyum untuk suaminya itu.
Merekapun berjakan memutari Candi sambil berbincang.Setelah leleh berjalan jalan mengitari Candi merekapun memilih duduk di warung pinggir jalan yang langsung menghadap pada Candi. Memberikan kesan romansa di tahun sebelum masehi.
"Mau apa?" tanya Adit sambil menatap sang istri.
"Mau es soda gembira." jawab Alana dengan antusias.
Aditpun memesan segelas es soda gembira dan Susu jahe hangat serta merekapun duduk di meja yang mengahadap langsung pada Candi Singosari."gimana suka, kesini?" tanya Adit sambil menatap Alana penuh kelembutan.
"suka kok." jawab Alana dengan senyuman tipis."permisi, ini mas pesanannya." ucap seorang pelayan sambil meletakkan beberapa makanan pesanan mereka.
"Kak nanti kalau di sana, makannya yang teratur ya. jangan sampek telat."
"Kalau dingin pakek baju yang anget. tidur pakek selimut. Terus pakek soffel biar gak digigit nyamuk."
Mendengar istrinya yang terus ngomel tanpa jeda Aditpun membungkam mulut Alana dengan sesuap jagung keju.
"ihh, kak." celetuk Alana sambil menadahkan tangannya untuk menangkap beberapa butir jagung yang tak sampai di mulutnya.
"iya iya, bakal makan yang teratur kok. Bakal tidur pakek autan, selimut."
"Pakek Soffel Aja jangan autan... " celetuk Alana sambil mengambil sesuap jagung lalu dimasukkannya ke mulut Adit.
"Ye.. sama Aja kalik Sayang, sama sama obat nyamuknya." Gemas Adit kemudian mencubit pipi Alana.
"Nanti kalau gak cocok bisa iritasi " jelas Alana mantap.
"Iya deh.. Soffel." Patuh Adit sambil menyuruput Susu jahe.
**
"Mau kemana lagi?" Tanya Adit setelah mereka telah selesai berbincang Dan ngemil malam.
"Aku mau ke alfamart." Minta Alana ketika sudah duduk di kursi Mobil.
"Mau beli apa ?" Tanya Adit bingung sebab semua kebutuhannya sudah siap semua.
"Mau beliin kamu Soffel." Sambil mengetik sesuatu pada ponselnya.Tanpa banyak Tanya Aditpun segera melajukan Mobil menuju alfamart. " Besok mau makan pagi apa? " Tanya Alana sambil memainkan tangannya pada wajah suaminya itu. dia meraba wajah suaminya itu, menelisik dengan perhatian penuh. Merasakan kulit suaminya itu apakah sudah benar dia merawat suaminya.
"Kak udah mulai tumbuh brewok, mau cukur?" Tawar Alana masih dengan terus meraba dagu Adit yang terasa agak kasar.Mendengar tawaran Alana Adit pun segera meraba dagunya sendiri untuk menimbang apakah harus di cukurnya atau tidak.
"Hmmm... Iya deh boleh." Pikir Adit kemudiam melemparkan senyum Manis pada Alana.
Sesampainya di alfamart, Alanapun segera mengambil beberapa camilab Dan sebungkus pasta serta sausnya.
"Soffelnya enggak?" Tanya Adit ketika melewati rak yang terdapat obat nyamuknya itu.
"Udah aku masukin kopermu kamu." Jawab Alana kemudian berjalan kembali.
"Oh" Aditpun hanya bisa menggaruk rambutnya yang tidak gatal, akibat permainan Alana padanya.
**
Sesampainya dirumah Alanapun segera membawa suaminya itu ke kamar mandi untuk menyukur Brewok yang mulai tumbuh dengan kasar."Dah.. bersih." Ucap Alana antusias ketika sudah selesai mengeringkan wajah suaminya itu dengan handuk.
Ketika Alana hendak keluar dari kamar Mandi tangannya di cekal Adit.
"Kenapa?" Tanya Alana bingung ketika Adit menatapnya dalam diam.
Dalam diamnya itu Adit segera menarik Alana semakin dekat denganya, menghapus jarak yang menghalangi.Secara perlahan Adit mendekatkan wajahnya pada Alana. Lalu, di ciumnya bibir Alana dengan lembut.
Candu itulah yang dirasa Adit saat melumat bibir Alana. Hal, yang pasti sangat dirindukannya nanti saat tugas.
Sedangkan, bagi Alana pasti akan sangat memberatkan dirinya melepaskan Adit dalam tugas setelah apa yang dilaluinya malam ini. Tapi apa yang bisa dilakukan ya, jika negara memanggil suaminya itu. Dia bahkan tidak bisa iri pada negaranya ini, yang dengan mudahnya memanggil suaminya.
YO. YO..YO..🙆🙆
I'M BACK GUYS😘
JANGAN LUPA YA LIKE, COMMENT AND DU FOLLOW MY ACCOUNT😚
BTW, MAAFKAN DAKU ATAS PRANK YANG DI LAKUKAN OLEH TEMAN TEMAN ANE😂
PASTI KESEL KAN? SABAR.. YA..😉
DAN UNTUK DITULISKAN TAKDIR AKAN ON THE WAY END.. 😔
SO... KALAU ADA MASUKA YUK YUK LAGI NAMPUNG MASUKAN NIH....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
Ficción General#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti