PART 7

16K 637 3
                                    

+62 813 xxxx xxxx : JANGAN SEKALI-KALI KAMU BERMIMPI UNTUK HIDUP BAHAGIA!!

"Apa ini Lan, kamu di ancam?" tanya mbak Desi kaget. Sama sepertiku saat pertama kali aku membuka pesan ini.

"Iya mbak, siapa ya yang ngirim pesan kayak gini?" ucapku bingung

"Kamu punya musuh sama orang" sini? tanya mbak mbak Desi mastiin.

"Enggak kok mbak Lana gak ngerasa punya musuh. Udah hampir sebulan mbak, Lana disini main sama anaknya tetangga samping rumah itu aja blm pernah. Masa mau punya musuh." Ucapku menjelaskan

"Yaudah positif thinking aja kalik ya? Anggep orang iseng aja." Ucapku menimpali lagi agar mbak Desi sedikit tenang.

"Yasudah, pokoknya kamu harus cerita ke mbak apapun itu nanti. OK?" Ucap mbak Desi meminta kepastian.

"Iya mbak Lana bakal cerita apapun nanti kalo ada apa-apa." Ucapku memberinya kepastian

**

AUTHOR POV

Sore harinya Alana melakukan kegiatan sorenya. Dia pergi untuk berlari keliling asrama, karena bau bau volly sama sekali tidak tercium. Saat dia sudah berputar berkeliling iapun berhenti di tempat duduk taman kesukaannya. Menghirup aroma sore yang penuh ketenangan. Mengilangkan penat serta pikiran akan pesan tadi pagi yang ia peroleh. Saat Alana menutup mata merasakan semilir angin sore tanpa ia sadari seseorang duduk di sampingnya.

ALANA POV

"Baaaa!!" ucap seseorang itu mengejutkannya

"Astaga" ucapku kaget, dan mengedarkan pandangku ke arah orang itu. Setelahku tau siapa dia langsungku layangkan pukulan ke lengan kokoh yang sering memegang senjata berbobot empat kilogram itu.

"Aww sakit Lan." Ucap om Bagas merintih kesakitan ketika ku pukul

"Salah siapa ngagetin kayak gitu." Ucapku membela diri

"Ya sorry. Ngapain sih kamu Lan sendirian disini, kalo kesambet gimana? Udah sepi kayak gini juga." Ucapnya tiba tiba cerewet padaku

"Ih perhatian." Ucapku menggodanya.

"Aku udah dari dulu juga perhatian ke kamunya. Kamu aja yang gak peka." Ucapnya menatap mataku dengan intens. Kemudian membuang nafasnya pasrah

"Iya iya, yang perhatian ke akunya. jangan gitu kalik, kan tentara" Ucapku Sambil menangkap wajahnya dengan kedua tanganku. Seketika tatapan kami bertemu dengan sangat dalam.

"Cantik." Ucapnya dengan tiba tiba. Membuatku kaget, kemudian menurunkan tanganku dari wajahnya dan berusaha mengalihkan pandang mencari kesejukan udara yang ku dapat tadi sebelum berubah panas seperti saat ini.

"Lan?"

"Iya." Ucapku menatapnya kembali. Diapun membalasku dengan tatapan khasnya. Yang membuat hawa sore semakin panas.

"Kamu gak pulang?" Ucapnya dipotong potong. Yang kubalas tatapan sinis. Dia sama sekali tidak mengerti suasana.

"Ah bodo lah. Udah jam lima pulang dulu om." Ucapku beranjak untuk pergi. Saat akan pergi om Bagas menahanku kemudian berkata.

"Sini aku antar."

Tepok jidatlah kalo gini, bukannya tadi dia nyuruh peka. udah dipekain dianya malah sok gk peka.

**

"Gimana Lan keterima dimana?" tanya om Dibyo saat sedang bersantai Bersama

"UNBRAW om."

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang