PART 6

19K 708 17
                                    

REHAN POV

Setelah puas bercerita dengan mas Dibyo dan Mbak Desi. Aku segera menuju barak. Karena tidak terlalu jauh dari rumahnya mas Dibyo jadi aku jalan kaki ke sana. Saat di jalan aku teriang iang wajah manis miik keponakan mas Dibyo. Walaupun awalnya dia terlihat jutek dan kesal padaku, seiring obrolan tadi aku dan dia bisa santai bahkan tertawa Bersama. Saat berjalan tanpa sadar ada senyum yang menghiasi sudut bibirku ini.

Tiiiiiinnnnnnnnn.

Astaga, apaan sih Han kok malah nglamun – batinku menyadarkan diri

"Rehan lo gak papa bro?" tanya suara berat yang familiar di teingaku.

"Enggak papa Ren." Ucapku ke Rendi yang mau pergi.

"Beneran gak papa?. Mikirin apaan sih bro, baru juga sampek asrama udah kebanyakan mikir. Ubanan lo nanti." Ucapnya jahil

"Enggak Ren, Cuma kebanyakan seneng aja habis lepas kangen sama mas Dibyo." Ucapku sumringah.

"Iya deh yang punya keluarga angkat di sini." Ucapnya nyindir usil

"Buruan istirahat besok udah kegiatan, baru datang juga malah kluyuran." Timpalnya lagi

"Siap bro. gue duluan. CAKRA." Ucapku pamit

"CAKRA." Kemudian Rendi pergi dengan menggunakan motor sportnya.

**

"Lan mbak minta tolong kamu anterin ini ke kantornya om mu ya?" ucap mbak Desi sambil menunjuk rantang makan di meja.

"Lah, kenapa gak mbak aja?" ucapku malas

"Ih, mbak ini repot sama pesanannya orang. Anterin ya Lana cantik." Bujuk mbak Desi sambil ngedipin mata.

"Iya deh iya, lana ke sana." Akupun berangkat dengan berjalan kaki, ya lumayan lah rumah ke kantor om Dibyo. Saat lomba HUT kemarin aku di kasih tau kantor om Dibyo yang mana. Jadi aku santai saja ke sana. Toh nanti juga bisa mampir ke taman, soalnya kaantor om Dibyo melewati taman.

Saat aku jalan, ada sepeda motor yang mengiringiku.

"Alana? Mau kemana?" tanya seseorang, tak lain adalah om Bagas.

"Eh om Bagas. Mau ke batrai MA. Ke om Dibyo." Ucapku sambil menunjukkan rantang yang berisikan makan siang.

"Oh sini saya tebengin. Kan kantornya om mu sama saya cuma kehalang lapangan." Ucap om Bagas dengan senyum menawannya.

"Hmm gimana ya om, nanti ngrepotin."

"Enggaklah Lan kan saya yang nawarin jadi gak mungkin ngrepotin." Ucap om Bagas meyakinkan.

"Yaudah om saya bareng." Ucapku kemudian langsung naik keboncengan belakangnya.

"Pegangan Lan nanti jatuh." Ucap om Bagas menawarkan diri.

"Engak lah, Cuma di film film yang kayak gitu."

"Ohya. Mari buktikan." Dengan seringai jahil dia menarik gas sedikit kencang dan membuatku otomatis berpegangan pada dia.

"Om Bagas!!, pelas pelan aja jangan kenceng kenceng." Ucapku sambil memukul pundaknya dengan kencang.

"Aww.. Sakit Lan."

"Mangkanyaa pelan pelan. Mau cari kesempatan ya? tanyaku kesal

"Ih enggak lah, ini kesatuan kalik."

"Kalo gitu pelan pelan jalannya."

"Iya iya cewek bawel." Ucapnya kemudian melirihkan kecepatan motornya

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang