**
"Mbak" panggil Alana pada Yonita dan Rendi yang sedang menunggunya di teras rumahnya.
"Yuk!" ajak Yonita pada Alana. Merekapun berjalan bersama menuju rumah Bagas yang terlihat sepi.
"Assalamuailkum." Salam Rendi sambil mengetuk beberapa kali pintu rumah bercatkan hijau pupus milik Bagas.
"Waalaikumsalam." Jawab pemilik rumah sambil membukakan pintu rumahnya.
"Mari masuk.. masuk." Ajak Bagas dengan sedikit kikuk. Setelah mempersilahkan masuk, Bagas segera ke dalam memanggilkan sang istri yang sedang di kamar.
"Waduh.. mbak Yonita, om Rendi, A..alana."sapa Vivi dengan senang ketika melihat Yonita dan Rendi namun sedikit sinis pada Alana.
"Selamat ya Vi.. kelahirannya, maaf ya telat ngucapinnya." Ucap Yonita dengan senyuman hangat, yang di balas dengan senyuman hangat pula. Diputarnya bola matanya menatap Alana dengan tatapan tak begitu suka dengan ke hadirannya.
"Saya juga minta maaf mbak, om. Telat njenguknya." Kata Alana tak enak.
"Iya gak papa." Ucap Vivi singkat yang seperti tak mau lama lama berbicara dengan Alana.
Mereka berlimapun berbincang bincang mengenai nama sang anak dan bagaimana jalan persalinan mereka. Bagas menceritakan bahwa anaknya itu diberi nama Brama Diska Prajamukti. Dan cerita cerita tentang perkembangan si anak.
"Ohya Lan, saya ikut berduka ya atas musibah yang lagi kamu alamin." Ucap Vivi di tengah tengah perbincangan mereka. Seketika semua mata tertuju pada Vivi yang sedang memasang wajah tak berdosa. Entah apa yang dipikirkan Vivi saat itu hingga bisa berujar seperti itu,tanpa memikirkan perasaan Alana.
Mungkin Vivi tidak merasakannya, tapi suaminya. Buku tanganya mengepal erat menahan malu akan tingkah sang istrinya. Sedangkan yang di bicarakan hanya memasang senyuman tipis.
Kecewa, itu yang dirasakan Bagas akibat tingkah laku istinya. Hatinya mengutuk keras perbuatan istrinya itu. Tapi apa daya, dia hanya bisa menahan malu tanpa bisa berbuat."Oh ya Vi,Bram mau kamu sekolahin di sini apa di Sidoarjo?" Alih Yonita ketika mengerti keadaan atmosfer yang begitu dingin tiba tiba.
" Bram Aku sekolahin di Sidoarjo paling mbak.., biar deket sama neneknya." Jawabnya dengan santai kemudian meminum the buatannya sendiri.
"Oh.. kenapa gak di sini aja Vi?" tanya Yonita kembali.
"Gimana ya mbak, aku kan juga harus kerja. Lagian aku juga gak betah kalau terus terusan repotin suami. Bukannya apa apa, kalau ada apa apa kita kan juga udah punya persiapan." Ucapnya sambil melirik Alana sekilas. Terlihat jelas bahwa Vivi hanya berniat untuk membuat Alana tersindir.
Mendengarkan ucapan Vivi yang sendari tadi hanya berusaha menjatuhkannya, Alana hanya bisa mengepalkan tangannya hingga tak terlihat sedikitpun warna merah di telapaknya.
Setelah beberapa saat perbincangan berlangsung meskipun Alana harus menahan gejolak emosinya. Merekapun segera berpamitan mengingat waktu sudah hampir jam Sembilan.
**
Sesampainya di rumah Alana segera mandi dan menenangkan pikiran di kamarnya. Dika yang melihat putrinya sendiri segera menghampiri anaknya itu.
"Lan.." Panggil Dika sambil membelai rambut Alana dengan sayang. Yang dibelaipun segera membuka matanya, di tatapnya Ayahnya itu dengan senyuman yang tulus.
"Lan, kamu itu anak papa satu satunya yang papa sayangin.. kalau kamu sedih, hati papa ini hancur berkeping keping." Ucap tulus Dika sambil mengusap dadanya miris.
![](https://img.wattpad.com/cover/141221090-288-k219129.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
قصص عامة#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti