"Jadi dulu kalian temenan, kok Lo gak pernah cerita Mes." Tanya Putri pada Mesya yang sendari tadi hanya melihat ikan di kolam baterai C. "Ehmm.. ituu.. itu" Ucap Mesya tidak bisa menjelaskan dengan jelas dan hanya mengucapkan itu dan itu berulangkali
"Terserah Lo lah Mes." Ucap Putri menyerah. Karena Putri mengerti watak Mesya yang memang sedikit tukang memendam perasaannya sendiri.
Dia milikku dia milikku.. dia milikku.- ungkapan itu terus terngiang ngiang terus menerus. Dan seketika Mesya terduduk dengan menutup kedua telinganya.
"Eh Mesya! Mes! Lo kenapa?" cemas Putri melihat Mesya menutup telinganya dengan kencang.
Setelah beberapa waktu Mesya sadar dengan senyuman yang mengembang Mesya berdiri, mengajak Putri untuk pulang. "Memangnya rumahnya Adit dimana?" Tanya Mesya pada Putri yang masih shock. "Putri." Panggil Mesya ketika di belum juga mendapat jawaban. "Hah, Lo Tanya apa?" Tanya Putri
"Rumahnya Adit dimana emang?" Tanya Mesya lagi. "Oh Mas Adit rumahnya di komplek depan." Ucap Putri sambil mengarahkan telunjuknya ke arah jalan utama "Kita lewat sana aja." Ajak Mesya sambil menarik lengan Putri mengarah ke jalan utama.
"Apaan sih enggak ah. Males lewat sana." Tolak Putri. "Ayolah Put, sekali ini aja deh." Melas Mesya sambil menampilkan wajah memelas. I"ya deh, iya." Ucap Putri yang kalah dengan Mesya. Dalam benaknya dia masih bertanya Tanya kenapa dengan Mesya tadi. Terlihat sedih tadinya kenapa sekarang begitu bersemangat.
**
"Alana" panggil Mbak Yonita untuk yang kedua kalinya saat ibu ibu sedangkan berkumpul di Baterai. "Ah.. iya. mbak Yonita, sejak kapan mbak disini?" Tanya Alana dengan wajah yang sedikit pucat. "Dari tadi Lana, kamu kenapa sih?, sakit?" Tanya Yonita cemas melihat Alana berbeda dari biasanya.
"Ah enggak mbak, cuman Alana lagi banyak pikiran aja." Ucap Alana dengan senyuan kecil.
Setelah rutinitas ibu ibu yang cukup lama di Baterai Alana segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah dia melihat sesosok wanita berubuh tinggi dengan rambut sebahu terurai rapi.
"Mesya" gumam Alana pelan.
Mendengar seseorang datang Mesya segera mebalikkan badan melihat siapa yang tengah datang.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Alana dingin.Mesya hanya terkekeh merendahkannya.
"Ngapain kamu disini" ulang Mesya degan kekehan lagi. "Kamu takut, Hah!" sentak Mesya dengan nada tinggi. Dalam hatinya kini kebencin telah mengendalikannya.
Sedangkan Alana hanya diam memperhatikan Wajah teman kecilnya kini yang sedang memerah padam.
"Oh aku ngerti, kamu pasti takutkan kalau tetangga tetanggamu tahu kalau kamu perebut cowok orang. Dasar!" ucap Mesya meluap luap.
Untuk kali ini Alana sudah tak bisa menahan emosinya. "Apa kamu bilang, merebut cowok orang."
"Hey, sejak kapan kak Adit menjadi milikmu, Hah!' Ucap Alana mengintimidasi Mesya.
"Dan apa hak mu untuk marah padaku, kamu bahkan bukan siapa siapanya. Jadi tolong jangan mengganggu rumah tangga kami." Ucap Alana kembali denga nada datar dan penuh penegasan.
Dari seberang Yonita bisa melihat Alana yang sedang berbicara serius dengan wanita yang di ketahuinya adalah teman Putri karena saat lalu dia melihat Putri berolah raga dengan wanita itu.
Praakk. Tamparan hebat melayang pada pipi Mesya. Mata Yonita bahkan tidak bisa berkedip dan segera menghampiri mereka berdua.
Flashback
"Kenapa kamu takut jika Adit jatuh hati kepadaku?" ucap Mesya penuh percaya diri." Oh, kamu bahkan belum memiliki anak kan? Jadi masih ada jalan untuk kami bersatu." Khayal Mesya dengan senyuman meremehkan. Dan segera Alana menampar Mesya dengan kencang.
"Alana... Alana.."ucap Yonita sambil memegangi tubuh Alana yang kini bergetar akibat tenanganya yang terkuras habis. Sedangkan di sisi lain Mesya hanya tersenyum penuh kemenangan.
"Ehmm.. mbak tolong duduk didalam ya" minta Yonita cemas lalu meminta kunci rumah dan segera membukakan pintu.
"Terima kasih." Ucap Mesya dengan senyuman aneh. Setelah Mesya masuk kedalam segera Yonita menghampiri Alana dan segera memeluknya erat
"Lana.. kamu gak papakan?" Tanya Yonita cemas.
"Mbak telfon dek Adit bentar." Ucap Yonita kemudian mengeluarkan hpnya pada saku celananya kemudian menelfon Adit.
"Kamu duduk dulu." Ucap Yonita di sela sela menunggu jawaban telfon. Segera Alana duduk di kursi luar rumah.
Hallo?
"Dek kamu kerumah sekarang ada masalah di rumahmu." Jelas Yonita kemudian menutup telfonnya.
Segera mbak Yonita masuk kedalam rumah dan membuatkan minum untuk kedua wanita yang sedang dalam permasalahan ini. "Diminum dulu, biar tenang." Persilahkan Yonita pada Mesya yang di balas dengan senyuman singkat.
Kenapa begitu tenang cewek ini?- Tanya Yonita dalam hati
Setelah memebrikannya pada Mesya, segera Yonita berlalu menghampiri Alana yang sedang duduk diluar. "Mumpung masih anget diminum dek, biar tenang."
Bersamaan dengan Alana yang mencoba meminum teh pemberian Yonita, Adit tiba dengan wajah yang sangat mencemaskan istrinya itu. tatapannya tidak lepas dari Alana yang sedang meminum the dengan lemas. Segera Adit turun dan menghampiri istrinya itu.
"Kamu gak papa? Ada yang sakit?" Berondong Adit cemas, yang hanya di tanggapi dengan gelengan kecil dan senyuman tipis "Beneran?" ulang Adit sambil mengusap kenging Alana dengan Sayang.
"Ehm, Dek di dalam." Tunjuk Yonita mengingatkan Adit bahwa masalahnya ada di dalam rumah. "iya mbak." Patuh Adit lalu menatap Alana mantap "Apapun yang aku lakuin, kamu harus siap. Okay?" pinta Adit dengan seulas senyum. dan permintaan Adit itu membuatnya menatap bingung, tapi dia tetap menganggukkan kepala tanda persetujuan.
Segera Adit berdiri dan membantu istrinya berdiri untuk bersama sama masuk ke dalam rumah.
"Kak Adit?"Ucap Mesya dengan senyuman mengembang dan segera berlalu menuju dekapan Adit. Bahkan Adit tidak memberikan perlawanan.
HY HY🙌🙌🙌
JANGAN LUPA LIKE COMMENT DAN SHARE YA😘😘
APA YA YANG BAKALAN TERJADI ANTARA ALANA , ADIT DAN MESYA ?😧
MENURUT KALIAN MESYA ITU GIMANA SIH?😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
Ficción General#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti