PART 14

13.7K 627 22
                                    

Sebelum baca yuk vote dulu 👍👍👍

🌹

ALANA POV

Aku sampai rumah hampir pukul setengah dua belas malam. Segera aku masuk rumah dan menutup pintu rumah rapat rapat. Setelah Devi pergi Bersama kak Brian segera aku duduk di lantai dengan tatapan kosong, mataku yang sebenarnya sudah pedih ini aku kerjap kerjapkan. Air matapun keluar dengan deras. Sakit yang kurasakan kini tak terbendung lagi, keadaan seperti ini sebenarnya yang kubutkan adalah peluk kasih dari mama. Ingin aku menelfonnya tapi aku tak mau menggangu malamnya yang nyenyak. Aku tak mau menambah beban pikiran kedua orang tuaku.

Setelah aku merasa baikan aku segera pergi untuk membersihkan diri. Berharap pikiranku akan lebih baikan. Setelah aku mandi dan bersih bersih aku segera pergi ke alam mimpi. Dengan guratan wajah yang Lelah. Dalam tutupan mata pertamaku air mata masih mengalir deras.

Kuat Alana Kuat. Pasti kuat - batinku terus menyemangati diri dalam tidurku yang masih tersadar.

**
BAGAS POV

Setelah kami sholat sunah Bersama kamipun duduk di tepi Kasur dalam keheningan. Aku masih asik dengan pikiranku, sedangkan Vivi duduk sambil memainkan jarinya kaku.

"Mas, Vivi mau tidur dulu ya." Ucapnya memecah keheningan. Akupun menatapnya kemudian merubah posisi menghadapnya.

"Vi, aku ingin jujur ke kamu. Ada satu hal yang aku sembunyikan darimu." Ucapku memberanikan diri. Vivipun menatapku sendu.

"Sebenarnya mas punya wanita tambatan hati mas sendiri." Ucapku sedikit tertahan. Entah apakah aku menyakitinya atau tidak tapi ini yang harus aku lakukan. Memulai lembaran hidup baru tanpa ada kebohongan sedikitpun.

Tatapan sendunya memberikan arti yang banyak ada sedih, keget, kecewa serta bersalah.

"Maaf jika Vivi bikin mas tidak bisa Bersama wanita yang mas inginkan." Ucapnya tertahan. Air mata mulai membanjirinya. Dia terlihat tegar namun di dalam hatinya ia sangatlah rapuh. Kehilangan orang yang sangat di sayanginya yaitu ayahnya serta menikah dengan lelaki yang tidak mencintainya. Penderitaan yang lengkap bukan. Mungkin itulah yang membuatnya menangis dengan deras. Segera aku menariknya dalam dekapanku. Memberikan kehangatan kepadanya.

Dalam hati aku bertanya tanya apa yang Alana lakukan saat ini. Apakah dia menangis saat ini? Apakah dia hancur sehancur hancurnya?, bodoh kamu Bagas! Kamu memeluk wanita yang belum kamu cintai sama sekali. Sedangkan di tempat lain seseorang kedinginan karna sumbu hatinya telah padam. Harapannya selama ini telah hilang sirna beriringan dengan jatuhnya air matanya.

Ya tuhan apa yang harus aku lakukan - batinku bimbang saat ini.

Setelah Vivi telah tenang akupun segera merenggangkan pelukanku. Awalnya aku akan pergi ke sisi ranjang berniat untuk tidur. Tiba tiba Vivi menarik tengkuku dan menciumku lembut. Untuk beberapa saat aku terdiam mencerna tentang apa yang dilakukan istriku ini. Awalnya aku ingin menolaknya tapi seiring berjalannya waktu aku menikmatinya dan beralih memegang kendali. Aku segera menciumnya mesra hingga kami kehabisan oksigen. Akupun menatap intens wajah istriku ini kemudian menelusuri setiap inchi wajahnya dengan tanganku. Memberikan sensasi geli di setiap sentuhanku. Sedangkan Vivi menutup matanya menikmati setiap pergerakan di wajahnya. dia berusaha menetralkan deru nafasnya yang memburu.

Setelah menelusuri setiap inchi dari wajahnya aku memberiya kecupan kecupan di wajahnya, pertama di dahi hidung mata , pipi, bibir, dagu kemudian menjalar ke leher.

Dalam seketiaka aku tersadar dengan apa yang ku perbuat padanya. Segera aku menghentikannya dan menatapnya intes. Maaf.

Akupun berjalan menuju menuju kamar mandi dan meniggalkan Vivi dengan mata yang pedih mengeluarkan air mata.

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang