Pukul delapan lebih lima belas
Kringg... kring..kring.
Suara alaram hp membangunkanku dari tidurku. Ku lihat, aku terbangun dengan posisi aku dalam dekapan kak Adit. Pantesan anget banget. Segera aku merogoh hpku dengan kerja keras di nakas lalu melihat pukul berapa saat ini.
"Apa!" teriakku masih dalam dekapan kak Adit, kak Adit yang tertidurpun mulai terusik dan membuka matanya.
"Kak bangun, udah jam setengah sembilan kurang." Ucapku bingung sambil menggoncang goncangkan tubuhnya agar segera bangun. Kak Adit hanya mengliat pelan kemudian mendekapku semakin erat.
Akupun berusaha melepaskan diri, namun sayang ukuran tubuh kak Adit yang lebih besar membuatku sama sekali tidak bisa bergerak bangun kak. "Nanti kalau gak ikut kegiatan di marahin loh."
"Nanti dulu napa Lan, masih ngantuk ini. Aku minta ijin deh." Ucapnya dengan masih dengan mata tertutup kemudian menenggelamkan kepalanya dalam leherku. Sedikit membuatku terkejut. Tapi lebih terkejut jika aku ternyata sudah telat mengikuti kegiatan. Habislah aku bisa masuk line today armed.
"Geli Kak." Rontaku ketika kak Adit terus saja menghembuskan nafasnya ke arah leherku. Bulu kudukku bahakan berdiri setiap kali kak Adit menghembuskan nafasnya yang hangat, Itu sangat membuatku risih dan gugup.
Dia sama sekali tidak mendengarkanku dan lebih memilih tidur sambil memelukku seperti anak pada ibunya. Manja kan? Yap, aku juga merasa begitu, semakin aku mengenalnya semakin dia menunjukkan sisi manjanya padaku. Padahal awal pernikanku tidak seperti ini.
"Kak bangun ih, udah siang juga . jadi omongan nanti." Ucapku mendorong tubuhnya untuk aku bisa duduk. Untung dia tidak melawan akupun bisa duduk pada akhirnya. Namun tangan kekar menarikku agar menghadapnya, dengan wajah kami yang dekat membuatku sangat gugup. Dengan cepat kak Adit mengecup singkat bibirku.
"Morning kiss." Ucapnya sambil tersenyum lebar, untuk sesaat aku membeku di tempat mencerna kejadian yang baru saja terjadi ini.
"Udah mandi sana, apa mau lagi." Tawarnya tersenyum menang, akupun segera bangkit lalu sedikit berlari keluar kamar untuk menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, aku tidak henti hentinya tersenyum sendiri. Menampakkan rentetan gigiku yang tersusun rapi serta putih. Saat aku mandi tiba tiba aku mengingat kejadian tadi malam serta pagi ini, serentetan ingatan manis Bersama kak Adit membuatku bersemangat serta berbunga bunga. Ada kemajuan dalam hubunganku bersamanya, meski kata kata I Love You belum terucap dari bibirnya ataupun aku.
Ih.. Alana sadar
Ucapku menyadarkan diri ketika masih mengingat ingat ciuman tadi malam.
**
"Pagi menuju siang mbak." Sapaku ceria ketika bertemu mbak Yonita di tempat duduk penonton.
"Pagi, tumben ceria banget." Goda mbak Yonita sambil menyenggol pundakku. Aku hanya tertawa sambil menunjukkan rentetan gigi ku yang rapi. Aku termasuk jarang menyombongkan ke lebihan gigi yang aku miliki. Yaitu putih rapi serta berukuran sangat sedang, gak terlalu besar ataupun kekecilan. Maklum sarjana dokter Gigi.
"Masa sih mbak?" Tanyaku sambil mesem padanya. Mungkin ketara banget kalik ya aku sedang bahagia banget.
"Ih kamu ini, di kasih tahu juga." Ucap mbak Yonita gemas sambil mencubit lenganku. Aku hanya tertawa menerima cubitannya.
Saat aku sedang duduk Bersama mbak Yonita serta ibu ibu yang lain, untuk menunggu berlangsungnya acara, ternyata acaranya akan di undur sampai pukul sepuluhan karena keadaan lapangan yang masih basah karena tergenang air akibat hujan yang deras tadi malam. Jadi inget yang tadi malam, membuatku tersenyum kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
General Fiction#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti