PART 28

15.8K 704 20
                                        

ADIT POV

Melihatnya tersenyum membuatku ikut senang. Mungkin untuk kali ini kami bersikap layaknya sepasang kekasih. Bertindak layaknya sepasang kekasih memang sangatlah jarang aku lakukan, tapi entah mengapa sejak pagi tadi aku ingin selalu berdekatan dengannya. Dengan penuh kesadaran aku tidak pernah menghilangkan senyuman dari wajahku ini saat bersamanya.

Saat berjalan, aku tidak pernah melepaskan genggaman tanganku pada tangannya. Malah semakin mempereratnya. Aku hanya ingin lebih memberikannya perhatian. Aku ingin seiring berjalannya waktu dia menyadari perasaanku ini. Ya aku memang sudah mencintainya. Jika kalian menanyakan sejak kapan, aku sama sekali tidak bisa menjawabnya. Karena cinta hadir tanpa mengenal waktu dan keadaan.

Tanpa sengaja saat aku menoleh ke belakang aku melihat sekumpulan anak anak yang sedang berlari menuju kami. Segera aku memegang kedua pundak Alana agar sedikit menepi. "Awas."

Alana hanya menatapku bingung. "Emang ini jalanmu hah?" sindirku padanya dia hanya menatapku jengkel. Aku memang susah untuk tidak bersikap cuek ataupun jahil padanya, karena romantis bukanlah jati diriku.

"Yang lagi PMS itu kelihatannya kakak deh. Suka banget berubah sikap tiba tiba." Celetuknya sambil memanyungkan bibir, aku terkekeh melihat tingkahnya yang kesal padaku, kemudian berjalan meninggalkanku. Segera aku menyusulnya berjalan lalu merangkulnya saat berjalan.

"Ih lepasin. Dilihatin orang gak enak." Alanapun berusaha meronta dariku. Tapi percumah saja dia mengeluarkan kekuatan supernya sekalipun, karena aku jauh lebih besar dan kuat darinya.

"Gak mau, nanti kamu ilang." Segera aku mempercepat jalan kami agar cepat sampai di penjual pop corn yang sendari tadi alasan kami berjalan dari ujung ke ujung.

"Rame kak." Ucap Alana ketika melihat penjual pop corn sangat ramai dengan anak anak yang antri meminta pop corn.

"Ya tunggulah. Masa mau minta duluan. Gak malu apa sama perkucil perkucil ini." Kataku sambil menunjuk anak anak di depan kami. Alana hanya terkekeh. Segera kami antri untuk bisa mendapatkan makanan yang diinginkan Alana sejak tadi.

"Ini Mas." Ucap penjual pop corn sambil menyerahkan setempat pop corn ukuran sedang kepadaku, akupun terima dan memberikan selembar uang dua puluh ribu.

Setelah aku bayar segera aku memberikannya pop corn yang diinginkan Alana ini. Aku lihat dia menampakkan ekspresi senang seperti anak anak yang mengantri tadi.

"Makasih kak." Ucapnya lalu segera mencoba pop corn asin yang dipesannya tadi.

"Mau?" tawarnya padaku sambil mengangkat satu pop corn menghadapku. Tanpa menjawab aku segera memakan pop corn yang ada di tanganya dengan gesit. "Auu, sakit." Rintihnya tiba tiba.

"Kenapa?" tanyaku bingung melihat dia merintih.

"Kakak gigit jariku." Alana kemudian memukul lenganku dengan kencang, aku hanya tertawa melihat tingkahnya. "Mana aku lihat, biar aku obati." Tawarku padanya

"Gak usah, udah gak sakit." Jawabnya cepat. Aku kembali terkekeh dan segera menggandengnya kembali ke tempat perlombaan. Sama sekali aku tidak mengetahui perkembangan jalannya pertandingan. Terakhir aku melihat kedua kubu ini sangat sengit dalam bertanding.

**
ALANA POV

Go Adhi ,.go Adhi. Go!!

Budi pasti menang... Budi pasti... menang!!

Sorak sorak dari masing masing kubu sangat mengglegar di telinga, memusingkan kepala. Suaranya itu loh melengking di kuping. Kasihan sama tenggorokannya ibu ibu yang teriak teriak. Om omnya sih Cuma bantu gaduh pakek perkusi. Jadi yang kerja hard cuma ibu ibunya.

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang