PART 26

15.3K 692 21
                                    

Setelah kepergiannya kak Adit aku mendapat telfon dari Devi bahwa dia akan mampir ke ke rumah sebelum pergi ke Surabaya. Untung rumah gak berantakan jadi bisalah di suguhkan untuk tamu. Seandainya berantakan juga santai aja. Devi gak bakal ngomongin aku di belakang. Kayak orang kebanyakan. Karena diakan sahabat gilaku, koplakku. Akupun pergi ke penjagaan buat nungguin Devi datang.

"Pagi bu." Sapa om om penjagaan ramah.

"Pagi om." Ramahku juga. Masa sih di sapa ramah mau judes atau jutek, gak deh.

"Ijin bu kalau boleh tahu nunggu siapa di sini?" tanya salah satu om om dengan sopan. Risih sih sebenernya. Apalagi bisa dibilang masih seumuran sama aku.

"Oh ini om nunggu teman saya mau main ke sini." Akupun tersenyum ramah pada om itu dan seperti attitude dalam berbicara om itu yang aku ketahui Namanya Bambang juga tersenyum ramah meski ada kecanggungan. Tidak lama aku melihat kak Adit datang menaiki motor Bersama om Rendi yang diboncengnya.

"Loh Alana." Kaget om Rendi yang melihatku yang sedang di penjagaan. Aku hanya melemparkan senyum kepadanya. Ku lihat kak Adit baru menyusul masuk.

"Alana? Ngapain?" tanya kak Adit yang baru masuk dengan bingung. Sedangkan om Rendi pergi menuju ruangan lain.

"Nunggu Devi kak. Mau mampir ke sini." Jawabku sambil menatapnya sedikit canggung. Selang beberapa waktu, sebuah mobil memasuki gerbang penjagaan lalu berhenti. Karena di sambut provost. Dari ke jauhan aku samar mendengar om provost memberikan salam ke Devi lalu menanyakan tujuannya ke sini, lalu menyuruh Devi turun untuk melapor sebagai tamu.

"Devi." Panggilku girang saat melihat Devi memasuki ruangan lapor. Di dalam juga ada kak Adit yang sedang berdiri.

"Alana." Tunjuknya, Kamipun berpelukan layaknya dua sijoli yang dipisahkan bebrapa tahun

"Gimana kabarmu?" tanya Devi dengan ceria.

"Baik? Kamu?" tanyaku balik.

"Biak lah." Saat sedang melepas kangen aku mendengar suara yang memutuskan acara kangen kangenku. Kak Adit berdehem kencang.

"Lapor dulu kalik. Baru kangen kangenan." Ucapnya kemudian kamipun tertawa garing karena ke oonan kami yang haqiqi. Om yang piket hanya menggeleng heran dengan kami berdua karena udah kayak teletabis.

Devipun melakukan lapor, bukan lapor antara pemimpin upacara sama inspektur upacara loh ya guys. Ini sih laporan biasa buat kalau ada tamu. Cuma perlu kasih identitas. Setelah udah diketahui identitasnya kami pun pergi ke rumahku. Sebelum pulang Devi sempat bersalaman dengan kak Adit dan om Rendi yang bebarengan sudah selesai dengan urusannya.

**

"Yuk masuk, maaf kalau berantakan." Ucapku ala ala tuan rumah menyambut tamu.

"Gayamu Lan, biasanya langsung aja gak usah pakek jaim jaiman segala." Ejeknya akupun tertawa dengan lepas.

"Efek istri Danton. Harus terlihat elegan." Candaku Devipun tertawa dengan perkataanku. Yang terkesan sombong, tapi kami sama sama tahu itu hanya candaan.

"Kok ke sini sendiri mana kak Brian?" tanya ketika kita sama sama duduk.

"Dia kemarin berangkat ke Surabaya. Terus tadi malem aku denger berita mertuaku, ibunya kak Brian sakit. Jadilah aku sekarang. Mau berangkat ke Surabaya. " Tuturnya sambil mencomot nastar yang ada di meja. Aki hany mengangguk angguk paham.

"Titip Salam y buat mertuamu moga cepet sembuh. Sama kak Brian." Ucapku kemudian.

"Iya. Beli dimana?" tanyanya tiba tiba sambil menunjukkan nastar buatanku.

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang