PART 13

12.8K 620 48
                                    

Yuk sebelum baca part barunya vote ya guys..🌹


**

Aku pulang dengan keadaan yang sangat buruk, eyelinier yang sudah terjun payung ke pipi. Wajah yang sangatlah menakutkan. Mungkin jika ada anak anak sekarang, pasti mereka akan mengiraku hantu dan menangis dengan kencang di depanku.

Aku pun segera pergi ke kamar mandi, untuk mandi serta berharap agar air yang turun bagai hujan dari sower bisa menghapuskan kepahitan yang kurasakan sekarang. Namun yang kulakukan sia sia. Aku semakin mengingat kenang kenangan yang kulakukan Bersamanya satu tahun yang lalu hingga saat ketika dia memintaku menjaga hati. Dalam derasnya air yang menghujamku aku menangis dalam diam.

Setelah berusaha menenangkan diri aku berjalan menuju dapur yang letaknya aku harus melewati ruang tv. Sekilas aku melihat undangan pernikahan yang di berikan mbak Yonita saat bertemu tadi, namun seketika emosiku meluap naik. Akupun segera mengambil undangan itu dan membuangnya ke tempat sampah di samping ruang tv.

Akupun pergi ke dapur dengan mata yang sembab, air mata yang tidak kuminta turun, turun dengan sendirinya. Hatiku yang sebelumnya utuh hancur seketika menjadi keeping-kepingan kecil. Meski begitu aku tetap berusaha tegar dan bersikap normal meski mataku kini sedang tak normal.

**

Malam harinya setelah sholat isya aku kembali ke ruang tv dan duduk dengan sejuta pikiran tentang tanya. Akupun segera mengambil kertas undangan yang ku buang ke tempat sampah di samping ruang tv tadi. Btw, tempat sampah ini cuma buat sampah kering doang loh ya jadi gak kotor kotor amat.

Akupun kembali duduk dan membuka undangan itu dengan segenap hati. Udangan itu terkesan sederhana tapi elegan. Dengan warna merah bata. Akupun membuka undangan dengan sedikit cepat dan langsung mengarah ke nama calon pengantinnya.

Letda Bagas Eka Prajamukti

Dengan

Vivia Candra Harimurti S.Pd

Oh jadi dia nikah sama guru. – batinku menyepelekan. Mungkin api api kekesalan ditinggal nikah kayak gini kalik ya.

Acara resepsinya lusa pukul tujuh malam hingga selesai. Sedangkan akadnya pagi pukul delapan di tempat yang sama.

"Dev, kesini dong." Ucapku merengek ditelpon pada Devi

"Ok ok aku kesana sekarang." Ucapnya yang mengiyakan

Selang tiga puluh menitan Devi sudah di rumah dan menjadi sandaranku serta pendengar kesedihanku. Akupun menangis sejadi jadinya di pelukannya.

"Udah lah Lan, cowok banyak kok. Mau yang mana tantara? Polisi? Guru? Dokter? Nanti aku cariin deh. Tapi jangan nangis dong. Cantinya hilang loh nanti." Hiburnya sambil terus mengelus elus punggungku.

Huuuaaa. Tangisku semakin menjadi. Kayak anak kecil banget. Adewww

"Ta-tapi masalahnya dia nikahnya lusa. Masa aku mau dateng sendiri." Ucapku terbata bata sambil mengusap ingus yang keluar dari hitung dengan tangan. Aku hanya di tatap jijik oleh Devi. Kemudian dia memberiku banyak banyak tisu untukku mengusap ingus. Aku hanya tertawa melihatnya jijik.

"Ih malu malu in." Ucapnya kesal dan ikut tertawa.

"Udah Lan besok aku temenin deh ke nikahannya. Nanti biar di anter sama kak Brian, Kali dianya mau." Timpalnya sambil merangkulku seperti memberikanku kekuatan.

**

Besok adalah hari yang menyesakkan pastinya. Hari ini aku dan Devi pergi untuk merefreshkan otakku. Pertempuran akan terjadi besok. Setidaknya hari ini aku harus menjadi orang paling berbahagia, sebelum terpuruk melihat orang yang ditunggu berdiri bersandingan dengan wanita lain.

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang