Masih Perawan
Adalah kenyataan memalukan yang aku masih sandang.
Bersuami bukanlah tanda bahwa setiap wanita sudah tidak perwan. Hal itu terjadi padaku, aku masih perawan. Hal itu pastinya memalukan bukan untuk kategori cewek bersuami. Sebenarnya bukan pikiran bagiku jika aku masih perawan. Hanya saja tadi Ada orang Gila yang ngirim pesan tentang honeymonya.Siapa lagi kalau sahabat gilaku, Devi baru saja mengirimku pesan bahwa honeymoonnya lancar bin Jaya. Bikin irikan. GAK.. gak.. gak.. Alana gak iri!
Dan yang bikin gemesnya lagi, Devi bilang nanti 'Kita besanan ya.. ' What the heal man. Bolong Aja belum, mau mau ngajak besanan nih orang. Kelihatan banget kalau lancar banget honeymoonnya. Aku hanya bisa bilang Dasar Devi koplak.
**
Aku ke rumahnya bu Rayon dulu, mau ikut rewang.
Tulisku di pesan WA. Siang ini aku pergi ke rumahnya bu Rayon untuk rewang alias bantu bantu, seperti kata beliau kemarin kepadaku buat ikut bantu bantu.
Iya - balas kak adit, tiga huruf yang bikin sebel tingkat 2. Gak tanya kek nanti pulangnya jam berapa atau enggak kasih semangat kek. Ini boro boro perhatian jawab aja udah kebaca males banget jawabnya.
Akupun segera bergegas pergi ke rumah bu Rayon yang lumayan jauh sih. Soalnya Ada di komplek lain. Sebelum berangkat, Aku pergi ke rumahnya mbak Yonita untuk mengajaknya bareng ke rumah bu Rayon.
"Assalamualaikum. Mbak Nita..." Salamku sambil mengetuk pintunya beberapa kali.
"Waalaikumsalam." Jawabnya sambil membuka pintu rumahnya.
"Sekarang?" Timpalnya.
"Iya mbak, sekarang." Jawabku memastikan.
"Bentar, mbak lagi packingin nastar pesenannya bu Rayon nih. Kamu bantu ya."
"Oh.. siap mbak." Jawabku kemudian ikut masuk ke dalam rumahnya untuk ikut bantu mbak Yonita.
Setelah selesai packing, kamipun berangkat menuju rumahnya bu Rayon yang Ada di komplek belakang. Kami berangkat pakai scoopy kesayanganku.
**
"Assalamualaikum." Salamku Bersama dengan mbak Yonita."Waalaikumsalam." Jawab serentak ibu ibu yang Ada di dalam rumah bu Rayon ini. Kelihatannya telat deh, solnya udah pada Jadi semua makanannya. Yah sungkan dehh.
"Maaf ibu ibu, Saya telat." Maafku ke ibu ibu yang sudah berwajah lesu, mungkin pada capek semua.
"Iya bu gak papa."
"Besok lagi datangnya pagian ya. Jangan nyiang beginning." Nyinyir salah satu ibu ibu yang aku ketahui adalah.. siapa lagi kalau bukan mbak Vivi istri om Bagas, suka banget nyinyir ke aku nih orang. Aku hanya bisa diam dan segera duduk membantu ibu ibu packing nasih kotaknya.
"Jangan gitu mbak Bagas, dek Adit tadi bantu Saya packing kue nastarnya bu Rayon. Mangkanya telat." Bela mbak Yonita, yang bikin makin sayang sama mbak Yonita 😘
Mbak Vivi hanya membuang tatapan kesal padaku, bodo amat lah mbak. Mau sampai matanya mbak keluar juga gak aku tanggapi."Sudah.. sudah gak papa. Dek Adit tadikan bantu bu Rendi. Kan sama sama rewang. Cuma bedanya tempatnya tadi di rumahnya bu Rendi." Pungkas but Rayon yang sendari tadi masukin nasi ke kardus Dan melihat cekcok ku Dan mbak Vivi.
"Dedek..." Panggil bu Rayon pada seseorang.
"Iya ma.. Ada apa?" Jawab anak laki laki yang gendut banget. Bapko Aja kalah sama Itu pipinya.
"Sini, kenalin ini Ada tante Alana. Istrinya om Adit." Ucap bu Rayon memperkenalkanku ke anak laki lakinya.
"Halo tante." Ucapnya sambil menyunggingkan senyum selebar lebarnya ke padaku, kemudian mendatangiku untuk bersalaman. Aku hanya menyunggingkan senyum yang lebar atas kesopanan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dituliskan Takdir
General Fiction#1 Tentara 30/01/2020 #1 abdinegara 30/01/2020 #1 militer 21/04/2019 #1 Tentara 19/10/1/2019 #1 cintapertama 16/7/2017 [COMPLETED √] Takdirkan selalu mengiringi kemanapun Kita pergi. Diantara pilihan yang ada hanya kamulah yang ku nanti