PART 49

37.8K 965 45
                                    

Jangan lupa kasih bintang kalian untuk Author untuk part terakhir ini
🌟
🌟
🌟
🌟



S

epatu wedges hitam polos dengan pakaian serba hijau serta lencana kecil yang menandakan dia adalah seorang istri prajurit sudah terpasang pada tubuhnya. Polesan lipstick tipis disapunya pada bibir pucat miliknya. Serta beberapa sapuan sapuan tipis pada wajahnya yang hanya untuk membuat wajahnya sedikit segar.

Pagi itu langit begitu cerah, namun tidak dengan hatinya. Pagi itu dia terus berusaha menampakkan senyum manisnya, tapi tubuhnya tak melakuannya. Dia terdiam di dalam kamarnya, menatap dirinya sendiri yang begitu menyedihkan. Mungkin dia sekarang sudah ikhlas dengan keadaan, tapi jika dilihat dalam matanya masih ada harapan kecil untuk suaminya itu.

Dia adalah Alana, istri dari seorang prajurit yang entah kini masih berstatus istri atau sudah menjadi janda. Ituah gambaran keadaannya sekarang.

Saat dia sedang termenung dalam kamar, Rahma menghampirinya dengan wajah sendu,

"Sayang, Yonita udah di depan." Ucap Rahma dengan suara yang bergetar. Dia berusaha tergar melihat pantulan wajah anaknya yang sendu. Diapun memegang kedua pundah anaknya itu dengan lembut. Berusaha menyalurkan kekuatan untuk anaknya itu

"Cantik." Ucap Rahma tercekat menahan tangis. Lalu diciumnya puncak kepala Alana yang sudah rapi dengan sanggulan kecil.

Alanapun hanya bisa meneteskan air mata dalam diamnya. Segera dihapusnya dan beranjak dari duduknya. Lalu memeluk ibunya itu. "Doain ya Ma." Minta Alana dengan segenap jiwanya yang di balas dengan anggukan oleh ibunya itu.

"Mama doain pasti!"  ucap Rahma dengan mantap lalu menghapus air matanya. Lalu menangkup wajah Alana lalu mencium kening anaknya itu.

Setelah berpamitan dengan semua orang di rumah Alanapun berangkat bersama Yonita. Sesampainya di lapangan depan,sudah penuh ibu ibu yang hamper serupa dengan Alana, sama sama lemas menunggu rombongan datang.

"Yang sabar Lan, inget Allah itu sayang kamu ya.. dan Allah gak pernah ngasih ujuan di luar batas kemampuan hambanya."  Tutur Yonita memberi semangat pada Alana yang kini hanya bisa diam dengan tatapan kosong dan sesekali mata indahnya yang berubah sendu itu meneteskan air mata yang tak pernah habis itu.

Setelah menunggu hambir setengah jam, rombongan mobil bison dan beberpa ambulan dengan sirine khasnya, satu persatu memasuki kawasan asrama. Semua orang yang menunggu segera berdiri berjajar untuk menyambut pasukan yang pulang.

Dan saat saat yang ditunggupun datang, satu persatu pasukan berjalan dengan wajah yang sama sekali tidak bisa di ungkapkan dengan kata kata, mungkin untuk beberapa penyambutan mereka bisa langsung memeluk keluarga tercinta, namun untuk kali ini mereka lebih memilih berjalan melewati istri dan anak untuk segera menuju ke lapangan. Bukannya mereka sedang bertengkar atau bagaimana melainkan mereka berusaha menjaga perasaan untuk sebagian keluarga yang sedang berduka.

Untuk sebagian ibu ibu yang melihat wajah suaminya yang tengah berjalan hanya bisa menangis haru serta aa kelegaan tersendiri dalam hatinya. Namun, hal itu berbanding terbalik untuk sebagian ibu ibu yang kini tengah menanti dengan cemas suaminya datang. Tangisan pula juga mengalir tiba tiba dalam diam dari wajah ayu mereka karena tidak segera melihat suaminya.

Alana kini hanya bisa memeluk Yonita yang berada di belakangnya, bukan tangisan haru ataupun bahagia, melainkan tangisan kesedihan yang sama sekali tidak dibayangkannya sebab kini hanya tersisa mobil ambulan yang kini satu persatu peti mayat akan di keluarkan.

Para prajurit pun kini segera berbaris dengan senjata lengkap untuk memberikan penghormatan kepada para prajurit yang telah gugur dalam tugas dan menjadi pahlawan.

Dituliskan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang