Senyuman di wajah Agam semakin melebar, awalnya ia kira tidak akan menemukan akun Ig Carra.
Dengan cara meminta pada sahabat gadis itu, walaupun awalnya menggoda Agam terlebih dahulu.
Agam pun langsung mencari nama Carra di kotak pencarian, dan akhirnya ketemu, untunglah akun nya tidak di privat.
Namun sayang tidak ada photo Carra, yang ada hanya photo pemandangan, hanya ada 15 kiriman disana dan yang terahir 4 bulan yang lalu.
Ada juga photo seorang lelaki yang sedang memeluk gadis kecil disana, Agam terpaku melihat captions nya.
'Papah kenapa tinggalin Carra sama Mamah, papah tau Carra nangis setiap malam, dan mamah gak peduli tetep kaya dulu, Carra kangen papa, papah tau disekolah Carra diejek sama temen-temen katanya Carra gak punya orang tua, padahal mamah ada, tapi mungkin mamah gak pernah kesekolah, jadi temen-temen mikirnya Carra gak punya orang tua. *Carramel Nattasha Skriver*.
Dikirim 2 tahun yang lalu, mungkin sekitar kelas 2 smp,
Agam tersenyum getir, ia tidak menyangka kehidupan Carra seperti itu.
Tapi ini 2 tahun yang lalu, mungkin sekarang Carra sudah melupakannya.
Entahlah kenapa sekarang Agam menjadi kepo terhadap kehidupan gadis yang bernama Carra.
Padahal apa hubungan Agam dengan nya, Carra hanyalah gadis yang mrngacuhkan pesona Agam.
Tapi itu ternyata membawa dampak besar terhadap Agam Aldridge.
Agam menghepaskan tubuhnya ke kasur miliknya, banyak notip yang bermunculan di ponsel pintar nya.
Agam pun membuka Line yang bernama *Group Cogan Atlanta* yang diisi 4 orang saja.
Nama itu Dewa dan Raga yang buat, jangan salah sangka Agam yang buat.
Sebenarnya Darrel menolak group ini Lebay katanya, namun karna lagi-lagi sebuah paksaan ahirnya Darrel mau juga, begitulah sejarah Darrel Xaverio
*GCA* {Group Cogan Atlanta}
Raga Angkasa woii,, sepi banget nih group chat.
Raga Angkasa Anjirr, bener-bener sepi.
Raga Angkasa Iya sepi babang tamvan.
Raga Angkasa pada kemana kira-kira.
Raga Angkasa woii, gue ngerasa kayak orang gila.
Raga Angkasa mana ada orang gila cakep kayak gue.Agam mendengus kesal, begitulah Raga kalau lagi gabut pasti akan seperti itu, memenuhi chat dengan mengobrol sendiri.
Dewa Pradipta Berisik lo tai.
Raga Angkasa Eh tai ngatain tai.
Agam Aldridge Berisik lo pada.
Raga Angkasa Gak nyangka lo ngumpul di chat Gam.
Agam Aldridge Emang ada larangannya.
Dewa Pradipta Tau nih si tai.
Raga Angkasa lagi-lagi tai ngatain tai.**
Carra sedang makan dimeja makan, tiba-tiba pintu rumah terbuka menampilkan sosok wanita berumur 37 tahunan.
Berjalan dengan melepas kacamata nya, ia berjalan kearah meja makan.
Menatap sebentar anak semata wayangnya, dan segera menuangkan air putih ke gelas.
"Bagaimana sekolah kamu"
"Lancar"
"Bagus, belajar yang rajin, gak perlu jadi nomor satu, cukup lulus dengan tepat waktu"
"Iya"
Setelah itu Camellia Nattasha nama ibu dari Carra, pergi memuju lift untuk ke kamarnya.
Hanya sebatas itu hubungan antara anak dan ibu ini, pertanyaan klasik setiap bertemu.
Carra tersenyum kecut gitu doang, bahkan mamah gak nanya Carra bahagia atau nggak, mamah selalu bilang ada uang ada kebahagiaan, teori itu Nol besar mah batin Carra.
Tak terasa sendok ditangan nya terlempar begitu saja, membuat kegaduhan tersendiri ditambah sunyi nya rumah ini, semakin keras lah dentingan sendok itu.
Dengan segera Carra menaiki tangga untuk kekamarnya, walau letih tetap saja Carra mengguankan tangga.
Ia tidak mau membuang waktu untuk menunggu di lift.
**
"Carramel"
Panggil seseorang dibelakang Carra, dengan kesal Carra membalikan badannya.
Dan menatap seseorang dengan jambul berantakan dilihat dari name-tag nya bernama Agam Aldridge, Carra menaikan sebelah alisnya.
"Lo Carra kan" tanya Agam dengan senyuman termanis yang pernah ia tunjukan,
Senyuman ini bisa bikin para pansbase nya kewalahan karna meleleh, tapi tidak untuk Carra ia hanya berdecak kesal.
_______________________________
Salam hangat dari Ninna Nattasha penulis yang sedang gabut sama kayak tokoh Raga Angkasa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomanceAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019