Agam menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Carra, sementara Carra yang kaget hanya bisa menunduk.
"Carr," panggil Agam, Carra mendongakan wajahnya menatap Agam yang juga menatapnya.
"Kenapa?" tanya Carra Agam tersenyum, tidak enak memang jika harus mengatakan ini, namun ia harus mengatakannya.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi kamu harus janji gak boleh marah," pinta Agam membuat Carra diam sejenak, menatap mata Agam seolah mencari tahu apa yang dimaksud.
"Iya," balas Carra, Agam tersenyum lebar dan memejamkan matanya sebentar.
"Waktu kamu dirumah sakit,
ibu kamu dan aku ngobrol, dia ngomong kalau aku direstui sama kamu," ucap Agam, Carra tak bisa menyembunyikan keterkejutanya dengan apa yang Agam bicarakan."Tapi dengan satu syarat," lanjut Agam, wajah Carra yang tadinya terkejut berubah menjadi kernyitan bingung.
"Syarat?" tanya Carra, Agam mengangguk dan menghela napas berat.
"Katanya aku harus buat kamu keluar dari gengstar yang kamu pegang, aku gak tau harus ngelakuin apa, disatu sisi aku ingin mendapat restu ibu kamu, tapi disisi lain aku juga gak mau memonopoli kamu, katakan Carr, aku harus gimana," Bahu Agam melorot kebawah, ia bingung.
Carra mengusap bahu Agam, "Aku memang akan keluar dari Black-Dragon Gam, tapi gak sekarang, aku harus mencari seseorang yang udah buat aku seperti ini, seseorang itu harus tanggung jawab, kalau aku sudah menemukan orang itu, aku pasti akan keluar," balas Carra.
"Apa aku gak bisa diandelin Carr?, aku pacar kamu, kamu bisa manfaatin aku untuk menemukan orang itu," balas Agam yang menggenggam tangan Carra. Carra memang sempat cerita alasanya masuk gengstar.
"Menjadi ketua gangstar sangat berbahaya Carr, aku gak mau kamu terluka sedikit pun," lanjut Agam, Carra mengangguk menatap manik mata Agam.
"Bisakah,.. kamu bisa dalam bahaya jika ingin membantu aku Gam," ujar Carra yang melepaskan genggaman Agam beralih dengan mengusap tangan besar itu.
"Aku bisa korbanin nyawa aku buat kamu Carr, aku akan membatu kamu menemukan orang yang selama ini kamu cari, meskipun membahayakan diri aku sendiri," lanjut Agam yang memeluk tubuh Carra.
Carra tidak membalas pelukan Agam, ia lebih menghela napas, apa benar Carra harus meninggalkan gengstar yang sudah membantunya selama ini, apa bisa Carra menemukanya hanya dengan Agam, bisakah.
**
Bel pulang berbunyi, mereka ngambil tas dan segera melenggang pergi, Carra menghela napas saat ternyata hanya dirinya yang tersisa dikelas ini, entah apa yang mereka kejar, setelah bel pulang mereka seperti terburu-buru pulang seolah tidak ada waktu.
Carra kemudian berjalan melewati koridor kelas 10 yang biasa dulu ia lewati, jauh memang namun Carra menyukainya, Agam waktu istirahat memberitahunya bahwa ia akan latihan basket bersama tim nya.
Carra berjalan dengan menyerka keringatnya, hari ini cuaca sangat panas, ditambah lagi ia harus berkeliling melewati koridor belakang.
Mata Carra memincing melihat sebuah mobil hitam berada diluar parkiran, dengan melihat plat nomornya Carra langsung tau siapa itu.
Carra berjalan mendekati mobil itu, terlihat pintu mobilnya terbuka dan menampilkan seorang cowok tampan dan tinggi berdiri disana.
"Mel, " panggil Justin yang melihat Carra menghampirinya.
"Ngapain disini?" tanya Carra yang melihat wajah Justin selalu tersenyum, Justin mengedikan bahunya dan segera menarik tangan Carra untuk masuk kemobilnya, dan gadis ini tidak menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomanceAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019