Bagian - 17

10.5K 448 2
                                    

"Lo gapapa?" tanya Carra dengan menatap Agam.

Agam mematung, Kata-kata yang keluar dari mulut Carra benar-benar membuat hati Agam membuncah.

Pertanyaan itu membuat jantung Agam serasa berhenti, tidak spesial namun saat diucapkan oleh seorang 'Carra' kenapa sangat berbeda.

Carra kemudian menatap para pesuruh itu dengan tajam, mereka semua babak belur.

Namun dari kejauhan terlihat 2 mobil hitam mengarah kepadanya, sepertinya mereka pesuruh yang sama.

"Cepet bangun, yang lain dateng.." ucap Carra yang menarik pergelangan tangan Agam.

Belum sempat menstabilkan dirinya, Agam benar-benar tidak percaya apa yang sekarang sedang terjadi.

Carramel yang sama sekali tidak mau Agam sentuh , kini menarik tangan Agam, Ya ampun dewi keberuntungan benar-benar bersama Agam.

"Cepetan masuk bego.." namun kata-kata indah tadi sudah terhapuskan dengan perkataan Carra selanjutnya.

Agam menghela napas, ia lupa bahwa Carra tidak pernah berkata indah.

Agam kemudian masuk, ia meringis merasakan darah dibibirnya terus mengalir.

Agam kemudian melihat kedepan, orang-orang yang tadi mengeroyoknya kini semakin banyak.

Carra kemudian menginjak pedal gas, ia meninggalkan para pengeroyok itu,

Namun sepertinya mereka tidak kehabisan akal, semua nya masuk ke mobil dan mengikuti mobil Carra.

"Udah sejak kapan mereka ngikutin lo?" tanya Carra tanpa melihat Agam, ia fokus kedepan.

Agam kemudian sedikit berpikir, "kayaknya hampir 2 minggu.." ucap Agam sebari menganggukan kepalanya yakin.

Carra menghela napas, ia sangat tau siapa dalang dibalik semua ini.

Selagi Carra memikirkan dalang dibalik penyerangan Agam, sepertinya otak Carra terkecoh, ia tidak sengaja mengambil jalan yang buntu.

"Bangsat... gue lupa kalau jalan ini buntu" ucap Carra memukul setir, Agam yang disampingnya sedikit meringis.

Mereka yang dibelakang membunyikan klakson, sepertinya mereka sedang merayakan kemenanganya.

Ketua pesuruh itu keluar dengan membawa pemukul bisbol, ia kemudian memukul-mukulnya ketanganya pelan, diikuti semua anak buahnya.

Carra menghela napas, ia kemudian merogoh saku, dicari lah nama Jolex, saat menemukan nama Jolex , Carra langsung menghubunginya.

"Lex, mobil nya ada 4, orang nya sekitar 14 orang, dekat halte Gransen" ucap Carra dengan singkat.

"Siap" balas Jolex dan sambungan pun terputus, Carra kemudian menatap Agam yang masih meringis karna bibirnya sedikit sobek.

"Lo bisa berantem kan?" tanya Carra memastikan, Agam menelan ludahnya hati-hati, entah apa maksud pertanyaan Carra, yang pasti itu tidak baik.

"Iya" jawab Agam ragu, pasalnya tubuh Agam serasa remuk, kalau sampai ia jujur, pasri Carra akan sangat membencinya.

"Bagus, hitungan ketiga kita keluar dari mobil, terus habisin mereka" ucap Carra menatap mereka yang berdiri dibelakang mobil Carra.

"Hah, nanti kamu terluka gimana?" tanya Agam khawatir.

"Urusin ajah diri lo sendiri" balas Carra yang akan segera membuka mobilnya.

Agam menghela napas, ia lalu bersama Carra membuka pintu mobilnya.

"Gue 7 lo 7" ucap Carra yang meregangkan tanganya, menatap Agam yang mengangguk pelan.

Tanpa basa basi mereka menyerang lebih dulu, namun kesiapan yang matang membuat Carra dengan mudah mengalahkan mereka.

2..3..4..5..7 semua nya hampir tumbang oleh Carra, Agam terlihat kwalahan menerima pukulan oleh para pesuruh itu.

Sayang sekali mereka membawa senjata sementara Carra dan Agam tidak, tenaga Agam sepertinya mulai habis.

Ia lalu tersungkur ke rumput saat dari belakang ada yang memukulnya dengan batu bata.

Namun dengan sigap Agam kembali berdiri dan mengindar untuk pukulan yang selanjutnya.

Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan para pesuruh itu, buktinya Carra mundur beberapa langkah.

"Untuk ukuran perempuan kamu memang sangat kuat" ucap salah satu pesuruh.

Melihat Agam yang kwalahan menghindar, Carra dengan sigap berlari kearah Agam dan menariknya kearah berbeda.

"Kita harus lari".

***

Salam hangat dari Ninna Nattasha penulis amatiran dari Jakarta

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang