Bagian - 42

7.4K 266 9
                                    

"Aku kangen kamu."

Carra mundur satu langkah, tangannya otomatis menutup mulut yang bergetar, mata Carra beberapa kali mengerjap, menyakinkan kalau ini hanyalah mimpi.

Seseorang dihadapan Carra ini tersenyum, "Sini peluk aku." ucapnya, air mata Carra keluar begitu saja, ia segera memeluk tubuh orang yang membuatnya terkejut itu.

"Justin." Lirih Carra.

**

"Lo kenapa sih Gam, gelisah banget kayaknya?" tanya Raga saat tak sengaja ia melirik Agam yang sudah seperti cacing kepanasan.

"Gak tau gue." Jawab cowok itu, Raga memutar bola matanya malas, Dewa yang lagi asik makan pun berhenti, ia kemudian mendekati Agam.

"Gimana, kita jenguk si Darrel atau nggak, gak mungkin kan gara-gara tau dia ketua gangstar kejem, kita ngejauh gitu ajah?" tanya Dewa.

Agam melirik Dewa yang berada disampingnya, Raga yang lagi ngegame pun berhenti.

"Masalahnya kita dihianatin Wa, lo inget si Deri yang jadi mata-mata, gue syok waktu dia ngomong kalo si Darrel yang udah gebukin dia, cuma yah dia diancem waktu itu buat
jangan ngomong sama kita," lanjut Raga. Dewa mengangguk ia juga tahu akan hal itu.

"Gue tau, cuma yah, kita udah temenan dari masuk MOS lho, inget kan dia yang nyelametin kita dari Osis yang mau nerkem kita?" tanya Dewa, Agam dan Raga mengangguk.

Flashback

"Anjirr, kesiangan," pekik heboh dua orang cowok yang baru ajah nginjek kakinya didepan gerbang, gerbang udah ditutup oleh pak satpam, walaupun hari ini MOS atau masa orientasi siswa.

"Gam, telpon si Brian dong, biar dibukain nih gerbang," lanjut Raga yang membuat Agam mengangguk cepat, dengan segera ia menelpon temanya yang menjabat sebagai ketua osis di SMA Atlanta ini.

Beberapa menit setelah Agam menelponnya, dibalik pintu gerbang menampilkan sosok cowok dengan atribut lengkap.

"Anjirr, ada apa lo minta gue kesini?" tanya Brian yang melihat Agam tersenyum bahagia menatapnya dibalik gerbang.

"Gak ada, kita cuma mau dibukain gerbang ajah, cepetan." Pinta Agam yang masih menatap Brian yang terpisah penghalang gerbang.

Decakan kesal terdengar dari mulut Brian, dia terlihat mengeluarkan sebuah kunci dari saku celananya.

"Kali ini ajah gue nyelametin kalian, lain kali kagak oke," ucap Brian diangguki Raga dan Agam.

"Wooii, tunggu bangsat."Teriak seseorang dibelakang sana, Raga yang mendengar jelas teriakan itu segera membalikan badannya, Dewa tengah berlari kencang menuju padanya.

FYI. Agam, Dewa dan Raga itu satu SMP dan kebetulan juga mereka masuk SMA yang sama, saat itu mereka sudah berteman dari kelas 8.

"Lo kesiangan juga Gam?" tanya Dewa yang masih menstabilkan napasnya, Agam memutar bola matanya malas, ia kemudian menatap Brian yang sudah membuka gerbang.

"Cepetan masuk sebelum anggota osis yang lain kesini." Titah Brian membuat mereka bertiga kompak mengangguk.

"Thanks yah sob, tanpa lo kita butiran debu," balas Raga yang langsung mendapat jitakan dari Brian.

"Thanks ketos idaman," lanjut Agam membuat Bryan memberenggut kesal, mereka kemudian masuk dengan bahagia.

Baru saja beberapa langkah dari gerbang, mereka langsung disuguhi pemandangan menakjubkan ,yaitu para anggota osis sudah berbaris rapi di depan sana, menatap si calon murid yang datang terlambat.

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang