Perlahan mata Carra terbuka sedikit demi sedikit, sebuah cahaya langsung menerpanya membuat Carra menutup kembali matanya.
Namun kembali dia membuka matanya, pandangan pertamanya yang ia lihat adalah langit-langit.
"Gimana keadaan kamu Carramel?" tanya seseorang membut Carra meliriknya ,dia dokter. Carra tidak menjawab , dokter itupun memeriksa keadaan Carra.
"Masa kritisnya sudah lewat, sekarang hanya menunggu pulihnya saja" ucap dokter membuat semua orang yang ada disana mengangguk. Beberapa jam yang lalu bi Lasti menghubungi Agam kalau katanya Carra sudah melewati masa kritis dan akan segera sadar, Agam pun langsung datang.
Teman-teman Carra juga ada disini, begitupun Raga dan Dewa.
"Kenapa gue ada disini?" tanya Carra yang kembali menutup matanya, Agam duduk disamping Carra.
"Kamu kecelakaan Carr, 3 hari yang lalu" jawab Agam dan diangguki beberapa temanya. Mata Carra perlahan terbuka.
''Dimana Jolex?" tanya Carra saat melihat teman-temannya yang berkumpul namun sosok Jolex tidak ada, Agam merasakan cemburu dihatinya, bagaimana bisa yang pertama Carra tanyakan adalah keberadaan cowok lain, padahal Agam ada disampingnya.
"Gue disini" jawab seseorang diambang pintu, otomatis semua orang langsung membalikan badannya.
"Gue mau kalian semua keluar, ada yang perlu gue omongin sama dia" ucap Carra dingin dengan tanpa menatap Agam, Agam merasa hatinya mencelos.
"Kamu baru siuman Carr, jangan du-" ucapan Agam terpotong.
"Gue udah sembuh" entahlah karna apa ,namun Agam merasa Carra sangat berbeda sekarang, tatapanya berubah tajam, ucapanya juga semakin dingin.
"Ehh iya yaudah yuk kita semua keluar.." ucap Ariana yang mendorong pelan Elsa dan Sella, Agam pun dengan berat hati keluar ruangan ini diikuti Raga , Dewa.
"Gue pulang, bilangin sama Carra jangan lupa makan" ucap Agam membuat Ariana yang merasa dipanggil berdiri dari duduk nya.
"Lho kak Agam, kan Carra baru siuman" balas Ariana membuat Agam menghela napas.
"Gue tau, tapi kayaknya gue gak dibutuhin.." lanjut Agam, Ariana kemudian sedikit terkekeh, ia mengerti arah pembicaraan Agam.
"Asataga, kak Agam cemburu, sama Jolex, yang bener ajah kak, " ucap Ariana dengan tawanya, Agam menggelengkan kepalanya, Raga yang sedari tadi memperhatikan Agam kemudian mengajak kembali duduk cowok itu.
"Lo seriusan Gam, cemburu, wuiih, udah gede ya lo Gam" tak menyangka Raga yang menepuk-nepuk bahu Agam, cowok itu hanya menggelengkan kepalanya saja, saat Agam berdiri pintu ruangan itu terbuka.
Jolex keluar dari sana, tanpa basa-basi ia segera melenggang pergi , membuat Agam segera masuk keruangan Carra.
"Bicarain apa?" tanya Agam saat melihat Carra sekarang berubah poisinya menjadi duduk. Carra menatap Agam kemudian menggeleng.
Tatapan Carra sudah berubah, tidak seperti pertama kali tadi, Agam sedikit merasa lega.
**
Carra melirik jam yang berada di dinding kamar rawat inap ini, Carra kemudian mendudukan dirinya, bi Lasti tidak ada , Agam dan teman-temanya pun masih sekolah karna ini baru pukul 12 siang.
Tangan kanan Carra masih diperban yang dikaitkan dipundaknya, kepalanya pun perbannya masih melilit.
Untuk ukuran kecelakaan besar seperti saat itu ternyata Carra tidak memiliki luka berat, tidak patah tulang atau semacamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomansaAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019